Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN MATA

LEUKOMA KORNEA OCULI SINISTRA

Disusun oleh:
dr. Veronica

Pembimbing:
dr. Ida Ayu Putri Kartiningsih Sp.M

SMF ILMU KESEHATAN MATA


RSUD WANGAYA DENPASAR
2022
DAFTAR ISI

BAB I................................................................................................................................3

LAPORAN KASUS.........................................................................................................3

BAB II.............................................................................................................................10

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................10
2.1 Anatomi Kornea..........................................................................................................10
2.2 Opasitas Kornea..........................................................................................................13
2.3 Eviserasi.......................................................................................................................16

BAB III...........................................................................................................................18

ANALISA KASUS.........................................................................................................18

BAB IV...........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................20

2
BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Inisial : JF
Jenis kelamin : Laki - Laki
Tanggal lahir : 19 – 03 - 2021
Usia : 1 tahun 8 bulan
No. RM : 5171020007877332
No. Telpon : 081779337184
Alamat : Dusun Aeng Soka RT 002 RM 001
Agama : Islam

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada :
a. Hari, Tanggal : Senin, 5 – 12 - 2022
b. Pukul : 08.10 WIB
c. Tempat : Poliklinik Mata RSUD Wangaya

d. Keluhan utama
Mata kiri ada bercak putih sejak umur 2 bulan (kurang lebih 1,5 tahun)

e. Keluhan Tambahan
Ada bercak putih pada kornea mata kiri
f. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang di antar oleh orangtuanya dengan keluhan adanya bercak
putih pada kornea mata kiri dari sejak umur 2 bulan kurang lebih 1,5 tahun
Poliklinik mata Rumah Sakit Umum Wangaya. Saat ini pasien menyangkal
adanya rasa sakit, berair, rasa pegal, rasa gatal.
Pasien mengeluhkan mata kering setiap bangun tidur terasa belekan,
bengkak dan merah, mengeluhkan keluar kotoran berwarna putih setiap saat
selama 3 jam sekali pasien juga menyangkal menggaruk mata kirinya.

g. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien datang di antar oleh ibunya mengaku bahwa sakit mata selama
2 bulan, mata merah, bengkak sebelumnya os dibawa ke dukun dikasi madu
dan ibu os mengatakan ada membaik. Pasien hanya membeli obat salep
sendiri, tanpa konsultasi ataupun resep dokter.

h. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang pernah memiliki keluhan serupa
seperti pasien. Riwayat keluarga mempunyai kencing manis disangkal oleh
pasien. Ibu os mengatakan bahwa mempunyai Riwayat diabetes. Selain itu,
riwayat keluarga menderita penyakit mata disangkal oleh pasien.

i. Riwayat Pengobatan dan Alergi

4
Pasien mengaku ia telah mencoba untuk menggunakan obat salep mata
sebelumnya, pasien mengatakan dengan obat salep mata, kemerahan di mata
pasien menghilang untuk sesaat.

III. Pemeriksaan Fisik


a. Status generalis:
o Keadaan Umum : Baik
o Kesadaran : Compos Mentis

b. Status Oftalmologis
Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)

Inspeksi

Gambar

Sulit dinilai Visus Sulit dinilai

Baik ke segala arah Gerak bola mata Baik ke segala arah

Palpebra Superior
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Benjolan/Masa Tidak ada

5
Palpebra Inferior
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Hiperremis Tidak ada

Margo Palpebra Superior et Sillia


Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Ulkus Tidak ada
Tidak ada Chalazion Tidak ada
Tidak ada Hordeolum Tidak ada
Tidak ada Trikiasis Tidak ada
Tidak ada Sikatriks Tidak ada
Margo Palpebral Inferior et sillia
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Ulkus Tidak ada
Tidak ada Chalazion Tidak ada
Tidak ada Hordeolum Tidak ada
Tidak ada Trikiasis Tidak ada
Tidak ada Sikatriks Tidak ada

Konjungtiva Tarsalis Superior & Inferior


Tidak ada Hordeolum Tidak ada
Tidak ada Kalazion Tidak ada
Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Konjungtiva Bulbi
Perdarahan
Tidak ada Tidak ada
subkonjungtiva
Tidak ada Injeksi Konjungtiva Tidak ada
Tidak ada Pterigium Tidak ada
Tidak ada Pinguekula Tidak ada
Tidak ada Sikatriks Tidak ada
Tidak ada Masa/Benjolan Tidak ada

