Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

KATARAK SENILIS MATUR


Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan
Mata
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

Disusun Oleh:
Mohammad Jordan Fadhilla 1102015138

Pembimbing:
dr. Donny Aldian, Sp.M, MARS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
PERIODE 30 MARET – 15 JULI 2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
“KATARAK SENILIS MATUR”
Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas
Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Mata

Disusun oleh :

Mohammad Jordan Fadhilla


1102015138

Jakarta, Juni 2022


Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing

(dr. Donny Aldian, Sp.M, MARS)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “DRY
EYES”. Laporan kasus ini adalah salah satu syarat dalam tugas Kepaniteraan Klinik
di Departemen Ilmu Penyakit Mata.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr.Rommel, Sp.M selaku pembimbing
laporan kasus. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua dan
seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan kasus ini.
Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat dalam menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan tema penulisan. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan laporan kasus ini masih terdapat kekurangan oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat menjadi lebih
baik dikemudian hari.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan kasus ini dapat
memenuhi tujuan penulisan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juni 2022

Penulis
BAB I
STATUS PASIEN
I.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. CH
Usia : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Kantor
I.2. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 16 Juni 2022 pukul 11.30 WIB.
I.2.1. Keluhan Utama
Penglihatan mata kanan terlihat kabur
I.2.2. Keluhan Tambahan
Tidak ada
I.2.3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan penglihatan
mata kanannya terlihat kabur. Pasien mengatakan telah melakukan operasi
katarak pada kedua matanya pada tahun 2019 dan sekarang sedang menjalani
perawatan jalan.
I.2.4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.
I.2.5. Riwayat Paparan Obat
Pasien tidak ada riwayat paparan obat.
I.2.6. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat keluhan serupa pada keluarga pasien.
I.2.7. Riwayat trauma
Pasien tidak memiliki riwayat trauma pada mata.

I.3. PEMERIKSAAN FISIK


I.3.1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
TD : 133/82 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C

‐ Kepala : Normocephal
‐ THT : Tidak dilakukan pemeriksaan
‐ Leher : Tidak dilakukan pemeriksaan
‐ Thoraks : Tidak dilakukan pemeriksaan
‐ Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan

I.3.2. Status Ofthalmologi


KETERANGAN OD OS

- Visus
Tajam penglihatan 0,2 0,2
Koreksi S-2,5C-0,25x90  0,7 S-0,25C-0,25x90 0,7
Addisi S+2,75 S+2,75
Distansia Pupil Tidak dilakukan
S-2,5C-0,25x90 S-2,5C-0,25x90
Kacamata lama
S+2,75 S+2,75

- Kedudukan bola mata


Eksoftamus Tidak ada Tidak ada
Endoftalmus Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

- Super silia
Warna Hitam Hitam
Letak Simetris Simetris

- Palpebra Superior dan inferior


Edema Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropion Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fissura palpebra Tidak ada Tidak ada
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada
Pseudoptosis Tidak ada Tidak ada

- Konjungtiva Tarsalis Superior dan Inferior


Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemia Tidak ada Tidak ada

- Konjungtiva bulbi
Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada
Perdarahan
Tidak ada Tidak ada
subkonjungtiva
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista dermoid Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada

- Sistem lakrimalis
Punctum Lacrimal Terbuka Terbuka
Tes anel Tidak diperiksa Tidak diperiksa

- Sklera
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada

- Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Infiltrat dan Dendrit Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus senilis Ada Ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Bilik Mata Depan
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Iris
Warna Cokelat kehitaman Cokelat kehitaman
Kriptae Jelas Jelas
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
- Pupil
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks cahaya + +
langsung
Refleks cahaya tidak + +
langsung

- Lensa
Kejernihan Keruh Keruh sebagian
Letak Di tengah Di tengah
Shadow Test Negative Negative

- Badan kaca
Kejernihan Keruh Keruh

- Fundus okuli
Reflex Fundus Tidak terlihat Tidak terlihat
Papil
- Bentuk Tidak terlihat Tidak terlihat

- Warna Tidak terlihat Tidak terlihat

- Batas Tidak terlihat Tidak terlihat


- CD Ratio Tidak terlihat Tidak terlihat
Arteri Vena Tidak terlihat Tidak terlihat
Retina Tidak terlihat Tidak terlihat
- Edem Tidak terlihat Tidak terlihat
- Perdarahan Tidak terlihat Tidak terlihat
- Exudat Tidak terlihat Tidak terlihat
- Sikatrik Tidak terlihat Tidak terlihat

