Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

Katarak Senilis Imatur

Pembimbing :

dr. Indra Syarief ,SpM

Disusun oleh :

Dr. Sarah Melissa Panjaitan

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PERIODE AGUSTUS 2020- MEI 2021

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus yang berjudul
“Katarak Senilis Imatur ”, dan merupakan salah satu syarat dalam mengikuti program internsip
DKI Jakarta di Rumah Sakit Dr. Suyoto.

Dalam menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada, dr. Indra Syarief ,SpM selaku dokter pembimbing, yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan ilmunya. Serta, kepada teman-teman internsip yang
telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini, masih terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca.

Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang
berkepentingan, untuk pengembangan ilmu kedokteran pada umumnya.

Jakarta, Agustus 2020

Penulis

2
Nama Penulis : dr. Sarah Melissa Panjaitan Tanda Tangan

....................

Dr. Pembimbing / Penguji: dr. …………..Sp.M, M.Sc

..…………..

I. Identitas pasien
Nama : Tn. Y
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Pesanggrahan
Pekerjaan : Tukang Listrik
Tanggal Pemeriksaan : 27 September 2020

II. Anamnesis
Autoanamnesis pada tanggal 27 September 2020 di poli Mata RSDS pada jam 10.00
Keluhan Utama : Mata kanan dan kiri buram perlahan dan pandangan berkabut sejak
Januari 2020 (8 bulan yang lalu) dan tidak membaik setelah menggunakan kacamata.
Keluhan Tambahan : Mata kanan dan kiri terasa gatal di sudut mata dekat hidung

3
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke polimata karena penglihatan mata kanan dan kirinya buram
perlahan dan pandangan berkabut sejak 8 bulan yang lalu. Pasien menyatakan telah
menggunakan kacamata untuk mengatasi penglihatannya yang kabur. Awalnya pasien
menggunakan kacamata -3.00 selama 2 minggu, tetapi penglihatannya buram kembali,
sehingga kacamata pasien diganti menjadi -3.50 selama 1 minggu, tetapi pandangan
pasien kembali berkabut, setelah itu pasien kembali mengganti kacamatanya menjadi
-4.00 yang digunakan sampai sekarang. Pasien sudah ke dokter dan terdiagnosis katarak
pada Maret 2020.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Hipertensi (–)
Riwayat DM (–)
Riwayat alergi (–)

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien bekerja sebagai tukang listrik.
Biaya pengobatan ditanggung BPJS kesehatan. Kesan ekonomi kurang.

III. Pemeriksaan fisik


1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Tanda Vital : Tekanan darah : 130/80mmHg
Nadi : Tidak diukur
Suhu : Tidak diukur
Pernafasan : Tidak diukur
Kesadaran : Compos Mentis

4
OD OS

Keterangan : ODS tampak tenang  tampak lensa yang keruh (katarak senilis)

2. Status Oftamologis
OD OS

1. Visus

Visus jauh 0,05; PH = 0,2 0,05; PH = 0,25

Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Visus setelah koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Addisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Kacamata Lama -4.00 -4.00

Presepsi warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2. Bola Mata

Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada

Enoftalmos Tidak ada Tidak ada

Deviasi Tidak ada Tidak ada

Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

3. Supersilia

Warna Hitam Hitam

5
Simetris Simetris Simetris

4. Palpebra Superior Dan Inferior

Edema Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Ektropion Tidak ada Tidak ada

Entropion Tidak ada Tidak ada

Blefarospasme Tidak ada Tidak ada

Trikiasis Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Fisura palpebra Normal Normal

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Hordeolum Tidak ada Tidak ada

Kalazion Tidak ada Tidak ada

5. Konjungtiva Tarsalis Superior Dan Inferior

Hiperemis Tidak ada Tidak ada

Folikel Tidak ada Tidak ada

Papil Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Anemis Tidak ada Tidak ada