6
Kornea
Jernih Kejernihan Keruh
Terdapat leukoma berukuran  3
Tidak ada
mm, terletak di sentral kornea
COA
Dalam Kedalaman Sulit dinilai
Iris
Cokelat Warna Sulit dinilai
Tidak ada Kripta Sulit dinilai
Tidak ada Sinekia Anterior Sulit dinilai
Tidak ada Sinekia Posterior Sulit dinilai
Pupil
Bulat Bentuk Sulit dinilai
Diameter 3 mm Ukuran Sulit dinilai
Positif Refleks Cahaya Langsung Sulit dinilai
Refleks Cahaya tidak
Positif Sulit dinilai
langsung
Positif Leukokoria Sulit dinilai
Lensa
Jernih Kejernihan Sulit dinilai
Vitreous
Jernih Kejernihan Sulit dinilai
Tidak ada Flare Sulit dinilai
Tidak ada Pus/Eksudat Sulit dinilai
Tidak ada Darah Sulit dinilai
Tidak ada Fibrosis Sulit dinilai
Fundus
Tidak dilakukan Refleks Fundus Tidak dilakukan
TIO
Tidak Dilakukan Palpasi Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan Tonometri Schiotz Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan Digital NCT (mmHg) Tidak Dilakukan
IV. Resume
a. Anamnesis
Pasien berinisial Tn J, berusia 1 tahun 8 bulan, datang dengan keluhan
mata kirinya adanya bercak putih pada kornea mata kiri dari sejak umur 2
bulan kurang lebih 1,5 tahun Poliklinik mata Rumah Sakit Umum Wangaya.
Saat ini pasien menyangkal adanya rasa sakit, berair, rasa pegal, rasa gatal.
Pasien mengeluhkan mata kering setiap bangun tidur terasa belekan,
bengkak, merah, juga mengeluarkan kotoran pada mata berwarna putih setiap
saat selama 3 jam sekali pasien juga menyangkal menggaruk mata kirinya.
Pasien telah mencoba untuk menggunakan obat salep sendiri tanpa
konsultasi ataupun resep dokter, dan mengatakan dengan obat salep mata,
kemerahan di mata pasien menghilang untuk sesaat.

b. Status generalis:
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis.

c. Status oftalmologis:
Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)

Inspeksi
Gambar

Sulit dinilai Visus Sulit dinilai

Gerak bola
Baik ke segala arah mata Baik ke segala arah

Warna keruh,
terdapat leukoma berukuran 3
Jernih Kornea mm, terletak di sentral kornea,
dengan permukaan kornea tidak
rata
Dalam COA Sulit dinilai
Cokelat Iris Sulit dinilai
Bulat Pupil Sulit dinilai
Jernih Lensa Sulit dinilai

d. Diagnosis Kerja
Leukoma kornea oculi sinistra

e. Tatalaksana
a. Medikamentosa
C.lyteers ED 3 dd gtt 1 OS
b. Tindakan Operatif

f. Prognosis
o Quo ad vitam : Bonam
o Quo ad functionam : Malam

9
o Quo ad sanationam : Dubia ad malam

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Kornea


Kornea adalah struktur kompleks yang mempunyai peran sebanyak tiga
perempat daya optik mata. Kornea normalnya tidak ada pembuluh darah
(avascular); nutrisi diberikan dan produk-produk metabolik dikeluarkan oleh
humor akuos di posterior dan air mata di anterior. Kornea adalah jaringan yang
dipersarafi paling padat dan kondisi seperti abrasi dan keratopati bulosa berkaitan
dengan nyeri, fotofobia dan refleks lakrimasi1.
Diameter kornea pada normalnya adalah 11.5 mm secara vertical dan 12
mm secara horizontal. Rata-rata kornea mempunyai kedalaman sentral 540m dan
semakin dalam kearah perifer. Kedalaman sentral kornea berbeda pada masing-
masing individu dan juga menjadi penentu utama tekanan intraocular (TIO)
dengan pengukuran konvensional1.