- Ablasio Tidak terlihat Tidak terlihat


Makula Lutea Tidak terlihat Tidak terlihat
- Reflex Fovea Tidak terlihat Tidak terlihat
- Edema Tidak terlihat Tidak terlihat

- Palpasi
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Massa Tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi Okuli Per palpasi normal Per palpasi normal
Tonometri digital Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Kampus Visi
Tes Konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

I.4. Pemeriksaan Penunnjang


Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
I.5. RESUME
1.5.1 Subjektif
 Penglihatan mata kanan pasien buram.
 Pasien pernah menerima operasi katarak pada kedua mata pada tahun 2019.
 Pasien dating untuk kontrol.
 Pasien menggunakan kaca mata koreksi dan kaca mata baca.
 Pasien merupakan pegawai perkantoran. Aktifitas sehari-hari pasien adalah
melakukan pekerjaan di depan komputer.

1.5.2 Objektif
a. Pemeriksaan status lokalis oculi dextra :
- Tajam penglihatan 0,2 PH (-) dengan koreksi S-2,5C-0,25x90
0,7.
- Addisi S+2,75
- Pemeriksaan bilik mata anterior menunjukkan mata tenang.
- Shadow test Negative
b. Pemeriksaan status lokalis pada oculi sinistra:
- Tajam penglihatan 0,2 PH (-) S-2,5C-0,25x90 0,7
- Addisi S+2,75
- Pemeriksaan bilik mata anterior menunjukkan mata tenang.
- Shadow test Negative

I.6. DIAGNOSIS KERJA


- Astigmatisme Miopi Compositus ODS
- Presbiopi ODS
- Katarak ODS
I.7. ANJURAN PEMERIKSAAN
-
I.8. PENATALAKSANAAN
Medika mentosa:
-Phenylephrine
-Prednisolone
Non medika mentosa:
- KIE:
Menggunakan kacamata yang sudah diresepkan, jangan mengucek mata, dan
menjaga kebersihan, perbanyak konsumsi buah kaya vitamin A, sering
mengedipkan mata.

I.9. PROGNOSIS
OD OS
Ad bonam Ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Kelenjar dan Duktus Lakrimal
II.I.1 Anatomi Kelenjar dan Duktus Lakrimal

Gambar 1. Anatomi drainase lakrimal

Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandulae lakrimalis,


aksesori, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis1.
Glandula lakrimalis terdiri atas struktur sebagai berikut1:
1. Bagian orbita, berbentuk almond, terletak didalam fossa lakrimalis di
segmen temporal anterior atas orbit, dipisahkan dari bagian palpebra oleh
kornu lateralis dari muskulus levator palpebrae.

2. Bagian Palpebrae yag lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal
forniks konjungtiva superior. Duktus sekretorius lakrimalis. Duktus
sekretorius lakrimalis, yang bermuara di sepuluh lubang kecil,
menghubungkan bagian orbital dan palpebrae glandula lakrimalis dengan
forniks konjungtivae superior. Pembuangan bagian palpebrae dari
kelenjar memutuskan semua saluran penghubung dan dengan demikian
mencegah kelenjar itu bersekresi.
Glandula lakrimalis aksesori (glandula Krause dan Wolfring) terletak di
dalam substansia propia di konjungtiva palpebrae. Air mata mengalir dari
lakuna lakrimalis melalui punctum superior dan inferior dan kanalikuli ke
sakus lakrimalis, yang terletak di dalam fossa lakrimalis. Duktus
nasolakrimalis berlanjut kebawah dari sakus dan bermuara ke dalam
meatus inferior dari rongga nasal, lateral terhadap turbinatum inferior. Air
mata diarahkan kedalam punktum oleh isapan kapiler, gaya berat dan
berkedip. Kekuatan gabungan dari isapan kapiler dalam kanalikuli, gaya
berat dan kerja memompa dari otot Horner yang merupakan perluasan
muskulus orbikularis okuli ke titik di belakang sakus lakrimalis, semua
cenderung meneruskan aliran air mata ke bawah melalui ductus
nasolakrimalis ke dalam hidung 1.

