Disusun Oleh:
Mohammad Jordan Fadhilla 1102015138
Pembimbing:
dr. Donny Aldian, Sp.M, MARS
LAPORAN KASUS
“KATARAK SENILIS MATUR”
Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas
Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Mata
Disusun oleh :
Pembimbing
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “DRY
EYES”. Laporan kasus ini adalah salah satu syarat dalam tugas Kepaniteraan Klinik
di Departemen Ilmu Penyakit Mata.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr.Rommel, Sp.M selaku pembimbing
laporan kasus. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua dan
seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan kasus ini.
Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat dalam menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan tema penulisan. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan laporan kasus ini masih terdapat kekurangan oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat menjadi lebih
baik dikemudian hari.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan kasus ini dapat
memenuhi tujuan penulisan dan bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
BAB I
STATUS PASIEN
I.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. CH
Usia : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Kantor
I.2. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 16 Juni 2022 pukul 11.30 WIB.
I.2.1. Keluhan Utama
Penglihatan mata kanan terlihat kabur
I.2.2. Keluhan Tambahan
Tidak ada
I.2.3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan penglihatan
mata kanannya terlihat kabur. Pasien mengatakan telah melakukan operasi
katarak pada kedua matanya pada tahun 2019 dan sekarang sedang menjalani
perawatan jalan.
I.2.4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.
I.2.5. Riwayat Paparan Obat
Pasien tidak ada riwayat paparan obat.
I.2.6. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat keluhan serupa pada keluarga pasien.
I.2.7. Riwayat trauma
Pasien tidak memiliki riwayat trauma pada mata.
‐ Kepala : Normocephal
‐ THT : Tidak dilakukan pemeriksaan
‐ Leher : Tidak dilakukan pemeriksaan
‐ Thoraks : Tidak dilakukan pemeriksaan
‐ Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Visus
Tajam penglihatan 0,2 0,2
Koreksi S-2,5C-0,25x90 0,7 S-0,25C-0,25x90 0,7
Addisi S+2,75 S+2,75
Distansia Pupil Tidak dilakukan
S-2,5C-0,25x90 S-2,5C-0,25x90
Kacamata lama
S+2,75 S+2,75
- Super silia
Warna Hitam Hitam
Letak Simetris Simetris
- Konjungtiva bulbi
Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada
Perdarahan
Tidak ada Tidak ada
subkonjungtiva
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista dermoid Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
- Sistem lakrimalis
Punctum Lacrimal Terbuka Terbuka
Tes anel Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Sklera
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
- Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Infiltrat dan Dendrit Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus senilis Ada Ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Bilik Mata Depan
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Iris
Warna Cokelat kehitaman Cokelat kehitaman
Kriptae Jelas Jelas
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
- Pupil
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks cahaya + +
langsung
Refleks cahaya tidak + +
langsung
- Lensa
Kejernihan Keruh Keruh sebagian
Letak Di tengah Di tengah
Shadow Test Negative Negative
- Badan kaca
Kejernihan Keruh Keruh
- Fundus okuli
Reflex Fundus Tidak terlihat Tidak terlihat
Papil
- Bentuk Tidak terlihat Tidak terlihat
- Palpasi
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Massa Tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi Okuli Per palpasi normal Per palpasi normal
Tonometri digital Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Kampus Visi
Tes Konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
1.5.2 Objektif
a. Pemeriksaan status lokalis oculi dextra :
- Tajam penglihatan 0,2 PH (-) dengan koreksi S-2,5C-0,25x90
0,7.
- Addisi S+2,75
- Pemeriksaan bilik mata anterior menunjukkan mata tenang.
- Shadow test Negative
b. Pemeriksaan status lokalis pada oculi sinistra:
- Tajam penglihatan 0,2 PH (-) S-2,5C-0,25x90 0,7
- Addisi S+2,75
- Pemeriksaan bilik mata anterior menunjukkan mata tenang.
- Shadow test Negative
I.9. PROGNOSIS
OD OS
Ad bonam Ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Kelenjar dan Duktus Lakrimal
II.I.1 Anatomi Kelenjar dan Duktus Lakrimal
2. Bagian Palpebrae yag lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal
forniks konjungtiva superior. Duktus sekretorius lakrimalis. Duktus
sekretorius lakrimalis, yang bermuara di sepuluh lubang kecil,
menghubungkan bagian orbital dan palpebrae glandula lakrimalis dengan
forniks konjungtivae superior. Pembuangan bagian palpebrae dari
kelenjar memutuskan semua saluran penghubung dan dengan demikian
mencegah kelenjar itu bersekresi.