Gambar 1. Anatomi Kornea

11
Menurut histologi, kornea terdiri dari 5 lapisan yang berbeda. Urutan
dari anterior ke posterior adalah: epitelium, membran Bowman, substransi propia
(stroma kornea), membran Descemet, dan endotelium.
1. Epitelium adalah epitel skuamosa bertingkat yang terdiri dari 5 – 6 lapisan
sel. Lapisan paling bawah (basal) terbuat dari sel kolumnar, dilanjutkan
dengan 2 – 3 sel lapis sayap atau sel paying dan dua lapisan paling luar
adalah sel gepeng2.
2. Membran Bowman adalah lapisan yang terdiri dari massa kolagen padat
tidak bersel yang mempunyai kedalaman 12 m dan mengikat stroma
kornea di anterior dengan membran basal epitelium. Membran ini adalah
lapisan paling luar dari stroma dan menunjukkan resistensi pada infeksi
karena fungsinya sebagai barier terhadap stroma. Tetapi, membran ini
tidak akan beregenerasi jika rusak, sehingga akan digantikan jaringan
parut2.
3. Stroma (substansia propia) adalah lapisan yang mempunyai kedalaman
0.5 mm yaitu 90% dari total kedalaman kornea, sehingga merupakan
lapisan yang hampir membentuk keseluruhan kornea. Lapisan ini terdiri
dari fibril kolagen (lamellae) yang tertanam pada matriks proteoglikan.
Ukuran dan bentuk lamellae yang seragam, menghasilkan keteraturan
yang membuat kornea menjadi transparan. Diantara lamellae terdapat
keratosit, makrofag, histiosit dan sedikit leukosit. Stoma jika rusak tidak
dapat beregenerasi1,2.
4. Membran Descemet adalah lapisan homogen kuat yang menyatukan
stroma dari posterior. Membran ini sangat resisten terhadap agen kimia,
trauma, dan proses patologis. Maka itu, membran ini dapat
mempertahankan integritas bola mata untuk waktu yang lama. Membran
Descemet terdiri dari kolagen dan glikoprotein dan tidak seperti membrane
Bowman, membran ini bias beregenerasi2.
5. Endotelium terdiri dari satu lapisan gepeng bersel poligonal (paling
banyak heksagonal) dimana terlihat mosaik pada slit lamp. Densitas sel
endotelium sekitar 3000 sel/mm2 pada dewasa muda dan menurun
seiringnya usia2. Sel akan berkurang sekitar 0.6% setiap tahunnya dan
tidak bisa beregenerasi. Saat densitas sekitar 500 sel/mm2, edema kornea

12
akan berkembang dan kejernihan akan rusak. Deturgesensi kornea dijaga
oleh sel endotel dengan memompa kelebihan cairan stroma keluar.
Kelebihan cairan di stroma akan diserap oleh endotel sehingga stroma
dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi, suatu faktor yang
diperlukan untuk mempertahankan kualitas refraksi kornea. Dua faktor
yang berkontribusi dalam mencegah edema stroma dan mempertahankan
kandungan air tetap pada 70% adalah fungsi barier dan pompa endotel.
Fungsi barier endotel diperankan oleh adanya tight junction diantara sel-
sel endotel2.

Gambar 2. Lapisan Kornea

Kornea adalah struktur avaskular yang dipersarafi oleh nervus siliaris


anterior yang merupakan cabang dari nervus kranial V cabang pertama yaitu
cabang oftalmika. Dua fungsi fisiologi utama kornea adalah sebagai medium
rekfraksi utama dan untuk menjaga isi intraokular. Kornea bisa memenuhi
kedua fungsi ini dengan mempertahankan kejernihan dan penggantian
jaringan-jaringannya2.