Pembuluh Darah dan Limfe


Suplai darah kelenjar lakrimal berasal dari arteri lakrimal. Vena yang
mengalir pergi dari kelenjar bergabung dengan vena oftalmikus. Drainase
limfatik bergabung dengan limfatik konjungtiva untuk mengalir ke dalam
limfatik konjungtiva untuk mengalir ke kelenjar getak bening preauricular
1
.
Persarafan
Suplai saraf ke kelenjar lakrimal adalah :
a. Nervus lakrimalis (sensoris), sebuah cabang dari divisi trigeminus.
b. Nervus petrosus superfisialis magna (sekretoris), yang datang dari
nukleus salivarius superior.
c. Saraf simpatis di saraf petrosus dalam dan menyertai arteri lakrimal
dan saraf lakrimal .
Struktur Terkait
Ligamentum palpebra medial menghubungkan lempeng tarsal atas dan
bawah ke prosesus frontal di kantus bagian dalam anterior ke kantung
lakrimal. Bagian sakus lakrimal di bawah ligamen ditutupi oleh beberapa
serat otot orbicularis oculi. Serabut ini memberikan sedikit resistensi
terhadap pembengkakan dan distensi kantung lakrimal. Area di bawah
ligamen palpebra medial menjadi bengkak pada dakriosistitis akut, dan
fistula biasanya terbuka di area tersebut. Vena angularis dan arteri
terletak tepat di dalam kulit, 8 mm ke sisi nasal canthus bagian dalam.
Sayatan kulit yang dibuat dalam prosedur bedah pada kantung lakrimal
harus selalu ditempatkan 2-3 mm ke sisi hidung kantus bagian dalam
untuk menghindari pembuluh darah ini 1.

II.I.2 Fisiologi Kelenjar dan Duktus Lakrimal

Gambar 2. Sistem drainase lakrimal3


1. Apparatus Lakrimalis
Komponen sekresi sistem apparatus lakrimalis terdiri atas kelenjar yang
menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata. Cairan air mata
disebarkan di atas permukaan mata oleh kedipan mata. Duktus
nasolakrimalis merupakan unsur eksresi sistem ini, yang mecurahkan
sekret kedalam hidung1.
2. Sistem Sekresi Air Mata
Kelenjar air mata utama yang teretak di fossa lakrimalis di kuadran
temporal atas orbita merupakan penghasil volume terbesar air mata.
Kelenjar ini terbagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus
orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-
masing dengan sistem saluran pembuangannya tersendiri ke dalam fornix
temporal superior. Lobus palpebra kadang-kadang dapat dilihat dengan
membalikkan palpebra superior. Sekresi dari kelenjar lakrimal utama
dipicu okeh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata mengalir
berlimpah melewati tepian palpebra. Persarafan kelenjar utama datang dari
nucleus lakrimalis pons melalui nervus intermedius dan menempuh jalur
rumit dari cabang maxillaris nervus trigeminus2.
Sel goblet uniseluler, yang juga tersebar di konjungtiva, menghasilkan
glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea meibom
dan zeis di tepian palpebra memberi lipid pada air mata. Kelenjar Moll
adalah modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut membentuk film air
mata. Kelenjar tambahan dikenal sebagai “pensekresi dasar”.
Sekretnya cukup untuk memelihara kornea, tanpa sekresi dari kelenjar
lakrimal utama. Tetapi hilangnya sel goblet berakibat mengeringnya
kornea, meskipun banyak air mata dari kelenjar lakrimal1. Kelenjar
lakrimal tambahan, meskipun hanya sepersepuluh dari massa
utama, mempunyai peran penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik
dengan kelenjar utama namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-
kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama di fornix superior.

3. Sistem Ekskresi Air Mata


Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan yang sesuai
dengan jumlah yang diuapkan, dan itulah sebabnya hanya sedikit yang
sampai ke sistem eksresi. Sistem sekresi air mata terdiri atas puncta,
kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis. Palpebra menutup
mirip mulai di lateral setiap berkedip, menyebarkan air mata secara merata
di atas kornea, dan menyalurkannya ke sistem eksresi pada aspek medial
palpebra. Bila memenuhi sakus konjungtivae, air mata akan memasuki
puncta sebagian karena sedotan kapiler. Dengan menutupnya mata, bagian
khusus orbikularis pra-tarsal yang mengelilingi ampula mengencang untuk
mencegahnya keluar. Palpebra ditarik ke arah krista lakrimalis posterior,
dan traksi fascia mengelilingi sakus lakrimalis berakibat memendeknya
kanalikulus dan menimbulkan tekanan negatif di dalam sakus.
Kerja pompa dinamik ini menarik air mata kedalam sakus yang
kemudian berjalan melalui duktus nasolakrimalis karena pengaruh gaya
berat dan elastisitas jaringan, ke dalam meatus inferior hidung. Lipatan-
lipatan mirip katup dari epitel pelapis sakuscenderung menghambat aliran
balik air mata dan udara, dan yang paling berkembang di antara lipatan ini
adalah katup Hasner di ujung distal duktus nasolakrimalis. Strukrur ini
penting karena bila tidak berlubang pada bayi, menjadi penyebab obstruksi
kongenital dan dakriosistitis menahun2.

