Disusun oleh:
dr. Veronica
Pembimbing:
dr. Ida Ayu Putri Kartiningsih Sp.M
BAB I................................................................................................................................3
LAPORAN KASUS.........................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................14
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................14
2.1 Anatomi Kornea..........................................................................................................14
2.2 Opasitas Kornea..........................................................................................................17
2.3 Eviserasi.......................................................................................................................20
BAB III...........................................................................................................................22
ANALISA KASUS.........................................................................................................22
BAB IV...........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24
2
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Inisial : JF
Jenis kelamin : Laki - Laki
Tanggal lahir : 19 – 03 - 2021
Usia : 1 tahun 8 bulan
No. RM : 5171020007877332
No. Telpon : 081779337184
Alamat : Dusun Aeng Soka RT 002 RM 001
Agama : Islam
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada :
a. Hari, Tanggal : Senin, 5 – 12 - 2022
b. Pukul : 08.10 WIB
c. Tempat : Poliklinik Mata RSUD Wangaya
d. Keluhan utama
Mata kiri ada bercak putih sejak umur 2 bulan (kurang lebih 1,5 tahun)
e. Keluhan Tambahan
Ada bercak putih pada kornea mata kiri
f. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang di antar oleh orangtuanya dengan keluhan adanya bercak
putih pada kornea mata kiri dari sejak umur 2 bulan kurang lebih 1,5 tahun
Poliklinik mata Rumah Sakit Umum Wangaya. Saat ini pasien menyangkal
adanya rasa sakit, berair, rasa pegal, rasa gatal.
Pasien mengeluhkan mata kering setiap bangun tidur terasa belekan,
bengkak merah, mengeluhkan keluar kotoran berwarna putih setiap saat
selama 3 jam sekali pasien juga menyangkal menggaruk mata kirinya.
4
Pasien mengaku ia telah mencoba untuk menggunakan obat salep mata
sebelumnya, pasien mengatakan dengan obat salep mata, kemerahan di mata
pasien menghilang untuk sesaat.
b. Status Oftalmologis
Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)
Inspeksi
Gambar
Palpebra Superior
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Hiperemis Tidak ada
Tidak ada Benjolan/Masa Tidak ada
5
Palpebra Inferior
Tidak ada Edema Tidak ada
Tidak ada Hiperremis Tidak ada
6
Kornea
Jernih Kejernihan Keruh
Terdapat leukoma berukuran 3
Tidak ada Leukoma
mm, terletak di sentral kornea
COA
Dalam Kedalaman Sulit dinilai
Iris
Cokelat Warna Sulit dinilai
Tidak ada Kripta Sulit dinilai
Tidak ada Sinekia Anterior Sulit dinilai
Tidak ada Sinekia Posterior Sulit dinilai
Pupil
Bulat Bentuk Sulit dinilai
Diameter 3 mm Ukuran Sulit dinilai
Positif Refleks Cahaya Langsung Sulit dinilai
Refleks Cahaya tidak
Positif Sulit dinilai
langsung
Positif Leukokoria Sulit dinilai
Lensa
Jernih Kejernihan Sulit dinilai
Vitreous
Jernih Kejernihan Sulit dinilai
Tidak ada Flare Sulit dinilai
Tidak ada Pus/Eksudat Sulit dinilai
Tidak ada Darah Sulit dinilai
Tidak ada Fibrosis Sulit dinilai
Fundus
Tidak dilakukan Refleks Fundus Tidak dilakukan
TIO
Tidak Dilakukan Palpasi Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan Tonometri Schiotz Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan Digital NCT (mmHg) Tidak Dilakukan
IV. Resume
a. Anamnesis
Pasien berinisial Tn J, berusia 1 tahun 8 bulan, datang dengan keluhan
mata kirinya adanya bercak putih pada kornea mata kiri dari sejak umue 2
bulan kurang lebih 1,5 tahun Poliklinik mata Rumah Sakit Umum Wangaya.
Saat ini pasien menyangkal adanya rasa sakit, berair, rasa pegal, rasa gatal.
Pasien mengeluhkan mata kering setiap bangun tidur terasa belekan,
bengkak, merah, juga mengeluarkan kotoran pada mata berwarna putih setiap
saat selama 3 jam sekali pasien juga menyangkal menggaruk mata kirinya.