13
2.2 Opasitas Kornea
2.2.1 Definisi
Opasitas kornea, seperti namanya, adalah hilangnya kejernihan normal
pada kornea, yang bisa terjadi pada beberapa keadaan. Maka dari itu, kata
‘opasitas kornea’ digunakan spesifik untuk hilangnya kejernihan kornea yang
disebabkan oleh scarring atau jaringan parut2.
Leukoma adalah jaringan parut dengan munculnya vaskularisasi
kornea, timbul sebagai akhir dari keratitis dan ulkus kornea. Tergantung dari
lokasi dan dalamnya perkembangan stroma, menyebabkan timbulnya leukoma
kornea yang secara jelas terlihat signifikan memerlukan bedah kornea untuk
rehabilitasi visual.
Pada kasus perforasi kornea dengan prolapse iris, bisa terjadi
komplikasi berupa sinekia anterior jika tidak segera mendapatkan tindakan,
yang lama-kelamaan jaringan akan mengalami perforasi dan menjadi sikatriks
yang biasa disebut leukoma adherens dan jika penempelan iris ke kornea tidak
merata maka akan terjadi kelainan bentuk pupil.

2.2.2 Etiologi
Opasitas kornea bisa terjadi karna (1) adanya anomali pada
perkembangan atau setelah trauma kelahiran, (2) penyembuhan luka kornea,
dan (3) penyembuhan ulser kornea2.

2.2.3 Patogenesis
Pada fase awal, epitel dan stroma di area yang terinfeksi atau terkena
trauma akan membengkak dan membentuk nekrosis. Sel inflamasi akut
(terutama neutrofil) akan mengelilingi ulkus awal ini dan menyebabkan
terjadinya nekrosis pada lamella stroma. Inflamasi yang lebih berat, ulkus
yang dalam dan abses stroma yang lebih dalam dapat bergabung sehingga
menyebabkan kornea menipis dan stroma yang terinfeksi akan terkelupas5.
Seiring dengan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, respon
imun seluler dan humoral digabung dengan terapi antibakterial maka akan
menghambat proses replikasi bakteri. Selanjutnya, fagositosis organisme dan
penyerapan debris tanpa destruksi selanjutnya dari kolagen stroma. Selama
stase ini, garis batas terlihat pada epitel ulkus dan infiltrat stroma

14
berkonsolidasi dan tepinya tumpul. Vaskularisasi kornea bisa terjadi jika
keratitis menjadi kronis. Pada stase penyembuhan, epitelium akan mulai
berganti dari area tengah ulserasi dan stroma yang nekrosis diganti dengan
jaringan parut yang diproduksi fibroblas. Fibroblas adalah bentuk lain dari
histiosit dan keratosit. Daerah kornea yang menipis diganti dengan jaringan
fibrosa. Pertumbuhan pembuluh darah baru langsung di area ulserasi akan
mendistribusikan komponen imun seluler dan humoral untuk penyembuhan
lebih lanjut. Membran Bowman tidak beregenerasi tetapi diganti dengan
jaringan fibrosa. Epitel baru akan mengganti dasar yang ireguler dan
vaskularisasi sedikit demi sedikit menghilang5.
Pada beberapa ulkus yang berat, keratolisis stroma dapat berkembang
menjadi perforasi kornea. Pembuluh darah uvea dapat berperan pada perforasi
yang nantinya akan menyebabkan sikatrik kornea. Sikatrik yang terjadi setelah
keratitis sembuh dapat tipis atau tebal. Sikatrik yang tipis sekali yang hanya
dapat dilihat dengan slit lamp disebut nebula. Sedangkan sikatrik yang agak
tebal dan dapat kita lihat menggunakan senter disebut makula. Sikatrik yang
tebal sekali disebut leukoma. Nebula yang difus, yang terdapat pada daerah
pupil lebih mengganggu daripada leukoma yang kecil yang tidak menutupi

daerah pupil. Hal ini disebabkan karena leukoma menghambat semua cahaya
yang masuk, sedangkan nebula membias secara ireguler, sehingga cahaya
yang jatuh di retina juga terpencar dan gambaran akan menjadi kabur sekali5.

