Anda di halaman 1dari 16

PENGUKUR

AN DAN
SKRINING
PADA IBU
HAMIL
RESIKO
TINGGI
KELOMPOK 1
MATERI :

01 02
Konsep teori Langkah
Pengukuran dan Pengukuran
skrining pada Ibu dan skrining
hamil risiko tinggi
pada Ibu hamil
03 04
risiko tinggi

Menentukan Contoh
Gold standar Pengukuran
standar dan skrining
pada Ibu hamil
risiko tinggi
KONSEP TEORI PENGUKURAN
DAN SKRINING PADA IBU
HAMIL RESIKO TINGGI

Skrinng pada ibu hamil adalah usaha


untuk mendeteksi penyakit yang
mungkin diderita ibu atau bayi dalam
kandungan melalui beberapa test atau
pemeriksaan yang kemudian
didiagnosis untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat. Skrining penapisan
ibu hamil dengan faktor risiko adalah
sebuah kehamilan yang mempunyai
resiko untuk terjadinya komplikasi bila
tidak ditangani segera.
LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN
PENGUKURAN PADA IBU HAMIL RESIKO TINGGI
Berikut langkah-langkah untuk melakukan pengukuran pada kehamilan resiko tinggi:
1. Penimbangan berat badan setiap kali kunjungan antenatal.
2. Lakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) sebagai skrining dari ibu hamil dengan
kurang energy kronis (KEK).
3. Pengukuran tekanan darah untuk mendeteksi adanya hipertensi (>140/90mmHg). Perlu
diwaspadai tanda tanda pre eklamsia yang lain seperti edema wajah, tungkai atau
proteinuria. Pengukuran fundus uteri setiap kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin dan kesesuaian dengan usia kehamilan.
4. Hitung denyut jantung janin (DJJ) dimulai dari akhir trimester I. Nilai normal DJJ adalah
120-160 kali/menit. Jika pada trimester II bagian bawah janin bukan kepala atau kepala
belum masuk ke panggul, waspadai kelainan letak, panggul sempit atau masalah lain.
5. Berikan tablet tambah darah minimal 90 tablet sejak kontak pertama. Lakukan
pemeriksaan laboratorium secara rutin pada trimester pertama yaitu pemeriksaan
hemoglobin (diulang pada trimester ketiga) dan golongan darah,dan pemeriksaan lain
atas indikasi seperti protein utin, gula darah/reduksi, malaria, batang tahan asam (BTA),
sifilis, serologi HIV.
SKRINING TES PADA IBU HAMIL
Tes skrining saat hamil adalah seperangkat
prosedur yang dilakukan selama kehamilan
untuk menentukan apakah bayi cenderung
memiliki kelainan atau cacat lahir tertentu. Tes
ini biasanya dilakukan selama trimester pertama
dan kedua tapi beberapa juga dilakukan pada
trimester ketiga. Bila hasil tes skrining positif
maka diperlukan lagi tes diagnosis untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
SKRINING TES YANG MENJADI
PROSEDUR RUTIN UNTUK IBU
HAMIL :
Tes skrining saat hamil
USG
trimester 1
CHORIONIC
TES DARAH
Tes ini dilakukan untuk VILLUS
Dilakukan dua jenis tes
menentukan ukuran
dan posisi bayi. Selain serum darah ibu, SAMPLING
Chorionic villus
yaitu Pregnancy- sampling adalah tes
itu juga membantu skrining invasif yang
menentukan adanya associated plasma
protein (PAPP-A) dan dilakukan dengan
risiko janin mengalami mengambil potongan
cacat lahir, dengan hormon hCG (Human
chorionic kecil dari plasenta. Tes
mengamati struktur ini biasanya dilakukan
tulang dan organ bayi. gonadotropin). Ini
merupakan protein dan antara minggu ke 10
USG nuchal dan 12 kehamilan. Tes
translucency (NT) hormon yang diproduksi
oleh plasenta pada ini biasanya merupakan
adalah pengukuran tes lanjutan dari USG
peningkatan atau awal kehamilan. Tes
darah juga dilakukan NT dan tes darah yang
ketebalan cairan di tidak normal.
bagian belakang leher untuk mengetahui
janin pada usia adanya penyakit
kehamilan 11-14 menular pada bayi,
minggu dengan USG. atau disebut dengan
tes TORCH
Tes skrining saat hamil
TES DARAH
trimester
TES GULA
2
AMNIOSINT
Tes darah saat hamil DARAH
trimester kedua Tes gula darah ESIS
Selama amniosentesis,
mencakup beberapa tes digunakan untuk
mendiagnosis diabetes cairan ketuban
darah yang dikeluarkan dari rahim
disebut multiple gestasional. Ini
merupakan kondisi untuk diuji. Ini berisi sel