4. Lapisan Air Mata


Lapisan air mata terdiri atas tiga bagian4:

Gambar 3. Lapisan air mata


- Lapisan luar (Lipid) : Lipid ini dapat dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar kecil
di pinggir kelopak mata yang bernama kelenjar meibom. Lipid ini berguna
untuk melicinkan permukaan mata dan mengurangi penguapan air mata.
- Lapisan aquos : Lapisan ini merupakan lapisan bagian tengah dari apa
yang kita sebut sebagai air mata. Lapisan ini berfungsi untuk membersihkan
mata dan mengeluarkan benda-benda asing atau iritan. Lapisan ini dihasilkan
oleh kelenjar-kelenjar kecil yang tersebar di konjungtiva. Air mata dihasilkan
juga oleh kelenjar lakrimal.
- Lapisan mucin: Lapisan paling dalam, yang memungkinkan air mata tersebar
rata di permukaan mata dan membantu agar mata tetap basah. Tanpa lapisan
ini, air mata tidak akan menempel ke mata.

II.2. Dry Eyes / Keratokonjungtivitis Sika


II.2.1. Definisi
Sindroma mata kering atau dry eye syndrome menurut International Dry Eye
Workshops (DEWS) adalah penyakit air mata dan lapisan permukaan mata
(ocular surface) yang bersifat multifaktorial, dengan gejala klinis berupa rasa
tidak nyaman, gangguan penglihatan, serta ketidakstabilan tear film (tirai air
mata) yang berpotensi merusak lapisan permukaan mata. Kondisi ini disertai
dengan peningkatan osmolaritas tirai air mata dan peradangan lapisan
permukaan mata. Mata kering merupakan penyakit mata yang paling sering
ditemukan dalam praktik sehari-hari. Ketika lapisan air mata dala kondisi
tidak sehat, tidak hanya menyebabkan gejala iritasi namun juga penglihatan
yang tidak stabil.3

II.2.2. Epidemiologi
Prevalensi mata kering meningkat seiring dengan usia, 15% berusia di atas 65
tahun. Mata kering lebih sering muncul pada wanita, khususnya wanita
pascamenopause. Prevalensi mata kering di Australia kurang lebih adalah
sebesar 7,4% dengan peningkatan prevalensi signifikan pada pasien berusia
tua dan penurunan produksi air mata pada wanita usia 50 hingga 59 tahun. Di
Indonesia, prevalensi sindrom mata kering adalah sebanyak 27,5%.
Peningkatan prevalensi ini berhubungan dengan usia, merokok, dan pterigium.

II.2.3. Etiologi
Mata kering diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu yang didasarkan
pada peningkatan penguapan air mata, serta pada penurunan produksi air
mata. Penurunan produksi air mata akan memicu respons inflamasi pada
lapisan permukaan mata, yang melibatkan mediator selular serta mediator
yang terlarut. Berdasarkan studi klinis, inflamasi inilah yang diyakini berperan
di dalam patogenesis mata kering.3 :
1. Penurunan produksi air mata diklasifikasikan menjadi sindroma Sjögren
dan non Sjögren. Sindroma Sjögren adalah penyakit autoimun yang
mengakibatkan mata kering dan mulut kering. Penyakit ini ditandai
dengan disfungsi kelenjar eksokrin, yaitu kelenjar ludah dan lakrimal.
Pasien dapat mengalami inflamasi pada sistem muskuloskeletal,
gastrointestinal, urogenital, dan pernapasan. Jika kondisi ini berhubungan
dengan penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid atau systemic lupus
erythematosus, maka disebut sebagai sindrom Sjögren sekunder. Mata
kering pada sindroma non-Sjögren dapat disebabkan penyakit lakrimal
primer atau sekunder.
2. Peningkatan penguapan air mata paling banyak disebabkan oleh blefaritis
posterior, yang juga dikenal sebagai disfungsi kelenjar meibom. Pada
kondisi ini, terjadi disfungsi kelenjar lakrimal yang berfungsi untuk
memproduksi lapisan lemak pada tirai air mata. Penyebab lainnya adalah
berkurangnya frekuensi berkedip atau abnormalitas struktur posisi
palpebra. Penurunan jumlah air mata menyebabkan hiperosmolaritas tirai
air mata dan lapisan permukaan mata, yang menyebabkan inflamasi.
Gambar 4. Etiologi dry eye