Pasien telah mencoba untuk menggunakan obat salep sendiri tanpa
konsultasi ataupun resep dokter, dan mengatakan dengan obat salep mata,
kemerahan di mata pasien menghilang untuk sesaat.
b. Status generalis:
Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis.
c. Status oftalmologis:
Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)
Inspeksi
Gambar
Gerak bola
Baik ke segala arah mata Baik ke segala arah
Warna keruh,
terdapat leukoma berukuran 3
Jernih Kornea mm, terletak di sentral kornea,
dengan permukaan kornea tidak
rata
Dalam COA Sulit dinilai
Cokelat Iris Sulit dinilai
Bulat Pupil Sulit dinilai
Jernih Lensa Sulit dinilai
d. Diagnosis Kerja
Leukoma kornea oculi sinistra
e. Tatalaksana
a. Medikamentosa
C.lyteers ED 3 dd gtt 1 OS
b. Tindakan Operatif
f. Prognosis
o Quo ad vitam : Bonam
o Quo ad functionam : Malam
9
o Quo ad sanationam : Dubia ad malam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
Menurut histologi, kornea terdiri dari 5 lapisan yang berbeda. Urutan
dari anterior ke posterior adalah: epitelium, membran Bowman, substransi propia
(stroma kornea), membran Descemet, dan endotelium.
1. Epitelium adalah epitel skuamosa bertingkat yang terdiri dari 5 – 6 lapisan
sel. Lapisan paling bawah (basal) terbuat dari sel kolumnar, dilanjutkan
dengan 2 – 3 sel lapis sayap atau sel paying dan dua lapisan paling luar
adalah sel gepeng2.
2. Membran Bowman adalah lapisan yang terdiri dari massa kolagen padat
tidak bersel yang mempunyai kedalaman 12 m dan mengikat stroma
kornea di anterior dengan membran basal epitelium. Membran ini adalah
lapisan paling luar dari stroma dan menunjukkan resistensi pada infeksi
karena fungsinya sebagai barier terhadap stroma. Tetapi, membran ini
tidak akan beregenerasi jika rusak, sehingga akan digantikan jaringan
parut2.
3. Stroma (substansia propia) adalah lapisan yang mempunyai kedalaman
0.5 mm yaitu 90% dari total kedalaman kornea, sehingga merupakan
lapisan yang hampir membentuk keseluruhan kornea. Lapisan ini terdiri
dari fibril kolagen (lamellae) yang tertanam pada matriks proteoglikan.
Ukuran dan bentuk lamellae yang seragam, menghasilkan keteraturan
yang membuat kornea menjadi transparan. Diantara lamellae terdapat
keratosit, makrofag, histiosit dan sedikit leukosit. Stoma jika rusak tidak
dapat beregenerasi1,2.
4. Membran Descemet adalah lapisan homogen kuat yang menyatukan
stroma dari posterior. Membran ini sangat resisten terhadap agen kimia,
trauma, dan proses patologis. Maka itu, membran ini dapat
mempertahankan integritas bola mata untuk waktu yang lama. Membran
Descemet terdiri dari kolagen dan glikoprotein dan tidak seperti membrane
Bowman, membran ini bias beregenerasi2.
5. Endotelium terdiri dari satu lapisan gepeng bersel poligonal (paling
banyak heksagonal) dimana terlihat mosaik pada slit lamp. Densitas sel
endotelium sekitar 3000 sel/mm2 pada dewasa muda dan menurun
seiringnya usia2. Sel akan berkurang sekitar 0.6% setiap tahunnya dan
tidak bisa beregenerasi. Saat densitas sekitar 500 sel/mm2, edema kornea
12
akan berkembang dan kejernihan akan rusak. Deturgesensi kornea dijaga
oleh sel endotel dengan memompa kelebihan cairan stroma keluar.
Kelebihan cairan di stroma akan diserap oleh endotel sehingga stroma
dipertahankan dalam keadaan sedikit dehidrasi, suatu faktor yang
diperlukan untuk mempertahankan kualitas refraksi kornea. Dua faktor
yang berkontribusi dalam mencegah edema stroma dan mempertahankan
kandungan air tetap pada 70% adalah fungsi barier dan pompa endotel.
Fungsi barier endotel diperankan oleh adanya tight junction diantara sel-
sel endotel2.
13
2.2 Opasitas Kornea
2.2.1 Definisi
Opasitas kornea, seperti namanya, adalah hilangnya kejernihan normal
pada kornea, yang bisa terjadi pada beberapa keadaan. Maka dari itu, kata
‘opasitas kornea’ digunakan spesifik untuk hilangnya kejernihan kornea yang
disebabkan oleh scarring atau jaringan parut2.