6. Konjungtiva Bulbi

Sekret Tidak ada Tidak ada

Injeksi Konjungtiva Tidak ada Tidak ada

Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada

Injeksi Subkonjugtiva Tidak ada Tidak ada

Pterigium Tidak ada Tidak ada

6
Pinguekula Tidak ada Tidak ada

Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada

7. Apparatus Lakrimalis

Punctum Lakrimalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8. Sklera

Warna Putih Putih

Ikterik Tidak Ada Tidak ada

Nyeri Tekan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

9. Kornea

Kejernihan Jernih Jernih

Permukaan Licin Licin

Ukuran 12 mm 12 mm

Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Infiltrat Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Ulkus Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

Arkus Senilis Ada Ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

10. Bilik Mata Depan

Sudut bilik mata Dalam Dalam

7
Kejernihan Jernih Jernih

Hifema Tidak ada Tidak ada

Hipopion Tidak ada Tidak ada

Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan

11. Iris

Warna Coklat Coklat

Sinekia Tidak ada Tidak ada

Koloboma Tidak ada Tidak ada

Prolaps Tidak ada Tidak ada

12. Pupil

Letak Di tengah Di tengah

Bentuk Bulat Bulat

Ukuran ± 3 mm ± 3 mm

Refleks Cahaya Langsung Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks Cahaya Tak Langsung Tidak dilakukan Tidak dilakukan

13. Lensa

Kejernihan Keruh Keruh

Letak Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Shadow Test Positif (+) Positif (+)

14. Badan Kaca

Kejernihan Tidak tampak Tidak tampak

8
15. Fundus Okuli

Refleks Fundus Tidak tampak Tidak tampak

Arteri : Vena Tidak tampak Tidak tampak

C/D Ratio Tidak tampak Tidak tampak

Makula Lutea Tidak tampak Tidak tampak

Retina Tidak tampak Tidak tampak

Eksudat Tidak tampak Tidak tampak

Perdarahan Tidak tampak Tidak tampak

Sikatriks Tidak tampak Tidak tampak

Ablasio retina Tidak tampak Tidak tampak

16. Palpasi

Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada

Massa Tumor Tidak ada Tidak ada

Tonometr Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

3. Pemeriksaan Penunjang
Keratometri : untuk mengukur ketebalan kornea yang akan menentukan lokasi melakukan
operasi fakoemulsifikasi
Biometri : untuk mengukur kekekuatan lensa intraokular yang harus dipasang

IV. Resume
Pasien mengeluh buram dan berkabut ODS sejak 8 bulan yang lalu dan
mengganti-ganti kacamata untuk mengurangi buram yang dirasakan. Saat ini pasien
sedang menggunakan kacamata -4.00. Pasien juga merasakan adanya gatal pada sisi
medial mata. Pasien mengatakan sudah berobat dan terdiagnosa katarak pada Maret 2020.
Pada pemeriksaan fisik lensa tampak keruh pada ODS dengan shadow test (+)
pada ODS. Segmen posterior mata tidak dapat dinilai karena tertutup katarak.

9
V. Diagnosis Banding
1. Katarak komplikata : Katarak dengan riwayat penyakit mata atau penyakit sistemik
atau trauma atau penggunaan obat sebelumnya.
2. Katarak Brunesen : Katarak berwarna cokelat sampai hitam (katarak nigra), terdapat
pada usia diatas 65 tahun, seringkali pemeriksaan visus lebih baik dari dugaan
sebelumnya.

VI. Diagnosis Kerja


1. Katarak senilis imatur ODS

Dasar diagnosa
 Keluhan: Pandangan mata kanan dan kiri buram dan berkabut tiba-tiba dan
semakin progresif
 Pemeriksaan fisik
OD : Tampak lensa keruh dengan shadow test (+)
OS : Tampak lensa keruh dengan shadow test (+)

VII. Terapi
Medikamentosa
Cendo-lyteers S 4 dd gtt 1 ODS

*Pre operasi
1. Anestesi : Pantokain 2%
2. Midriatikum : Sulfas Atropine 1% setiap 15 menit

10
*Post operasi

1. Antibiotik : Floxa (Ofloxacin) 8 dd gtt 1 OD/OS selama 4 minggu


2. Steroid : Cendo Xitrol (Dexametason S)8 dd gtt 1 OD/OS selama 4 minggu

Non Medikamentosa

Rujuk pasien ke spesialis mata untuk melakukan pembedahan Fakoemulsifikasi


dan penggunaan Lensa Intraokular.