II.2.4. Manifestasi Klinis


Keluhan pasien mata kering bervariasi dan umumnya berupa rasa tidak
nyaman, kering, gatal, rasa mengganjal, rasa seperti terbakar, silau, nyeri,
buram, atau rasa tidak nyaman pada pemakaian lensa kontak. Pada kasus yang
berat, mata kering dapat menyebabkan gangguan tajam penglihatan yang
menetap. Tanda klinis juga bervariasi dan bergantung pada penyebab
spesifiknya serta pada seberapa berat penurunan stabilitas tirai air mata yang
dinilai dengan tear break-up time (TBUT)3.
Saat ini belum ada keseragaman kriteria untuk mendiagnosis sindroma
mata kering, namun terdapat beberapa uji diagnostik yang dapat dilakukan
untuk menilai gejala dan tanda klinis. Gejala umum yang ditemukan yaitu
mata kering, gatal, mengganjal, sensasi benda asing, nyeri, rasa terbakar, dan
frekuensi berkedip meningkat. Dua keluhan yang menjadi petinjuk penting
bahwa pasien menderita mata kering yaitu eksaserbasi iritasi oleh stress
lingkungan dan eksaserbasi iritasi oleh aktivitas yang membutuhkan
penglihatan dalam waktu lama. Saat ini tersedia sejumlah kuesioner untuk
mengevaluasi gejala mata kering termasuk menilai derajat, pengaruh pada
aktivitas harian, serta kualitas hidup. Perhitungan gejala mata kering dapat
dilakukan secara objektif dengan menggunakan Ocular surface disease index
(OSDI)3.

II.2.5. Penegakkan diagnosis


Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus sindroma mata kering meliputi
pengukuran tajam penglihatan, pemeriksaan eksternal, dan pemeriksaan
menggunakan slit lamp untuk menentukan derajat mata kering. Berdasarkan
derajat klinis, sindroma mata kering dibagi dalam tiga tingkat3:
1. Derajat 1 atau ringan
Pasien mengeluhkan mata kering pada kondisi lingkungan normal tanpa
disertai gejala klinis pada pemeriksaan lampu celah. Pemeriksaan invasif
elektrofisiologik seperti hiperosmolaritas, hipolisozim, atau sitokin inflamasi
dapat menunjukkan hasil positif.
2. Derajat 2 atau sedang
Keluhan mata kering disertai tanda klinis berupa erosi epitel, keratopati
punktata, keratitis filamentosa, dan TBUT memendek.
3. Derajat 3 atau berat
Keluhan mata kering disertai gambaran klinis berupa ulkus kornea,
kekeruhan kornea, neovaskularisasi kornea, atau metaplasia epitel skuamosa.

Pemeriksaan tear break-up time (TBUT) dengan nilai <10 detik disimpulkan
sebagai abnormal. Non-invasive break-up time (NIBUT) merupakan
pemeriksaan stabilitas air mata tanpa menggunakan pewarna fluorescein,
dengan alat xeroskop atau keratometer. Untuk menilai abnormalitas
konjungtiva dan kornea digunakan pewarna-pewarna fluorescein, rose
bengal, dan lissamine green.
Produksi air mata dapat diukur dengan tes Schirmer dengan meletakkan strip
Schirmer atau kertas saring di forniks anterior, tepatnya di perbatasan antara
1/3 lateral dan 2/3 medial tanpa menyentuh kornea. Interpretasi dilakukan
dengan mengukur tingkat pembasahan kertas saling dalam satuan milimeter.
Tes Schirmer terdiri atas dua pemeriksaan3:

1. Schirmer 1 tidak menggunakan anestesi topikal, bertujuan mengukur


sekresi basal dan sekresi refleks. Pemeriksaan ini menilai fungsi kelenjar
lakrimal utama yang aktivitas sekresinya dirangsang dengan mengiritasi
permukaan mata menggunakan kertas saring. Nilai <10mm setelah 5
menit dianggap abnormal.
2. Schirmer 2 atau Jone’s test menggunakan anestesi topikal bertujuan
mengukur sekresi basal dengan meminimalkan aktivitas refleks.
Pemeriksaan ini menilai fungsi kelenjar lakrimal asesorius. Nilai <5mm
setelah 5 menit dianggap sebagai penanda diagnostik defisiensi air mata.

