Anda di halaman 1dari 3

REFINING THE SPHERE

(Memperhalus Sferis)
Setelah kekuatan dan aksis silinder telah ditentukan baik dengan menggunakan dial
astigmat atau metode cross-cylinder, langkah akhir dari refraksi monokular adalah
memperhalus sferis. Endpoint refraksi adalah lensa plus tertinggi dan lensa minus
terkecil, sferis yang menghasilkan visus terbaik.
Ketika teknik cross cylinder telah digunakan untuk menentukan kekuatan dan aksis
silinder, kelainan refraksi dianggap sebagai titik tunggal. Tambahkan sferis plus +0.25
sampai pasien melaporkan penurunan penglihatan.

Jika tidak ditambahkan lensa sferis

positif, tambahkan sferis -0.25 sampai pasien mencapai tajam penglihatan maksimal.
Dengan menggunakan akomodasi pasien dapat mengkompensasi kelebihan sferis negatif.
Oleh karena itu, penting untuk menggunakan sferis negatif terkecil untuk menjapai visus
maksimal. Akomodasi menciptakan efek kebalikan dari teleskop Galilean, dimana mata
menghasilkan lebih banyak kekuatan positif ketikan lensa minus ditambahkan ke depan
mata. Bisa kekutan sferis negatif ini ditingkatkan, pasien melihat huruf tampak leih kecil
dan jauh.
Pasien disuruh untuk fiksasi pada suatu titik. Sebelum mengurangi kenaikan 0.25 D,
beritahukan pasien bahwa huruf mungkin akan tampak lebih tajam atau lebih jelas atau
lebih dekat atau lebih gelap, dan suruh pasien untuk menyebutkan apa yang tampak.
Kurangi kekuatan sferis positif hanya ketika huruf tampak lebih jelas.
Jika dial astigmat telah digunakan dan astigmatkan dinetralkan (semua garis pada dial
astigmat sama jelas atau kaburnya), mata sebaiknya tetap dikaburkan, lensa sferis positif
tambahan hanya akan meningkatkan kekaburan. Oleh karena itu, gunakan sferis negatif
mengurangi kekuatan sferis sampa visus maksimal tercapai. Hati-hati untuk tidak
menyebabkan overminus pada pasien.
Untuk memperjelas endpoint, digunakan tes duochrome ( merah - hijau atau bichrome).
Sebuah split merah-hijau untuk membuat latar belakang secara vertikal terbagi dua
menjadi setengah merah dan setengah hijau. Dikarenakan aberasi kromatik pada mata,
gelombang pendek (hijau) difokuskan didepan gelombang merah yang lebih panjang.
Mata fokus di dekat midpoint dari spektrum, antara gelombang merah dan hijau. Dengan

koreksi sferis yang optimal, huruf-huruf pada chart merah-hijau akan tampak sama
jelasnya. Filter komersil yang digunakan dalam tes duochrome menghasilkan interval
kromatik sekitar 0.50 D antara merah dan hijau. Ketika bayangan difokuskan dengan
jelas pada cahaya putih, maka mata miopia 0.25D untuk simbol hijau dan hiperopia 0.25
D untuk simbol merah.
Masing-masing mata diperiksa secara terpisah untuk tes duchrome, yang dimulai dengan
mata sedikit dikaburkan (dengan 0.5 D untuk relaksasi akomodasi). Huruf pada bagian
merah seharusnya tampak lebih jelas, dan pemeriksa harus menambahkan sferis minus
sampai kedua bagian (merah dan jihau) sama. Jika pasien mengatakan bahwa huruf pada
bagian hijau lebih tajam, berarti lensa terlalu minus dan sebaiknya ditambahkan lensa
positif.
Karena berdasarkan pada aberasi kromatik dan bukan pada diskriminasi warna,
pemeriksaan ini dapat juga digunakan pada pasien dengan buta warna. Mata dengan
akomodasi hiperaktif mungkin masih membutuhkan sferis negatif tinggi untuk
menyeimbangkan merah dan hijau. Sikloplegik mungkin penting. Tes duochrome tidak
digunakan untuk pasien dengan visus yang lebih jelek dari 20/30 (6/90, karena perbedaan
0.50 D antara kedua sisi terlalu kecil untuk dibedakan.
KESEIMBANGAN BINOKULAR
Langkah akhir yang penting dari refraksi subjektif adalah untuk memastikan akomodasi
telah dihilangkan pada kedua mata. Beberapa metode keseimbangan binokuler biasa
digunakan.
FOGGING
Ketika endpoint refraksi dikaburkan dengan menggunakan sferis +2.00 didepan ke dua
mata, visus akan berkurang hingga 20/200-20/100 (6/60-6/30). Letakka sferis -0.25 D di
depan salah satu mata dan kemudian pada mata sebelahnya, dan lakukan alternat cover
test, pasien seharusnya bisa mengidentifikasi mata yang diberi sferis -0.25 D di depan
nya dengan bayangan yang tampak lebih jelas pada 20/100 (6/30) atau 20/70 (6/20). Jika
k dua mata tidak seimbang, maka lensa sferis ditambah atau dikurangi 0.25 hingga
terdapat keseimbangan.

Dalam memeriksa keseimbangan binokular, metode fogging juga dapat memberikan


informasi mengenai kekuatan lensa sferis yang sesuai. Jika salah satu mata overminus
atau underplus, pasien akan bisa membaca chart jauh ke bawah hingga 20/70 (6/20),
20/50 (6/15), atau bahkan 20/40 (6/12) dengan fogging menggunakan sferis +2.00.
DISOSIASI PRISMA
Pemeriksaan keseimbagan binokular yang paling sensitif adalah disosiasi atau pemisahan
prisma. Pada pemeriksaan ini endpoint refraksi dikaburkan dengan lensa sferis +1.00, dan
prisma vertikal 4 atau 5 PD pada salah satu mata. Hal ini akan menyebabkan pasien
meliat 2 chart, satu diatas yang lainnya. Sebuah garis tunggal, biasanya 20/40 (6/12)
diisolasi pada chart, dengan pasien meihat 2 garis terpisah secara terus menerus, 1 garis
untuk 1 mata. Perbedaan antara bayangan yang dkaburkan pada kedua mata minimal 0.25
D akan terdeteksi. Sferis +0.25 D ditempatkan di depan salah satu mata dan kemudian
pada mata yang lainnya. Jika mata seimbang, maka bayangan yang dihasilkan dari mata
yang diberi lensa sferis +0.25 D akan lebih kabur. Setelah didapatkan keseimbangan pada
kedua mata, pindahkan prisma dan kurangi pengkaburan secara binokular hingga tercapai
visus maksimal.

Anda mungkin juga menyukai