Glandula lakrimalis aksesori (glandula Krause dan Wolfring) terletak di
dalam substansia propia di konjungtiva palpebrae. Air mata mengalir dari
lakuna lakrimalis melalui punctum superior dan inferior dan kanalikuli ke
sakus lakrimalis, yang terletak di dalam fossa lakrimalis. Duktus
nasolakrimalis berlanjut kebawah dari sakus dan bermuara ke dalam
meatus inferior dari rongga nasal, lateral terhadap turbinatum inferior. Air
mata diarahkan kedalam punktum oleh isapan kapiler, gaya berat dan
berkedip. Kekuatan gabungan dari isapan kapiler dalam kanalikuli, gaya
berat dan kerja memompa dari otot Horner yang merupakan perluasan
muskulus orbikularis okuli ke titik di belakang sakus lakrimalis, semua
cenderung meneruskan aliran air mata ke bawah melalui ductus
nasolakrimalis ke dalam hidung 1.
II.2.2. Epidemiologi
Prevalensi mata kering meningkat seiring dengan usia, 15% berusia di atas 65
tahun. Mata kering lebih sering muncul pada wanita, khususnya wanita
pascamenopause. Prevalensi mata kering di Australia kurang lebih adalah
sebesar 7,4% dengan peningkatan prevalensi signifikan pada pasien berusia
tua dan penurunan produksi air mata pada wanita usia 50 hingga 59 tahun. Di
Indonesia, prevalensi sindrom mata kering adalah sebanyak 27,5%.
Peningkatan prevalensi ini berhubungan dengan usia, merokok, dan pterigium.
II.2.3. Etiologi
Mata kering diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu yang didasarkan
pada peningkatan penguapan air mata, serta pada penurunan produksi air
mata. Penurunan produksi air mata akan memicu respons inflamasi pada
lapisan permukaan mata, yang melibatkan mediator selular serta mediator
yang terlarut. Berdasarkan studi klinis, inflamasi inilah yang diyakini berperan
di dalam patogenesis mata kering.3 :
1. Penurunan produksi air mata diklasifikasikan menjadi sindroma Sjögren
dan non Sjögren. Sindroma Sjögren adalah penyakit autoimun yang
mengakibatkan mata kering dan mulut kering. Penyakit ini ditandai
dengan disfungsi kelenjar eksokrin, yaitu kelenjar ludah dan lakrimal.
Pasien dapat mengalami inflamasi pada sistem muskuloskeletal,
gastrointestinal, urogenital, dan pernapasan. Jika kondisi ini berhubungan
dengan penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid atau systemic lupus
erythematosus, maka disebut sebagai sindrom Sjögren sekunder. Mata
kering pada sindroma non-Sjögren dapat disebabkan penyakit lakrimal
primer atau sekunder.
2. Peningkatan penguapan air mata paling banyak disebabkan oleh blefaritis
posterior, yang juga dikenal sebagai disfungsi kelenjar meibom. Pada
kondisi ini, terjadi disfungsi kelenjar lakrimal yang berfungsi untuk
memproduksi lapisan lemak pada tirai air mata. Penyebab lainnya adalah
berkurangnya frekuensi berkedip atau abnormalitas struktur posisi
palpebra. Penurunan jumlah air mata menyebabkan hiperosmolaritas tirai
air mata dan lapisan permukaan mata, yang menyebabkan inflamasi.
Gambar 4. Etiologi dry eye
Pemeriksaan tear break-up time (TBUT) dengan nilai <10 detik disimpulkan
sebagai abnormal. Non-invasive break-up time (NIBUT) merupakan
pemeriksaan stabilitas air mata tanpa menggunakan pewarna fluorescein,
dengan alat xeroskop atau keratometer. Untuk menilai abnormalitas
konjungtiva dan kornea digunakan pewarna-pewarna fluorescein, rose
bengal, dan lissamine green.
Produksi air mata dapat diukur dengan tes Schirmer dengan meletakkan strip
Schirmer atau kertas saring di forniks anterior, tepatnya di perbatasan antara
1/3 lateral dan 2/3 medial tanpa menyentuh kornea. Interpretasi dilakukan
dengan mengukur tingkat pembasahan kertas saling dalam satuan milimeter.
Tes Schirmer terdiri atas dua pemeriksaan3:
II.2.7. Prognosis
Prognosis penyakit mata kering bervariasi tergantung pada tingkat keparahan
kondisinya. Sebagian besar pasien dengan kasus ringan hingga sedang yang dapat
diobati secara simtomatik.Pada pasien dengan kasus berat memerlukan manajemen
bedah seperti oklusi punctal atau mengoreksi malposisi kelopak mata. Secara umum,
prognosis ketajaman penglihatan pada pasien dengan penyakit mata kering adalah
baik.2
II.2.8. Komplikasi
Bila tidak diobati, mata kering derajat berat dapat menyebabkan komplikasi yang
melibatkan kornea seperti keratitis, ulserasi, dan luka pada kornea yang dapat
menyebabkan gangguan penglihatan2.