Gambar 5. Shcirmer test


II.2.6. Tatalaksana
Pasien dengan gejala mata kering sering memiliki faktor penyerta, sehingga
penting untuk mengatasi faktor penyebab sesungguhnya. Penggunaan sustitusi air
mata (tear replacement) sebagai tatalaksana utama umumnya tidak akan berhasil jika
faktor penyebab belum diatasi. Dokter harus mengedukasi pasien mengenai penyebab
dan kronisitas mata kering. Harapan yang realistic untuk target terapi harus
ditentukan dan didiskusikan dengan pasien3.
Pasien dengan gejala mata kering tanpa disertai tanda-tanda klinis sebaiknya
diberikan terapi percobaan dengan air mata buatan dengan terlebih dahulu
menyingkirkan penyebab yang berpotensi mengiritasi mata. Faktor eksogen harus
diperbaiki pada pasien dengan diagnosis klinis mata kering ringan. Merokok
berkaitan dengan mata kering karena efeknya terhadap lapisan lemak dan protein tirai
air mata. Melembabkan udara dan menghindari pajanan angin menggunakan
pelindung, serta mengubah aliran udara di lingkungan rumah, tempat kerja, dan mobil
dapat dilakukan.
Bila banyak melakukan aktivitas di depan komputer atau membaca,
menurunkan posisi layar komputer di bawah garis mata untuk mengurangi besar
bukaan/fissura palpebra, istirahat teratur, dan meningkatkan refleks berkedip akan
memperbaiki kondisi ini3.

II.2.7. Prognosis
Prognosis penyakit mata kering bervariasi tergantung pada tingkat keparahan
kondisinya. Sebagian besar pasien dengan kasus ringan hingga sedang yang dapat
diobati secara simtomatik.Pada pasien dengan kasus berat memerlukan manajemen
bedah seperti oklusi punctal atau mengoreksi malposisi kelopak mata. Secara umum,
prognosis ketajaman penglihatan pada pasien dengan penyakit mata kering adalah
baik.2
II.2.8. Komplikasi
Bila tidak diobati, mata kering derajat berat dapat menyebabkan komplikasi yang
melibatkan kornea seperti keratitis, ulserasi, dan luka pada kornea yang dapat
menyebabkan gangguan penglihatan2.
BAB III
ANALISIS KASUS

