Anda di halaman 1dari 23

CENTRAL SEROUS

RETINOPATHY
(CSR)

IDA NURAINUN ADJAD M.


APA ITU Central Serous Retinopathy (CSR) / Central Seorous
Chorioretinopathy (CSCR) ?

Retinopati serosa sentral ( CSR ) merupakan kelainan pada


makula retina dimana terdapat pengumpulan cairan dibawah
retina(koroid) akibat adanya kebocoran lapisan Retina Pigmen
Epitel (RPE) → pengumpulan cairan di daerah makula →
penglihatan terganggu. (AAO,2019)

CSR didefinisikan sebagai terjadinya elevasi / ablasi retina bagian


sensoris pada makula yang disebabkan oleh keberadaan cairan
serosa. Adapun patofisiologi yang mendasari kejadian ini sampai
saat ini masih belum terlalu dimengerti (idiopatik), diperkirakan
terjadi sebagai akibat dari gangguan pompa ionik dari Retinal
Pigmented Epithelial cells (RPE) maupun vaskulopati yang
menyebabkan kebocoran / peningkatan permeabilitas dari
khoriokapiler.
EPIDEMIOLOGI Central Serous Retinopathy (CSR) / Central Seorous
Chorioretinopathy (CSCR)

Faktor risiko yang diketahui


berperan pada CSR adalah
Insidensi usia muda / pertengahan
10/100.000 (20-40 tahun)

populasi

Retinopati serosa sentral ( CSR ) terutama terdapat pada dewasa


muda. Laki-laki lebih banyak terkena dibanding wanita.
PATOFISIOLOGI Central Serous Retinopathy (CSR) / Central Seorous
Chorioretinopathy (CSCR)

Lepasnya retina dari lapis pigmen epitel di daerah


makula karena masuknya cairan melalui membran
Bruch dan pigmen epitel yang inkompeten menyebab
kan distorsi lapisan fotoreseptor dan cairan dibawah
makula. Akibatnya terdapat gangguan fungsi makula
sehingga penglihatan menurun mendadak disertai
metamorfopsia (distorsi penglihatan berbentuk
gelombang), hipermetropia dengan skotoma (daerah
buta atau agak-buta dalam lapangan pandang) relatif
dan positif.
ETIOLOGI Central Serous Retinopathy (CSR) / Central Seorous
Chorioretinopathy (CSCR)
MANIFESTASI KLINIS Central Serous Retinopathy (CSR) /
Central Seorous Chorioretinopathy (CSCR)
PEMERIKSAAN Central Serous Retinopathy (CSR) / Central
Seorous Chorioretinopathy (CSCR)

1. KETAJAMAN PENGLIHATAN /VISUS


Penglihatan kabur, turun menjadi 6/9 sampai 6/12, dengan koreksi lensa
positif akan lebih terang atau mendekati normal ( hipermetrop )
2. AMSLER GRID TEST
• Grafik dengan pola segiempat yang digunakan untuk mendeteksi
gangguan lapang pandang pusat.
• Fungsinya untuk memeriksa dan memonitor gejala dari degenerasi
makula. Jika terjadi retinopati serosa sentral, dengan uji Amsler
terdapat penyimpangan garis lurus disertai dengan skotoma.
3. Funduskopi
Dapat ditemukan elevasi dari
retina bagian sensoris dengan
bentuk bulat atau oval atau
pembengkakan berbatas tegas
pada makula serta cairan
subretinal pada lesi awal atau
presipitat pada permukaan
retina posterior. Dalam hal ini,
dapat ditemukan refleks makula
yang menurun atau bahkan
tidak ada.
4. OCT (Optical Coherence Tomography)
4. FA (Fluorescein Angiography)
umumnya menunjukkan g
ambaran smokestack
ataupun ink blot. Gambara
n smokestack diperlihatka
n sebagai titik yang meng
alami hiperfluoresensi
kemudian dilanjutkan den
gan difusi melalui area
yang mengalami elevasi /
5. ICGA (Indo Cyanine Green Angiography).
TATALAKSANA Central Serous Retinopathy (CSR) /
Central Seorous Chorioretinopathy (CSCR) ?
Non medikamentosa Medikamentosa
• Modifikasi faktor risiko yan • Jarang dilakukan, akan tetapi apa
g dapat diubah (pemakaian bila muncul komplikasi misalnya
steroid jangka panjang, neurovaskularisasi koroid,
hindari stress) bevicizumab dapat digunakan.

Tatalaksana lain
• Fokoagulasi laser pada RPE yang mengalami kebocoran apabila
setelah observasi tidak ditemukan regresi spontan.
• Photo Dynamic Therapy (PDT),terutama pada kasus CSR kronik.
Tatalaksana ini dapat berefek langsung pada sirkulasi koroid melalui
percepatan resorpsi cairan, akan tetapi berisiko untuk menimbulkan
iskemia pada makula, sehingga seringkali tidak dikerjakan.
PROGNOSIS Central Serous Retinopathy (CSR) / Central
Seorous Chorioretinopathy (CSCR) ?

Umumnya kelinan ini menghilang dengan sendirinya setelah 6-8


minggu, biasanya akan hilang total setelah 4-6 bulan. tapi walaupun
ketajaman penglihatan normal, banyak pasien mengalami defek
penglihatan permanen, misalnya penurunan ketajaman kepekaan
terhadap warna, dan skotoma relatif.
Thank you
Insert the title of your subtitle Here

Anda mungkin juga menyukai