Leukoma adalah jaringan parut dengan munculnya vaskularisasi
kornea, timbul sebagai akhir dari keratitis dan ulkus kornea. Tergantung dari
lokasi dan dalamnya perkembangan stroma, menyebabkan timbulnya leukoma
kornea yang secara jelas terlihat signifikan memerlukan bedah kornea untuk
rehabilitasi visual.
Pada kasus perforasi kornea dengan prolapse iris, bisa terjadi
komplikasi berupa sinekia anterior jika tidak segera mendapatkan tindakan,
yang lama-kelamaan jaringan akan mengalami perforasi dan menjadi sikatriks
yang biasa disebut leukoma adherens dan jika penempelan iris ke kornea tidak
merata maka akan terjadi kelainan bentuk pupil.
2.2.2 Etiologi
Opasitas kornea bisa terjadi karna (1) adanya anomali pada
perkembangan atau setelah trauma kelahiran, (2) penyembuhan luka kornea,
dan (3) penyembuhan ulser kornea2.
2.2.3 Patogenesis
Pada fase awal, epitel dan stroma di area yang terinfeksi atau terkena
trauma akan membengkak dan membentuk nekrosis. Sel inflamasi akut
(terutama neutrofil) akan mengelilingi ulkus awal ini dan menyebabkan
terjadinya nekrosis pada lamella stroma. Inflamasi yang lebih berat, ulkus
yang dalam dan abses stroma yang lebih dalam dapat bergabung sehingga
menyebabkan kornea menipis dan stroma yang terinfeksi akan terkelupas5.
Seiring dengan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, respon
imun seluler dan humoral digabung dengan terapi antibakterial maka akan
menghambat proses replikasi bakteri. Selanjutnya, fagositosis organisme dan
penyerapan debris tanpa destruksi selanjutnya dari kolagen stroma. Selama
stase ini, garis batas terlihat pada epitel ulkus dan infiltrat stroma
14
berkonsolidasi dan tepinya tumpul. Vaskularisasi kornea bisa terjadi jika
keratitis menjadi kronis. Pada stase penyembuhan, epitelium akan mulai
berganti dari area tengah ulserasi dan stroma yang nekrosis diganti dengan
jaringan parut yang diproduksi fibroblas. Fibroblas adalah bentuk lain dari
histiosit dan keratosit. Daerah kornea yang menipis diganti dengan jaringan
fibrosa. Pertumbuhan pembuluh darah baru langsung di area ulserasi akan
mendistribusikan komponen imun seluler dan humoral untuk penyembuhan
lebih lanjut. Membran Bowman tidak beregenerasi tetapi diganti dengan
jaringan fibrosa. Epitel baru akan mengganti dasar yang ireguler dan
vaskularisasi sedikit demi sedikit menghilang5.
Pada beberapa ulkus yang berat, keratolisis stroma dapat berkembang
menjadi perforasi kornea. Pembuluh darah uvea dapat berperan pada perforasi
yang nantinya akan menyebabkan sikatrik kornea. Sikatrik yang terjadi setelah
keratitis sembuh dapat tipis atau tebal. Sikatrik yang tipis sekali yang hanya
dapat dilihat dengan slit lamp disebut nebula. Sedangkan sikatrik yang agak
tebal dan dapat kita lihat menggunakan senter disebut makula. Sikatrik yang
tebal sekali disebut leukoma. Nebula yang difus, yang terdapat pada daerah
pupil lebih mengganggu daripada leukoma yang kecil yang tidak menutupi
daerah pupil. Hal ini disebabkan karena leukoma menghambat semua cahaya
yang masuk, sedangkan nebula membias secara ireguler, sehingga cahaya
yang jatuh di retina juga terpencar dan gambaran akan menjadi kabur sekali5.
15
jelas melalui opasitas, nebula berbatas kabur. Nebula yang tipis dan
difus menutupi area pupil lebih mengganggu penglihatan
dibandingkan leukoma terlokalisir yang terletak jauh dari area
pupil3. Nebula merupakan luka kornea yang sulit dilihat, maka
pemeriksaan dengan slit lamp diperlukan4.
2) Makula. Opasitas kornea padat dan terjadi saat jaringan parut
melibatkan setengah dari ketebalan stroma. Detil pada struktur
yang lebih dalam hanya terlihat sebagian 2,3. Makula bisa terlihat
dengan penerangan yang benar4.