Pasien Ny. A usia 69 tahun dating ke Poli Mata RSPAD Gatot Subroto
dengan keluhan mata gatal dan mengeluarkan kotoran setelah ditetesi obat mata. Usia
lanjut merupakan factor risiko timbulnya berbagai penyakit, tak terkecuali dry eye
syndrome. Seiring dengan penuaan, kelenjar lakrimal mengalami kerusakan yang
signifikan. Berbagai perubahan histopatologis terlihat pada kelenjar lakrimal seperti
atrofi asinar, fibrosis periasinar, fibrosis periductus, dilatasi ductus interlobular,
proliferasi ductus interlobular, infiltrasi limfotik, dan infiltrasi lemak. Unsur film air mata
yang mengalami gangguan pada proses penuaan adalah sel goblet. Konjungtiva adalah
salah satu jaringan terkaya akan sel goblet, setelah usus. Sel goblet sangat sensitif
terhadap lingkungan mata dan selain untuk produksi mucin, sel goblet juga terlibat dalam
imunomodulasi pada permukaan mata.6
Kedua mata mengeluarkan kotoran yang banyak. Munculnya kotoran diawali
dengan rasa gatal pada kedua mata pasien, namun tanpa disertai folikel atau papil
pada konjungtiva, maupun jaringan fibrovaskular sudah dapat menyingkirkan
beberapa diagnosis banding mata merah visus tenang lain seperti episkleritis,
skleritis, dan pterigirum. Pasien dengan keratokonjungtivitis sika akan mengeluh mata
gatal, Mata akan memberikan gejala sekresi mukus yang berlebihan, sukar menggerakkan
kelopak mata, mata tampak kering dan terdapat erosi kornea.7
Pasien memberikan obat tetes mata untuk menghilangkan rasa gatal pada
kedua matanya. Penggunaan tetes mata mengurangi keluhan gatal dan setelah itu
muncul kotoran pada kedua mata pasien. Kotoran mata bukan berupa kotoran kental
dan berwarna. Obat yang diberikan kemungkinan berfungsi meredakan gejala alergi
dengan cara mencegah pelepasan histamin. Kotoran mata normalnya merupakan
kombinasi dari lendir, minyak, dan sel-sel kulit mati yang menumpuk di
sudut mata. Kotoran mata bisa terbentuk sebagai bentuk mekanisme
perlindungan benda asing seperti debu, pasir, tanah, serpihan kerikil, dan
serpihan logam yang masuk ke mata
Pasien menggunakan satu macam obat tetes mata untuk mengobati keluhan
gatal sejak satu hari yang lalu dan membaik. Pasien menggunakan kaca mata koreksi
dan kaca mata baca, namun jarang digunakan dengan alasan mampu melihat tanpa
kaca mata. Sering tidak dipakai untuk melihat jauh dan hanya dipakai saat membaca.
Hal tersebut menunjukkan kemungkinan bahwa tajam penglihatan pasien masih
cukup baik dengan maupun tanpa koreksi, namun kebiasaan tidak memakai kacamata
juga dapat menjelaskan keluhan pasien yang sering merasakan mata lelah.
Pasien merupakan ibu rumah tangga. Aktifitas sehari-hari pasien adalah
melakukan pekerjaan rumah. Aktivitas seperti membersihkan rumah menjadi faktor
risiko terpaparnya debu. Tear film merupakan pertahanan pertama yang menjaga permukaan
bola mata kita dari paparan debu dan mikroorganisme termasuk bakteri dan virus. Tear film juga
menjaga agar permukaan bola mata kita tetap lembab dan mencegah gesekan antara kelopak mata
dan permukaan kornea setiap kali kita berkedip. Pasien memiliki penyakit hipertensi dan
diabetes terkontrol sejak 10 tahun yang lalu. Pasien memiliki riwayat diabetes namun
terkontrol sejak 2 tahun lalu. Diabetes merupakan salah satu faktor risiko terjadinya dry
eye.
Kejadian dry eye pada penderita diabetes disebabkan oleh berkurangnya produksi air
mata karena neuropati. Neuropati ini disebabkan oleh hiperglikemia yang kronis. Kondisi
ini mempengaruhi saraf yang mengendalikan sekresi kelenjar lakrimal, merusak film air
mata yang biasanya menghasilkan pelembab untuk menjaga mata untuk tetap
terlubrikasi. Ketika sensitivitas kornea tidak lagi dilumasi dengan baik, sel-sel kornea
menjadi rusak dan terpapar pada ujung saraf bebas. Paparan pada ujung saraf bebas ini
mengakibatkan gejala dari dry eye. Ketebalan lapisan lipid, stabilitas, sensitivitas kornea,
dan kuantitas air mata secara signifikan mengalami penurunan pada pasien diabetes. 8
Pasien mengidap penyakit jantung dan sudah dipasang ring. Pasien mengonsumsi
obat antihipertensi. Pasien juga rutin suntik insulin sejak 10 tahun yang lalu. Penyakit
hipertensi sendiri tidak menjadi faktor resiko langsung yang memengaruhi penyakit
mata kering, namun obat anti hipertensi khususnya golongan beta blocker seperti
bisoprolol dapat berpengaruh pada produksi air mata.9
Hasil pemeriksaan fisik pasien seperti keadaan umum, kesadaran dan tanda vital
pasien, serta status lokalis bagian kepala masih dalam batas normal. Pemeriksaan
bilik mata anterior menunjukkan mata tenang. Tekanan intraokular terukur oleh
tonometri i-Care sebesar 10,2 mmHg. Tekanan intraokular terukur oleh tonometri i-
Care sebesar 15,4 mmHg. Hasil pemeriksaan status lokalis pada oculi dextra tajam
penglihatan 0,4 dan pemeriksaan pinhole tidak memperbaiki visus (pinhole negatif)
dengan koreksi S+2,5C-2,25x90 0,7 dapat disimpulkan bahwa terdapat kelainan
refraksi pada oculi dextra yaitu astigmatisma hipermetropi compositus. Pemeriksaan
status lokalis pada oculi sinistra tajam penglihatan 0,7 dan pemeriksaan pinhole tidak
memperbaiki visus (pinhole negatif) dengan koreksi S+1,25C-1,00x100 0,7. Hal
tersebut berarti gangguan visus pasien bukan akibat kelainan refraksi namun ada
gangguan organik pada mata pasien.
Gangguan organik yang umum pada pasien Ny.A adalah katarak dan diagnosis
ini diperkuat dengan pemeriksaan lensa yang menunjukkan lensa ODS keruh Sebagian.
Gangguan organik yang umum pada pasien berusia tua adalah katarak dan diagnosis
ini diperkuat dengan pemeriksaan lensa yang menunjukkan lensa ODS keruh dan
pseudo test positif. Pemeriksaan pseudotest atau uji bayangan iris, diketahui bahwa
semakin lensa keruh semakin besar bayangan iris pada lensa yang keruh. Sentolop
disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45 derajat dengan dataran iris, dan
dilihat bayangan iris pada lensa kerah. Bila letak bayangan jauh dan besar berarti
katarak imatur, sedangkan bila bayang kecil dan dekat pupil berarti lensa katarak
matur. Pemeriksaan bilik mata anterior menujukkan mata tenang, dimana hal ini
menyingkirkan penyakit dengan kategori mata merah.
Pada pemeriksaan shcirmer test I didapatkan hasil 5 mm pada mata kanan dan
6 mm pada mata kiri, hal ini, hasil kurang dari 10 mm menandakan bahwa produksi
air mata berkurang
(a) (b)
Gambar 6. Hasil Schiermer test I (a) mata kanan (b) mata kiri
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan peneriksaa penunjang
maka diagnosis pasien adalah Dry Eyes ODS, Astigmatisme Hipermetropi
Compositus ODS, presbiopi ODS, dan katarak ODS. Diagnosis Dry Eyes ODS
ditegakan berdasarkan anamnesis yang mengeluhkan gatal dan tidak nyaman,
diagnosis ini makin kuat setelah hasil pemeriksaan Schirmer test I menunjukan
kurangnya produksi air mata. Astigmatisme Hipermetropi Compositus didapatkan
setelah dilakukan koreksi dengan kacamata visusnya bertambah, astigmatisme
hipermetropi compositus adalah dimana kedua garis focus berada di belakang retina .
Diagnosis presbiopi di tegakan berdasarkan hasil pemeriksaan visus dan ukuran lensa
ADD disesuaikan dengan usia pasien. Diagnosis katarak ODS ditegakan berdasarkan
pemeriksaan visus ODS tidak membaik setelah diuji Pinhole, serta pada pemeriksaan
lensa ODS terlihat keruh sebagian dan pseudotest positif.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan diantaranya medikamentosa penambahan
air mata buatan yaitu Cendo Lyteers dan Cendo Hyalub Eye yang mana Cendo Lyteers
menjadi terapi penambahan air mata sedangkan Cendo Hyalub Eye menjadi terapi untuk
menjaga kestabilan tear film. Medikamentosa untuk katarak menggunakan cendo
vitrolenta. Pasien diedukasi untuk jangan mengucek mata, menjaga hygiene, serta rajin
mencuci tangan untuk mencegah paparan allergen maupun mikroorganisme penyebab
infeksi pada mata. Pasien diminta untuk menggunakan kacamata lama yang sudah
diresepkan untuk membaca.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham Jr ET, Riordan-Eva P. Vaughan & Asbury's general