Edukasi

1. Hindari mengucek mata, batuk, mengedan dan kontak dengan air


2. Follow up pasien 24 jam pasca operasi untuk melihat adanya komplikasi dini
3. Kunjungan kedua dilakukan 4-7 hari pasca operasi untuk melihat adanya komplikasi
endoftalmitis
4. Kunjungan berikutnya dilakukan jika ada keluhan

VIII. Prognosis

Okuli dekstra Okuli sinistra


Ad vitam Bonam Bonam

Ad functionam Dubia Dubia

Ad sanationam Dubia Dubia

11
TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi dan Fisiologi Mata


Anatomi dan fisiologi mata sangat rumit dan mengaggumkan. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan
jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.1-4

Mata memiliki struktur sebagai berikut :

 Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang bewarna putih dan
relatif kuat.
 Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian
sclera.
 Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari
iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
 Pupil : daerah hitam ditengah-tengah iris.
 Iris : jaringan bewarna yag berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di
depan lensa, berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
 Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aquos dan vitreus,
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
 Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak dibagian belakang bola mata,
berfungsi mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.
 Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual ke otak.
 Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior bola mata) serta merupakan sumber makanan bagi lensa
dan kornea, dihasilkan oleh processus ciliaris.

12
 Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata)

Gambar 1.Anatomi Bola Mata


Sumber : Pustekkom Depdiknas

Anatomi Lensa

Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah (avaskular),
tembus pandang, dengan diameter 9 mm dan tebal 5 mm yang memiliki fungsi untuk
mempertahankan kejernihan, refraksi cahaya, dan memberikan akomodasi. Ke depan
berhubungan dengan cairan bilik mata, ke belakang berhubungan dengan badan kaca.
Digantung oleh Zunula zinii (Ligamentum suspensorium lentis), yang menghubungkannya
dengan korpus siliaris. Permukaan posterior lebih cembung daripada permukaan anterior.
Lensa diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai membran yang sempermiabel, yang
akan memperoleh air dan elektrolit untuk masuk.2,3,4

Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi,
sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks
terbentuk dengan persambungan lamellae ini ujung ke ujung berbentuk ( Y ) bila dilihat
dengan slitlamp. Bentuk ( Y ) ini tegak di anterior dan terbalik di posterior. Lensa ditahan

13
ditempatnya oleh ligamen yang dikenal zonula zinii, yang tersusun dari banyak fibril dari
permukaan korpus siliaris dan menyisip ke dalam ekuator lensa.2,3,4

Lensa terdiri atas 65% air dan 35% protein (kandungan tertinggi diantara jaringan-
jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa berada di dalam jaringan tubuh
lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada dikebanyakan jaringan lain. Asam
askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat
nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.2,3,4

Gambar 2. Lapisan Lensa

Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula zinii dan
memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, dalam posisi ini
daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel akan terfokus ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula
berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis

14
diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologis antar zonula, korpus siliaris, dan
lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi.4,5

Pada orang dewasa lensanya lebih padat dan bagaian posterior lebih konveks. Proses
sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung
perlahan-perlahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat, dimana nukleus
menjadi besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa lebih besar, lebih gepeng,
warnanya kekuningan, kurang jernih dan tampak seperti “ gray reflek “ atau “senil reflek”,
yang sering disangka katarak. Karna proses sklerosis ini lensa menjadi kurang elastis dan
daya akomodasinya berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, dimana pada orang Indonesia
dimulai pada usia 40 tahun.4,5

Pemeriksaan Lensa

Pemeriksaan yang dilakukan pada penyakit lensa adalah pemeriksaan tajam penglihatan
dan dengan melihat lensa melalui slit lamp, oftalmoskop, penlight, loop, sebaiknya dengan
pupil dilatasi.2

Metabolisme Lensa Normal

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium).
Kedua kation berasal dari humor aqueus dan vitreus. Kadar kalium dibagian anterior lensa
lebih tinggi dibandingkan posterior, sedangkan kadar Natrium lebih tinggi dibagian posterior
lensa. Ion kalium bergerak ke bagian posterior dan keluar ke humor aqueus, dari luar ion
natrium masuk secara difusi bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion kalium dan
keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan
didalam oleh Ca-ATPase.4

Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP-
shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas
glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase adalah enzim yang merubah
glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol
dehidrogenase.4

II. Definisi Katarak

15
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada
orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Penuaan merupakan
penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang mungkin terlibat,
antara lain: trauma, toksin, penyakit sistemik (mis; diabetes), merokok, dan herediter. Kata
katarak berasal dari Yunani “katarraktes” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia
disebut bular dimana seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak sendiri
sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi, denaturasi protein, dan proses
penuaan sehingga memberikan gambaran area berawan atau putih.2,3

Kekeuruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina, sehingga penderita
katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat kabur. Mereka mengidap
kelainan ini mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak apabila kekeruhan
tidak terletak dibagian tengah lensanya.2,3

Gambar 3. Lensa dengan Katarak

Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi secara instan,
melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita terganggu secara tetap
atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang lain,
namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan.2,3

Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasien mungkin
meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan pembedahan maka

16
pengangkatan lensa akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada > 90% kasus, sisanya
mungkin mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya
glaukoma, ablasio retina, atau infeksi yang menghambat pemulihan daya pandang.2,3

Gambar 4.Gambaran Klinis Katarak

III. Epidemiologi Katarak


Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun
ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan
pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak kongenital pada
negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan
sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.6

IV. Etiologi dan Faktor Resiko


Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata
menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti
merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam
bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.2,3

Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma
kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.2
17
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak kongenital.
Katarak kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab
lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolik
lainnya seperti diabetes mellitus.3

V. Patofisiologi Katarak
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. 
Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke sekitar
daerah di luar lensa.  Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengakibatkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.  Salah
satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.  Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi.  Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.2,3

 Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis:

1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada di
subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini
akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa.7
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama serabut
tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.7

Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:2


1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)

b. Mulai presbiopiac

c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur 

d. Terlihat bahan granular 

18
2. Epitel-makin tipis
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa
a. Serat irregular 
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein nukelus
lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung histidin dan
triptofan dibanding normal
d. Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi
foto oksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia
dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus
multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan
koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke
retina.2

Gambar 5. Perbandingan penglihatan normal dan penglihatan katarak

19
VI. Klasifikasi Katarak

Morfologi Maturitas Onset

Kapsular Insipien Kongenital

Subkapsular Intumesen Infantile

Kortikal Immatur Juvenile

Supranuklear Matur Presenile

Nuklear Hipermatur Senile

Polar Morgagni

KATARAK SENILIS

1. Definisi dan Epidemiologi


Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses degeneratif dan
umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun, lebih dari 90% individu
mengalami katarak senilis. Umumnya mengenai kedua mata dengan salah satu mata terkena
lebih dulu.3

Faktor-faktor yang mempengaruhi onset, tipe, dan maturasi katarak senilis antara lain:3

1. Herediter

2. Radiasi sinar UV

3. Faktor makanan

4. Krisis dehidrasional

5. Merokok

20
2. Patofisiologi
Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin α dan β
adalah chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat shock protein berguna untuk
menjaga keadaan normal dan mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif sehingga
lensa tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk
menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan
lensa.2,7

Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada


katarak senilis yaitu:

1. Katarak senilis kortikal

Katarak kortikal berhubungan


dengan proses oksidasi dan presipitasi
protein pada sel-sel serat lensa. Katarak
jenis ini biasanya bilateral, asimetris, dan
menimbulkan gejala silau jika melihat ke
arah sumber cahaya. Tahap penurunan
penglihatan bervariasi dari lambat hingga
cepat. Pemeriksaan slitlamp berfungsi
untuk melihat ada tidaknya vakuola
degenerasi hidropik yang merupakan degenerasi epitel posterior, dan menyebabkan lensa
mengalami elongasi ke anterior dengan gambaran seperti embun. 6

21
Pada katarak senilis kortikal terjadi derajat maturasi sebagai berikut:

- Derajat separasi lamelar


Terjadi demarkasi dari serat kortikal akibat hidrasi. Tahap ini hanya dapat diperhatikan
menggunakan slitlamp dan masih bersifat reversibel.2