2.2.4 Gambaran Klinis


Opasitas kornea dapat menyebabkan hilangnya penglihatan (saat
kekeruhan menutupi area pupil) atau melihat buram (karena efek astigmat)2.
Berdasarkan kepadatannya, tipe-tipe opasitas kornea adalah :
1) Nebula. Jika luka pada kornea melibatkan membran Bowman dan
lapisan luar stroma, hasil kekeruhan hanya sedikit (ringan).
Kekeruhan sangatlah tipis sehingga detil iris masih terlihat dengan

15
jelas melalui opasitas, nebula berbatas kabur. Nebula yang tipis dan
difus menutupi area pupil lebih mengganggu penglihatan
dibandingkan leukoma terlokalisir yang terletak jauh dari area
pupil3. Nebula merupakan luka kornea yang sulit dilihat, maka
pemeriksaan dengan slit lamp diperlukan4.
2) Makula. Opasitas kornea padat dan terjadi saat jaringan parut
melibatkan setengah dari ketebalan stroma. Detil pada struktur
yang lebih dalam hanya terlihat sebagian 2,3. Makula bisa terlihat
dengan penerangan yang benar4.
3) Leukoma (leukoma simplex). Leukoma adalah luka opaque total,
padat, dan berwarna putih tebal yang terjadi saat hampir
keseluruhan stroma terlibat. Pada leukoma, detil struktur dibawah
kornea tidak terlihat sama sekali 3. Leukoma dapat terlihat jelas
dengan mata dan mempunyai batas yang tegas4.
4) Leukoma Aderens. Terjadi saat penyembuhan setelah kornea
perforasi dengan penahanan iris terjadi—leukoma disertai dengan
sinekia anterior3.

2.2.5 Tatalaksana
1) Iridektomi optikus. Biasa dilakukan pada kasus makula sentral
atau kornea leukomatosa, menghasilkan perbaikan penglihatan
dengan dilatasi pupil.
2) Keratoplasti. Keratoplasti memberikan hasil penglihatan yang
baik pada kasus opasitas kornea tanpa komplikasi, dimana
iridektomi optikus tidak terlalu berguna.
Kandidat keratoplasti adalah (1) kemunduran visus yang
disebabkan kornea tidak jernih atau berkabut yang cukup
menganggu aktivitas pasien, (2) keadaan seperti keratokonus,
ektasia, distrofi kornea, degenerasi kornea, opasitas kongenital
yang mengganggu penglihatan pasien6.
3) Phototherapeutic keratectomy (PTK). PTK dilakukan dengan
laser excimer dan bermanfaat pada opasitas kornea superfisial;
nebular.

16
4) Lensa kontak berwarna. Lensa kontak ini memberikan hasil
penampilan kosmetik yang sangat baik pada mata dengan luka
yang buruk atau tidak berpotensi untuk melihat lagi. Untuk saat
ini, opsi ini menjadi pilihan terbaik.
5) Tattooing of scar. Dilakukan untuk tujuan kosmetik di masa lalu.
tindakan ini sesuai untuk bekas luka yang kuat pada mata tenang
tanpa penglihatan baik. Untuk mentato, tinta hitam, emas, atau
platinum India dapat digunakan. Untuk melakukan tato, mula-mula
epitelium yang menutupi opasitas harus dihilangkan dengan
anestesi lokal (2% atau 4% xylocain). Setelah itu, selembar kertas
isap dengan ukuran dan bentuk yang sama akan direndam ada 4%
klorida emas (untuk warna coklat) atau 2% klorida platinum
(untuk warna gelap) dan ditaruh diatasnya. Setelah 2 – 3 menit,
lembaran kertas diangkat dan beberapa tetes 2% hidrazin hidrat
segar dituangkan diatasnya. Terakhir, mata di irigasi dengan
normal salin dan ditambal (patched) setelah diberikan antibiotic
dan salep mata atropin. Epitelium akan tumbuh diatas area
berpigmen2.

2.3 Eviserasi
Enukleasi dan/atau eviserasi adalah tindakan operasi yang dilakukan
pada tahap akhir suatu penyakit mata yang dimana keadaan penyakit mata itu
sudah tidak bisa diperbaiki dengan pemberian terapi medis, seperti pada
kebutaan, trauma dan penyakit mata. Pada eviserasi, tindakan yang dilakukan
adalah pengambilan (mengeluarkan) bola mata saja atau pengambilan isi
orbita, tanpa menghilangkan sklera, konjungtiva, otot-otot dan syaraf mata.
Seringkali, eviserasi dianggap sebagai tindakan kosmetik dan biasa dilakukan
jika tidak terdapat keganasan7. Eviserasi menghasilkan perbaikan pada
kosmetik dan motilitas dibandingkan enukleasi8.
Tindakan lanjutan setelah eviserasi pada umumnya adalah pemasangan
implan orbital untuk mengisi kekosongan volume mata yang hilang
(anophthalmic socket). Pemasangan implan orbital untuk rekonstruksi setelah

17
eviserasi yang saat ini diterima adalah dermis-fat grafts (DFG) yaitu graft
akan diambil dari bokong pasien8.