ophthalmology. Lange Medical Books/McGraw-Hill Medical Pub. Division;
2011.
2. Foster CS, Yuksel E, et al. Dry eye disease (keratoconjunctivitis sicca).
Medscape.2019. https://emedicine.medscape.com/article/1210417-overview
3. Estu D. Buku Ajar Oftalmologi. 1st ed. Sitorus R, Sitompul R, Widyawati S,
Bani AP, editors. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017.
4. Patel AS, Bustos DE et al. Dry eye syndrome. American Academy of
Ophtalmology. https://eyewiki.aao.org/Dry_Eye_Syndrome
5. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata, edisi kelima. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta. 2014.
6. Messmer EM. The pathophysiology, diagnosis, and treatment of dry eye
disease. Dtsch Arztebl Int. 2015;112(5):71-82. doi:10.3238/
arztebl.2015.0071.
7. Patel AS, Bustos DE et al. Dry eye syndrome. American Academy of
Ophtalmology [serial dalam internet]. 2021. Tersedia di
https://eyewiki.aao.org/Dry_Eye_Syndrome
8. Zhang X, Zhao L, Deng S, Sun X, Wang N. Dry Eye Syndrome in 370
Patients with Diabetes Mellitus : Prevalence , Etiology , and Clinical
Characteristics. 2016;2016:1–7.
9. Seltman W. Is your medication causing dry eye? WebMD [serial dalam
internet]. 2021. Tersedia di https://www.webmd.com/eye-health/medication-
cause-dry-eye

Anda mungkin juga menyukai