BAB III
ANALISIS KASUS
Pasien Ny. A usia 69 tahun dating ke Poli Mata RSPAD Gatot Subroto
dengan keluhan mata gatal dan mengeluarkan kotoran setelah ditetesi obat mata. Usia
lanjut merupakan factor risiko timbulnya berbagai penyakit, tak terkecuali dry eye
syndrome. Seiring dengan penuaan, kelenjar lakrimal mengalami kerusakan yang
signifikan. Berbagai perubahan histopatologis terlihat pada kelenjar lakrimal seperti
atrofi asinar, fibrosis periasinar, fibrosis periductus, dilatasi ductus interlobular,
proliferasi ductus interlobular, infiltrasi limfotik, dan infiltrasi lemak. Unsur film air mata
yang mengalami gangguan pada proses penuaan adalah sel goblet. Konjungtiva adalah
salah satu jaringan terkaya akan sel goblet, setelah usus. Sel goblet sangat sensitif
terhadap lingkungan mata dan selain untuk produksi mucin, sel goblet juga terlibat dalam
imunomodulasi pada permukaan mata.6
Kedua mata mengeluarkan kotoran yang banyak. Munculnya kotoran diawali
dengan rasa gatal pada kedua mata pasien, namun tanpa disertai folikel atau papil
pada konjungtiva, maupun jaringan fibrovaskular sudah dapat menyingkirkan
beberapa diagnosis banding mata merah visus tenang lain seperti episkleritis,
skleritis, dan pterigirum. Pasien dengan keratokonjungtivitis sika akan mengeluh mata
gatal, Mata akan memberikan gejala sekresi mukus yang berlebihan, sukar menggerakkan
kelopak mata, mata tampak kering dan terdapat erosi kornea.7
Pasien memberikan obat tetes mata untuk menghilangkan rasa gatal pada
kedua matanya. Penggunaan tetes mata mengurangi keluhan gatal dan setelah itu
muncul kotoran pada kedua mata pasien. Kotoran mata bukan berupa kotoran kental
dan berwarna. Obat yang diberikan kemungkinan berfungsi meredakan gejala alergi
dengan cara mencegah pelepasan histamin. Kotoran mata normalnya merupakan
kombinasi dari lendir, minyak, dan sel-sel kulit mati yang menumpuk di
sudut mata. Kotoran mata bisa terbentuk sebagai bentuk mekanisme
perlindungan benda asing seperti debu, pasir, tanah, serpihan kerikil, dan
serpihan logam yang masuk ke mata
Pasien menggunakan satu macam obat tetes mata untuk mengobati keluhan
gatal sejak satu hari yang lalu dan membaik. Pasien menggunakan kaca mata koreksi
dan kaca mata baca, namun jarang digunakan dengan alasan mampu melihat tanpa
kaca mata. Sering tidak dipakai untuk melihat jauh dan hanya dipakai saat membaca.
Hal tersebut menunjukkan kemungkinan bahwa tajam penglihatan pasien masih
cukup baik dengan maupun tanpa koreksi, namun kebiasaan tidak memakai kacamata
juga dapat menjelaskan keluhan pasien yang sering merasakan mata lelah.
Pasien merupakan ibu rumah tangga. Aktifitas sehari-hari pasien adalah
melakukan pekerjaan rumah. Aktivitas seperti membersihkan rumah menjadi faktor
risiko terpaparnya debu. Tear film merupakan pertahanan pertama yang menjaga permukaan
bola mata kita dari paparan debu dan mikroorganisme termasuk bakteri dan virus. Tear film juga
menjaga agar permukaan bola mata kita tetap lembab dan mencegah gesekan antara kelopak mata
dan permukaan kornea setiap kali kita berkedip. Pasien memiliki penyakit hipertensi dan
diabetes terkontrol sejak 10 tahun yang lalu. Pasien memiliki riwayat diabetes namun
terkontrol sejak 2 tahun lalu. Diabetes merupakan salah satu faktor risiko terjadinya dry
eye.
