1. DEFINISI CABG
Pengertian CABG telah dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya Inwood
(2002) menyampaikan bahwa CABG adalah konstruksi jalur (conduits) baru antara aorta
(atau arteri mayor lainnya) dan bagian arteri yang mengalami obstruksi atau stenosis.
Sedangkan menurut Ignatavicius & Workman (2006), CABG adalah membuat baypass
pada sumbatan arteri dengan vena klien sendiri atau pembuluh darah arteri atau sintetik
graft. Pendapat lain dikemukakan oleh Finkelmeier (2000), bahwa CABG adalah
intervensi modalitas utama untuk memperbaiki hemodinamik klien dengan stenosis arteri
koroner dengan membuat jalur baru menggunakan arteri dan vena klien sendiri dalam
sirkulasi arteri koroner. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa CABG adalah
tindakan operasi untuk mengatasi stenosis pada sirkulasi arteri koroner dengan membuat
jalur baru menggunakan arteri atau vena pasien sendiri. Kepastian adanya stenosis
koroner dilakukan dengan kateterisasi.
Pembuluh darah yang paling sering digunakan adalah vena saphena magna dan
arteri mamaria interna, karena arteri mamari interna mempunyai patensi 90% setelah 10
tahun operasi dan 50 % pada vena saphena magna. Disebutkan juga alasan lain yang
mengikuti adalah ukuran dari pembuluh darah tersebut lebih kecil dari arteri koroner,
mempunyai turbulensi aliran yang adekuat dan mudah untuk ditemukan. Arteri radialis
diinsisi lebih kurang 2 cm dari siku dan berakhir 1 inch dari pergelangan tangan.
Biasanya sebelum dilakukan pemeriksaan Allen Test untuk mengetahui kepatenan arteri
ulnaris jika arteri radialis diambil.
CABG bertujuan untuk revaskularisasi aliran arteri koronari akibat adanya
penyempitan atau sumbatan ke otot jantung.
2. PROSEDUR CABG
CABG dilakukan dengan membuka dinding dada dan pemotongan tulang sternum
selanjutnya dilakukan pemasangan pembuluh darah baru yang diambil dari pembuluh
darah pasien sendiri. Awalnya CABG dilakukan dengan menggunakan mesin jantung
paru dimana jantung dibuat tidak berdenyut selama operasi.
Peran jantung untuk mempertahankan sirkulasi dan pernapasan diganti oleh mesin
selama operasi berlangsung. Sejak awal tahun 2000 telah diperkenalkan metode baru
tanpa mesin sehingga jantung dan paru-paru dapat tetap berfungsi selama operasi. Metode
ini lebih banyak memberi keuntungan, selain masa pemulihan lebih cepat biaya operasi
juga dapat ditekan (Feriyawati, 2006). Smeltzer (2008) menjelaskan kedua teknik yang
digunakan pada prosedur CABG sebagai berikut:
a) Traditional CABG
Prosedur tradisional CABG dilakukan dengan klien dibawah anestesi umum. Ahli
bedah membuat insisi sternotomy median dan menghubungkan klien dengan mesin
cadiopulmonary baypass (CPB) kemudian pembuluh darah dari bagian lain tubuh klien
dicangkokkan pada bagian distal lesi arteri koroner melintasi daerah sumbatan. Setelah
itu CPB dihentikan, selang dada dan selang epycardial dipasang, insisi ditutup. Klien
dipindahkan ke unit perawatan kritis. Prosedur ini dimungkinkan karena CPB
mempertahankan sirkulasi dan oksigenasi selama operasi berlangsung sehingga
oksigenasi kejaringan dan organ dapat terpenuhi. Jantung dihentikan dengan
menyuntikkan cairan cardioplegia yang tinggi pottasium kedalam arteri koroner. Klien
mendapat terapi heparin untuk menghindari kloting dan trombus dalam sirkuit baypass.
Diakhir prosedur, jika mesin pompa sudah diputuskan, klien diberikan terapi protamine
sulfate untuk mengeluarkan efek heparin. Selama prosedur, suhu tubuh klen
dipertahankan dalam kondisi hipotermi, biasanya 28°C sampai 32°C. Darah dari CPB
yang akan dialirkan kedalam tubuh juga didinginkan. Darah yang dingin akan
menurunkan rata-rata metabolik basal klien sehingga menurunkan kebutuhan oksigen
jaringan. Ketika prosedur selesai, darah klien dihangatkan kembali. Produksi urine, gas
darah arteri, elektrolit, dan kadar koagulansia harus selalu dimonitor selama prosedur.
b) Alternative CABG
Beberapa alternative teknik pada CABG telah banyak dikembangkan diantaranya
off-pump CABG (OPCAB). Teknik ini telah dikembangkan sejak tahun 1990. OPCAB
menggunakan teknik insisi yang sama dengan prosedur tradisional tapi operasi dilakukan
tanpa mesin CPB. Betaadrenergic blocker digunakan untuk menurunkan denyut jantung
klien selama prosedur. Ahli bedah menggunakan stabilizer device untuk mempertahankan
kestabilan denyut jantung selama prosedur berlangsung. Banyak keuntungan dari
OPCAB yang telah diteliti diantaranya menurunkan insiden stroke dan komplikasi
neurologi lainnya, gagal ginjal, dan komplikasi post operasi lainnya (Magee, et al 2003
dalam Smeltzer, 2008)
c) Endarterektomi
Endarterektomi (TEA) merupakan tindakan bedah untuk mengangkat plak atheroma dalam
arteri. Namun, endarterektomi seringkali ditemukan dengan restenosis dan terjadinya
stroke.
3. INDIKASI CABG
Menurut Ignativicius & Workman (2006) pasien dilakukan tindakan CABG jika
pasien tidak berespon terhadap obat-obatan CAD (Coronary Artery Disease) atau terjadi
perkembangan penyakit yang sangat cepat. Dengan demikian dikemukakan bahwa
keputusan untuk operasi adalah berdasarkan keluhan pasien dan hasil kateterisasi jantung.
Pasien yang diindikasikan untuk dilakukan operasi adalah: 1) Angina dengan oklusi
>50% pada cabang utama arteri koroner kiri, 2) Unstable angina dengan gangguan 2
pembuluh darah, 3) Iskemik dengan gagal jantung, 4) Myocardiac Infarc Acute, 5)
Tanda-tanda iskemik setelah angiography atau PTCA.
4. KONTRAINDIKASI CABG
Sumbatan pada arteri < 70% sebab jika sumbatan pada arteri koroner
kurang dari 70% maka aliran darah tersebut masih cukup banyak, sehingga mencegah
aliran darah yang adekuat pada pintasan. Akibatnya, akan terjadi bekuan pada CABG,
sehingga hasil operasi menjadi sia-sia (Muttaqin, 2009).