markers. Tes ini janin dengan susunan
dilakukan untuk yang bisa berkembang
selama kehamilan. genetik yang sama
mengetahui adanya seperti bayi, serta
risiko cacat lahir atau Kondisi ini dapat
meningkatkan kelahiran berbagai bahan kimia
kelainan genetik pada yang diproduksi oleh
bayi. Tes ini meliputi secara caesar karena
bayi dari ibu dengan tubuh bayi. Ada
Kadar alpha-fetoprotein beberapa jenis
(AFP). Serta Kadar diabetes gestasional
biasanya memiliki amniosentesis. Tes
hormon yang diproduksi amniosentesis genetik
plasenta, antara lain ukuran yang lebih
besar. untuk kelainan genetik,
hCG, estriol, dan misalnya spina bifida.
inhibun.
Tes skrining saat hamil
trimester
SKRINING
3
STREPOCOCCUS
GROUP B
Strepococcus Group B (GBS) adalah kelompok bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi serius pada ibu hamil dan bayi yang baru lahir. GBS pada wanita sehat
sering ditemukan di daerah mulut, tenggorokan, saluran pencernaan, dan
vagina. GBS di vagina umumnya tidak berbahaya bagi wanita terlepas dari
sedang hamil atau tidaknya. Namun, bisa sangat berbahaya bagi bayi yang
baru lahir yang belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat. GBS dapat
menyebabkan infeksi serius pada bayi yang terinfeksi saat lahir. Tes ini
dilakukan dengan mengusap vagina dan rektum ibu hamil pada usia kehamilan
ke 35 sampai 37 minggu. Jika hasil skrining GBS positif, Anda akan diberikan
antibiotik saat dalam proses persalinan untuk mengurangi risiko bayi terkena
infeksi GBS.
CARA MENENTUKAN GOLD STANDAR
PENGUKURAN DAN SKRINING PADA IBU HAMIL
RESIKO TINGGI
● Deteksi resiko tinggi dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap kemungkinan
kesakitan dan kematian melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi pelayanan yang
lebih intensif terhadap dan resiko ibu hamil dengan cepat, serta tepat, agar keadaan
gawat ibu maupun bayi dapat dicegah. Untuk itu pelayanan ANC sangat diharapkan dapa
tmendeteksi masalah atau penyakit sehingga dapat membantu Ibu Hamil dalam proses
persalinan. Pelayanan ANC terpadu mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang
dialami ibu hamil dan melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk
menjalani persalinan normal.
● Selain pelayanan ANC, biasanya digunakan Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) oleh bidan
untuk mengambil data pada ibu hamil dengan memuatfaktor 4T, riwayatpersalinan, dan
penyakit yang diderita ibu hamil dan kemudian menentukan kategori resiko kehamilan
yaitu resiko rendah (KRR), tinggi (KRT), dan sangat tinggi (KRST).
Berikut adalah jenis Skrining pada Ibu hamil Resiko Tinggi sesuai Gold Standard :
1. Premarital Skrining Mendeteksi Infertilitas Sekunder
Adalah salah satu strategi terpenting untuk mencegah gangguan genetic, dan
beberapa masalah medis dan psikososial (Al Sulaiman, 2008). Ada 2 jenis Premarital
Skrining yaitu skrining komprehensif dan skrining partial. Dengan adanya Premarital
Skrining untuk mendeteksi infertilitas sekunder diharapkan dapat menjadi referensi
pasangan nantinya dalam membentuk keluarga yang sehat
2. Biomarker PIGF/Sflt-1 Sebagai Pendeteksi Dini Preeklampsia
Biomarker atau disebut juga biological marker merupakan suatu sub kategori
dari penanda medis yang digunakan untuk mengindikasi suatu kondisi medis yang
diamati dari luar tubuh pasien, dapat berupa gen dan protein. Biomarker digunakan
untuk mendeteksi dini Preeklamsia. PIGF/sFlt-1 dilakukan melalui sebuah tes darah
sederhana dengan hasil akurat serta dapat dijadikan gold standard untuk membantu
mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami Preeklampsi secara klinis, dapat
juga membantu manajemen terapi dan rawat inap pasien dengan gejala PE,
eklampsia, hemolysis, (HELLP) syndrome.
3. Pemeriksaan Karyotyping Pada Cairan Amnion Trimester II-III Kehamilan
Untuk Mendeteksi Kelainan Kromosom.
Yaitu tes diagnosis prenatal invasife yang merupakan gold standard pada wanita