Kejadian dry eye pada penderita diabetes disebabkan oleh berkurangnya produksi air
mata karena neuropati. Neuropati ini disebabkan oleh hiperglikemia yang kronis. Kondisi
ini mempengaruhi saraf yang mengendalikan sekresi kelenjar lakrimal, merusak film air
mata yang biasanya menghasilkan pelembab untuk menjaga mata untuk tetap
terlubrikasi. Ketika sensitivitas kornea tidak lagi dilumasi dengan baik, sel-sel kornea
menjadi rusak dan terpapar pada ujung saraf bebas. Paparan pada ujung saraf bebas ini
mengakibatkan gejala dari dry eye. Ketebalan lapisan lipid, stabilitas, sensitivitas kornea,
dan kuantitas air mata secara signifikan mengalami penurunan pada pasien diabetes. 8
Pasien mengidap penyakit jantung dan sudah dipasang ring. Pasien mengonsumsi
obat antihipertensi. Pasien juga rutin suntik insulin sejak 10 tahun yang lalu. Penyakit
hipertensi sendiri tidak menjadi faktor resiko langsung yang memengaruhi penyakit
mata kering, namun obat anti hipertensi khususnya golongan beta blocker seperti
bisoprolol dapat berpengaruh pada produksi air mata.9
Hasil pemeriksaan fisik pasien seperti keadaan umum, kesadaran dan tanda vital
pasien, serta status lokalis bagian kepala masih dalam batas normal. Pemeriksaan
bilik mata anterior menunjukkan mata tenang. Tekanan intraokular terukur oleh
tonometri i-Care sebesar 10,2 mmHg. Tekanan intraokular terukur oleh tonometri i-
Care sebesar 15,4 mmHg. Hasil pemeriksaan status lokalis pada oculi dextra tajam
penglihatan 0,4 dan pemeriksaan pinhole tidak memperbaiki visus (pinhole negatif)
dengan koreksi S+2,5C-2,25x90 0,7 dapat disimpulkan bahwa terdapat kelainan
refraksi pada oculi dextra yaitu astigmatisma hipermetropi compositus. Pemeriksaan
status lokalis pada oculi sinistra tajam penglihatan 0,7 dan pemeriksaan pinhole tidak
memperbaiki visus (pinhole negatif) dengan koreksi S+1,25C-1,00x100 0,7. Hal
tersebut berarti gangguan visus pasien bukan akibat kelainan refraksi namun ada
gangguan organik pada mata pasien.
Gangguan organik yang umum pada pasien Ny.A adalah katarak dan diagnosis
ini diperkuat dengan pemeriksaan lensa yang menunjukkan lensa ODS keruh Sebagian.
Gangguan organik yang umum pada pasien berusia tua adalah katarak dan diagnosis
ini diperkuat dengan pemeriksaan lensa yang menunjukkan lensa ODS keruh dan
pseudo test positif. Pemeriksaan pseudotest atau uji bayangan iris, diketahui bahwa
semakin lensa keruh semakin besar bayangan iris pada lensa yang keruh. Sentolop
disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45 derajat dengan dataran iris, dan
dilihat bayangan iris pada lensa kerah. Bila letak bayangan jauh dan besar berarti
katarak imatur, sedangkan bila bayang kecil dan dekat pupil berarti lensa katarak
matur. Pemeriksaan bilik mata anterior menujukkan mata tenang, dimana hal ini
menyingkirkan penyakit dengan kategori mata merah.
Pada pemeriksaan shcirmer test I didapatkan hasil 5 mm pada mata kanan dan
6 mm pada mata kiri, hal ini, hasil kurang dari 10 mm menandakan bahwa produksi
air mata berkurang
(a) (b)
Gambar 6. Hasil Schiermer test I (a) mata kanan (b) mata kiri
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan peneriksaa penunjang
maka diagnosis pasien adalah Dry Eyes ODS, Astigmatisme Hipermetropi
Compositus ODS, presbiopi ODS, dan katarak ODS. Diagnosis Dry Eyes ODS
ditegakan berdasarkan anamnesis yang mengeluhkan gatal dan tidak nyaman,
diagnosis ini makin kuat setelah hasil pemeriksaan Schirmer test I menunjukan
kurangnya produksi air mata. Astigmatisme Hipermetropi Compositus didapatkan
setelah dilakukan koreksi dengan kacamata visusnya bertambah, astigmatisme
hipermetropi compositus adalah dimana kedua garis focus berada di belakang retina .
Diagnosis presbiopi di tegakan berdasarkan hasil pemeriksaan visus dan ukuran lensa
ADD disesuaikan dengan usia pasien. Diagnosis katarak ODS ditegakan berdasarkan
pemeriksaan visus ODS tidak membaik setelah diuji Pinhole, serta pada pemeriksaan
lensa ODS terlihat keruh sebagian dan pseudotest positif.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan diantaranya medikamentosa penambahan
air mata buatan yaitu Cendo Lyteers dan Cendo Hyalub Eye yang mana Cendo Lyteers
menjadi terapi penambahan air mata sedangkan Cendo Hyalub Eye menjadi terapi untuk
menjaga kestabilan tear film. Medikamentosa untuk katarak menggunakan cendo
vitrolenta. Pasien diedukasi untuk jangan mengucek mata, menjaga hygiene, serta rajin
mencuci tangan untuk mencegah paparan allergen maupun mikroorganisme penyebab
infeksi pada mata. Pasien diminta untuk menggunakan kacamata lama yang sudah
diresepkan untuk membaca.
DAFTAR PUSTAKA