18
BAB III

ANALISA KASUS

Laki - Laki berinisial Tn J berusia 1 tahun 8 bulan datang ke poliklinik mata


Rumah Sakit Umum Wangaya datang dengan keluhan adanya bercak putih pada
kornea mata kiri dari sejak umur 2 bulan kurang lebih 1,5 tahun. Saat ini pasien
menyangkal adanya rasa sakit, berair, rasa pegal, rasa gatal.
Pasien mengeluhkan mata kering bangun tidur terasa belekan, bengkak, merah,
mengeluhkan keluar kotoran putih setiap saat selama 3 jam sekali pasien juga
menyangkal menggaruk mata kirinya. Sebelumnya os dibawa ke dukun dikasi madu
dan ibu os mengatakn ada membaik. Pasien hanya membeli obat salep sendiri, tanpa
konsultasi ataupun resep dokter.
Dari anamnesis diduga bahwa leukoma, yang merupakan jaringan parut pada
tahap akhir dari keratitis dan ulkus kornea, terjadi karena pada awalnya pasien terkena
keratitis akibat trauma dan masuknya benda asing (madu) pada mata kiri pasien. Lalu,
mata kiri pasien yang terkena trauma tidak diobati dengan benar sehingga
menyebabkan keratitis atau ulkus kornea yang tidak ditangani secara cepat dan baik.
Dan pada akhirnya terbentuk jaringan parut pada kornea pasien.
Pada pemeriksaan fisik mata kiri ditemukan adanya bercak putih keabu-abuan
pada permukaan kornea. Selain itu, kornea tampak keruh dan terdapat leukoma pada
sebagian permukaan kornea.
Ciri khas pada leukoma adalah terlihatnya jaringan putih (opaque), padat, dan
berwarna putih tebal yang dapat terlihat terlihat jelas dengan mata

19
pemeriksa. Selain itu, pada leukoma, struktur mata yang berada dibawah kornea
tidak terlihat karena keruhnya kornea.
Terapi yang dilakukan untuk mata kiri pasien adalah eviserasi dan akan
direkonstruksi dengan Dermis-fat grafts (DFG) karena mata pasien yang sudah tidak
berfungsi. Pasien juga diberikan edukasi mengenai bagaimana cara menjaga dan
membersihkan bola mata palsunya dikemudian hari.

20
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Bowling B. Cornea. In: Kanski’s Clinical Opthalmology. 8th ed. Elsevier;


2016. p. 168 – 9.
2. Khurana, AK. Diseases of the Cornea. Comprehensive Ophthalmology. 5 th ed.
New Delhi, India: New Age International (P) Ltd., Publishers: 2014. p. 121 –
3.
3. Jogi, Renu. The Cornea. Basic Ophthalmology. 5 th ed. New Delhi, India:
Jaypee Brothers Medical Publishers: 2016. p. 111 – 2.
4. Caccamise WC. Macula of the cornea vs nebula and leukoma. Cited on
august 21, 2018. Available
from: http://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/atlas/pages/macula-of-the-
cornea-vs-nebula-and-leukoma.html
5. Ma JJ, Dohlman CH. Mechanims of Corneal Ulceration. Ophthalmol Clin
North Am. 2002;15(1): 27 – 33.
6. Rahman I, Carley F, Hillarby C, Brahma A, Tullo AB. Penetrating
Keratoplasty: indications, outcomes and complications. Eye. 2008;23(6): 1288
– 94.
7. Valeshabad AK, Naseripour M, Asghari R, Parhizgar SH, Parhizgar SE, et al.
Enucleation and Evisceration: indications, complications and
clinicopathological correlations. Int J Ophthalmol. 2014;7(4): 677 – 80.
8. Archer KF, Hurwitz JJ. Dermis-fat Grafts and Evisceration. Ophthalmology.
1989;96(2): 170 – 4.

21

Anda mungkin juga menyukai