3) Leukoma (leukoma simplex). Leukoma adalah luka opaque total,
padat, dan berwarna putih tebal yang terjadi saat hampir
keseluruhan stroma terlibat. Pada leukoma, detil struktur dibawah
kornea tidak terlihat sama sekali 3. Leukoma dapat terlihat jelas
dengan mata dan mempunyai batas yang tegas4.
4) Leukoma Aderens. Terjadi saat penyembuhan setelah kornea
perforasi dengan penahanan iris terjadi—leukoma disertai dengan
sinekia anterior3.
2.2.5 Tatalaksana
1) Iridektomi optikus. Biasa dilakukan pada kasus makula sentral
atau kornea leukomatosa, menghasilkan perbaikan penglihatan
dengan dilatasi pupil.
2) Keratoplasti. Keratoplasti memberikan hasil penglihatan yang
baik pada kasus opasitas kornea tanpa komplikasi, dimana
iridektomi optikus tidak terlalu berguna.
Kandidat keratoplasti adalah (1) kemunduran visus yang
disebabkan kornea tidak jernih atau berkabut yang cukup
menganggu aktivitas pasien, (2) keadaan seperti keratokonus,
ektasia, distrofi kornea, degenerasi kornea, opasitas kongenital
yang mengganggu penglihatan pasien6.
3) Phototherapeutic keratectomy (PTK). PTK dilakukan dengan
laser excimer dan bermanfaat pada opasitas kornea superfisial;
nebular.
16
4) Lensa kontak berwarna. Lensa kontak ini memberikan hasil
penampilan kosmetik yang sangat baik pada mata dengan luka
yang buruk atau tidak berpotensi untuk melihat lagi. Untuk saat
ini, opsi ini menjadi pilihan terbaik.
5) Tattooing of scar. Dilakukan untuk tujuan kosmetik di masa lalu.
tindakan ini sesuai untuk bekas luka yang kuat pada mata tenang
tanpa penglihatan baik. Untuk mentato, tinta hitam, emas, atau
platinum India dapat digunakan. Untuk melakukan tato, mula-mula
epitelium yang menutupi opasitas harus dihilangkan dengan
anestesi lokal (2% atau 4% xylocain). Setelah itu, selembar kertas
isap dengan ukuran dan bentuk yang sama akan direndam ada 4%
klorida emas (untuk warna coklat) atau 2% klorida platinum
(untuk warna gelap) dan ditaruh diatasnya. Setelah 2 – 3 menit,
lembaran kertas diangkat dan beberapa tetes 2% hidrazin hidrat
segar dituangkan diatasnya. Terakhir, mata di irigasi dengan
normal salin dan ditambal (patched) setelah diberikan antibiotic
dan salep mata atropin. Epitelium akan tumbuh diatas area
berpigmen2.
2.3 Eviserasi
Enukleasi dan/atau eviserasi adalah tindakan operasi yang dilakukan
pada tahap akhir suatu penyakit mata yang dimana keadaan penyakit mata itu
sudah tidak bisa diperbaiki dengan pemberian terapi medis, seperti pada
kebutaan, trauma dan penyakit mata. Pada eviserasi, tindakan yang dilakukan
adalah pengambilan (mengeluarkan) bola mata saja atau pengambilan isi
orbita, tanpa menghilangkan sklera, konjungtiva, otot-otot dan syaraf mata.
Seringkali, eviserasi dianggap sebagai tindakan kosmetik dan biasa dilakukan
jika tidak terdapat keganasan7. Eviserasi menghasilkan perbaikan pada
kosmetik dan motilitas dibandingkan enukleasi8.
Tindakan lanjutan setelah eviserasi pada umumnya adalah pemasangan
implan orbital untuk mengisi kekosongan volume mata yang hilang
(anophthalmic socket). Pemasangan implan orbital untuk rekonstruksi setelah
17
eviserasi yang saat ini diterima adalah dermis-fat grafts (DFG) yaitu graft
akan diambil dari bokong pasien8.
18
BAB III
ANALISA KASUS
19
pemeriksa. Selain itu, pada leukoma, struktur mata yang berada dibawah kornea
tidak terlihat karena keruhnya kornea.
Terapi yang dilakukan untuk mata kiri pasien adalah eviserasi dan akan
direkonstruksi dengan Dermis-fat grafts (DFG) karena mata pasien yang sudah tidak
berfungsi. Pasien juga diberikan edukasi mengenai bagaimana cara menjaga dan
membersihkan bola mata palsunya dikemudian hari.
20
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
21