- Katarak insipien
Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan adanya area yang
jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari ekuator ke arah sentral (kuneiform)
atau dapat dimulai dari sentral (kupuliform).3,5

- Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa. Volume
lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik, bahan lensa yang
degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.3 ,5

- Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa. Deposisi ion
Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat maturasi ini. Bila terus
berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.3,5

- Katarak hipermatur
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair. Cairan keluar
dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut.3,5

- Katarak Morgagni
Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa menggenang
bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan terus dan menyebabkan
hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.3,5

Perbedaan stadium katarak

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

22
(air masuk) (air keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test - + - Pseudops
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma

2. Katarak senilis nuklear

Katarak nuklearis ditandai dengan kekeruhan sentral dan perubahan warna lensa menjadi kuning
atau cokelat secara progresif perlahan-lahan yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan.
Derajat kekeruhan lensa dapat dinilai menggunakan slitlamp. Katarak jenis ini biasanya terjadi
bilateral, namun dapat juga asimetris. Perubahan warna mengakibatkan penderita sulit untuk
membedakan corak warna. Katarak nuklearis secara khas lebih mengganggu gangguan

penglihatan jauh daripada penglihatan dekat.1

Nukleus lensa mengalami pengerasan progresif yang menyebabkan naiknya indeks refraksi,
dinamai miopisasi. Miopisasi menyebabkan penderita presbiopia dapat membaca dekat tanpa
harus mengenakan kacamata, kondisi ini disebut sebagai second sight.

Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa
kehilangan daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya kemampuan akomodasi
lensa, dan terjadi obstruksi sinar cahaya yang melewati lensa mata. Maturasi dimulai dari sentral
menuju perifer. Perubahan warna terjadi akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran
nukleus berwarna coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen
dan jarang berwarna merah (katarak rubra).5,8

23
Gambar 6. (a) katarak brunesens (b) katarak nigra (c) katarak rubra

3. Katarak subkapsuler

Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler anterior dan posterior. Pemeriksaannya menggunakan
slitlamp dan dapat ditemukan kekeruhan seperti plak di korteks subkapsuler posterior. Gejalanya
adalah silau, penglihatan buruk pada tempat terang, dan penglihatan dekat lebih terganggu

daripada penglihatan jauh.1

Manifestasi Klinis
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara
progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi, tergantung pada
jenis dari katarak yang diderita pasien.3,5

Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:

1. Penurunan visus

2. Silau

3. Perubahan miopik

4. Diplopia monocular

5. Halo bewarna

24
6. Bintik hitam di depan mata

Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:3

1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya


2. Pemeriksaan iluminasi oblik
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
5. Pemeriksaan sit lamp

4. Diagnosa Katarak Senilis

Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit
yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.2,8

Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui


kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat membaik
dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan
petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.8

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat
juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea
harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah
pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab
subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik,
atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada
katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari
intergritas bagian belakang harus dinilai.2

5. Tatalaksana

25
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Bergantung pada
integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi

(ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE).8

Indikasi

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus,medis, dan
kosmetik.2

1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap individu,
tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas sehari-
harinya.
2. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa
matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti glaukoma
imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada
retina misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi
katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh pupil
yang hitam.

Persiapan Pre-Operasi2
1. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit semalam sebelum operasi
2. Pemberian informed consent
3. Bulu mata dipotong dan mata dibersihkan dengan larutan Povidone-Iodine 5%
4. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam
5. Pemberian sedatif ringan (Diazepam 5 mg) pada malam harinya bila pasien cemas
6. Pada hari operasi, pasien dipuasakan.
7. Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum operasi. Tetesan
diberikan tiap 15 menit
8. Obat-obat yang diperlukan dapat diberikan, misalnya obat asma, antihipertensi, atau
anti glaukoma. Tetapi untuk pemberian obat antidiabetik sebaiknya tidak diberikan

26
pada hari operasi untuk mencegah hipoglikemia, dan obat antidiabetik dapat diteruskan
sehari setelah operasi.

Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada
ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi, SICS.

1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa
dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi
korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi
pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis,
dan perdarahan.2,3,7

Gambar 7.

2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat

27
keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi
sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan
prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap
badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema,
pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak
seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder.2,3,7

Gambar 8. Teknik ECCE

Gambar 9. ECCE dengan pemasangan IOL

3. Phacoemulsification

Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan memindahkan kristal


lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea.
Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin
PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra
Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil

28
maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien
dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat pada
katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.2,3,7

4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)


Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun tetap
dikatakan SICS  sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi terjadi
dengan sendirinya (self-sealing). Teknik
operasi ini dapat dilakukan pada
stadium katarak immature, mature,
dan hypermature. Teknik ini juga telah
dilakukan pada kasus glaukoma
fakolitik dan dapat dikombinasikan
dengan operasi trabekulektomi.7

Jenis tehnik Keuntungan Kerugian


bedah katarak

29
Extra capsular  Incisi kecil  Kekeruhan pada kapsul
cataract  Tidak ada komplikasi vitreus posterior
extraction  Kejadian endophtalmodonesis  Dapat terjadi perlengketan
(ECCE) lebih sedikit iris dengan kapsul
 Edema sistoid makula lebih
jarang
 Trauma terhadap endotelium
kornea lebih sedikit
 Retinal detachment lebih
sedikit
 Lebih mudah dilakukan

 Semua komponen lensa


diangkat
Intra capsular
 Incisi lebih besar
cataract
 Edema cistoid pada
extraction
makula
(ICCE)
 Komplikasi pada vitreus
 Sulit pada usia < 40 tahun
 Endopthalmitis
Fakoemulsifikasi  Incisi paling kecil  Memerlukan dilatasi pupil
 Astigmatisma jarang yang baik
terjadi  Pelebaran luka jika ada
 Pendarahan lebih IOL
sedikit
 Teknik paling cepat

KOMPLIKASI

30
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif awal,
postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular lens,
IOL).8

 Komplikasi preoperatif
a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat ketakutan
akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki keadaan.
b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk mengurangi
gejala.
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical preoperatif,
ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep antibiotik
selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.
 Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama insisi
ke bilik mata depan.
c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi
akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat
ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
 Komplikasi postoperatif awal
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris,
keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.

 Komplikasi postoperatif lanjut


Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative endophtalmitis,
Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan katarak sekunder
merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa waktu post operasi.

31
 Komplikasi yang berkaitan dengan IOL
Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucoma-hyphema
syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa toksik (toxic lens
syndrome).

Pencegahan Katarak Senilis


Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis ialah oleh
karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang memperberat
seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet
dengan menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti
asam vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat.6

Bagi perokok, diusahakan berhenti merokok, karena rokok memproduksi radikal bebas
yang meningkatkan risiko katarak. Selanjutnya, juga dapat mengkonsumsi makanan bergizi yang
seimbang. Memperbanyak porsi buah dan sayuran. Lindungilah mata dari sinar ultraviolet.
Selalu menggunakan kaca mata gelap ketika berada di bawah sinar matahari. Lindungi juga diri
dari penyakit seperti diabetes.8

Prognosis Katarak Senilis

Tindakan pembedahan secara defenitif pada katarak senilis dapat memperbaiki ketajaman
penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sedangkan prognosis penglihatan untuk pasien anak-
anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya
ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian
pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan
setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak
kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.4

DAFTAR PUSTAKA

1. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment. 2010. BR J Ophthalmol. 2011.
32
2. Vaughan DG, Asbury T, Riordan EP. Oftalmologi Umum. Edisi 19. Jakarta: Widya
Medika, 2018.
3. Ocampo VVD. Cataract, Senile : Differential Diagnosis and Workup. 2009. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview, 30 September 2020
4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2018.
5. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar Anatomi dan
Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
6. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China: Elsevier : 2011. (e-
book)
7. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 13th ed. Philadelphia : W.B. Saunders Company
; 2019.
8. Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Yogyakarta: Balai Penerbit UGM; 2012

33

Anda mungkin juga menyukai