hamil. Dengan tujuan untuk mendeteksi kelainan kromosom, dan dilakukan pas usia
kehamilan dari 10-23 minggu.
4. Reticulocyte hemoglobin content (CHr) untuk skrining defisiensi besi
pada Ibu Hamil.
Skrining ini memiliki nilai sensitivitas dan NRN yang tinggi sehingga CHr dapat
digunakan sebagai parameter skrining defisiensi besi pada ibu hamil. Dimana
skrining ini mudah didapatkan, tidak mahal, dan bebas dari variabilitas bilogi yang
mempengaruhi pengukuran besi.
5. Skrining prenatal
dilakukan dengan cara pemeriksaan darah pada trisemester pertama maupun
trisemester kedua kehamilan.USG juga dilakukan pada trisemester pertama untuk
mengukur jumlah cairan di jaringan belakang leher bayi. Ada dua pilihan skrining
yang berbeda yaitu First trisemester screening (FTS) dan Pemeriksaan trisemester
kedua.
CONTOH PENGUKURAN DAN
SKRINING PADA IBU HAMIL
RESIKO TINGGI
Antenatal care (ANC) terpadu merupakan salah satu program yang disusun oleh
kementrian kesehatan RI untuk dapat mendeteksi dini masalah/penyakit pada
ibu hamil. Diharapkan dengan ANC terpadu pada fasilitas kesehatan primer
maka status kesehatan ibu akan meningkat dan dapat menurunkan angka
kematian ibu. Pada ANC terpadu dilakukan penapisan pada faktor risiko dan
penyakit yang dapat berpengaruh pada kehamilan. Dalam melakukan
pemeriksaan antenatal, pelayanan standar yang harus dilakukan meliputi
beberapa hal. Pertama di lakukan penimbangan berat badan setiap kali
kunjungan antenatal. Kedua, lakukan pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
sebagai skrining dari ibu hamil dengan kurang energi kronis (KEK). Selanjutnya
penting dilakukan pengukuran tekanan darah untuk mendeteksi adanya
hipertensi (>140/90 mmHg). Hitung denyut jantung janin (DJJ) dimulai dari akhir
trimester I. Nilai normal DJJ adalah 120-160x/menit. Tentukan presentasi janin
sejak akhir trimester II. Berikan tablet tambah darah minimal 90 tablet sejak
kontak pertama. Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin pada trimester
pertama yaitu pemeriksaan hemoglobin (diulang pada trimester ketiga) dan
golongan darah, dan pemeriksaan lain atas indikasi seperti protein utin, gula
darah/reduksi, malaria, batang tahan asam (BTA), sifilis, serologi HIV.
CONTOH PENGUKURAN DAN
SKRINING PADA IBU HAMIL
RESIKO TINGGI
Pemeriksaan USG juga dapat dilakukan untuk mengetahui
perkembangan janin.Setelah dilakukan pemeriksaan, tenaga
kesehatan dapat menentukan penanganan selanjutnya bagi
masing-masing ibu hamil. Kasus yang tidak dapat ditangani
harus dirujuk sesuai dengan sistem rujukan. Kehamilan dapat
diklasifikasikan sesuai hasil pemeriksaan. Kehamilan normal
adalah keadaan dimana keadaan umum ibu baik, tekanan
darah < 140/90 mmHg, bertambah berat badan minumal 8 kg
selama kehamilan sesuai indeks massa tubuh (IMT) ibu,
edema hanya pada ekstremitas, DJJ 120-160x/menit, gerakan
janin dapat dirasakan sejak usia 18-20 minggu hingga
melahirkan, tidak ada kelainan obstetri, ukuran fundus uteri
sesuai usia kehamilan, dan hasil pemeriksaan fisik dan
laboratorium dalam batas normal.
● Pada kasus ibu hamil dengan perdarahan antepartum atau preeklamsia yang
ditandai dengan hipertensi, edema wajah dan tungkai, dan proteinuria, maupun
adanya tanda gawat janin maka pasien harus dirujuk untuk penanganan sesuai
standar karena termasuk keadaan gawat darurat. Pada keadaan ini kehamilan
diklasifikasikan sebagai kehamilan dengan kondisi kegawat daruratan dan
membutuhkan rujukan segera.
● Ibu hamil dengan demam dapat ditangani di fasilitas kesehatan primer sesuai
penanganan demam. Namun apabila dalam dua hari masih demam atau keadaan
umum memburuk maka perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan lebih lengkap. Bila
pada pemeriksaan tekanan darah ibu 140/90 mmHg tanpa proteinuri maka
tangani hipertensi sesuai standar, periksa ulang dalam dua hari, bila meningkat
maka segera rujuk. Apabila terdapat gangguan janin perlu untuk segera dirujuk.
Ibu hamil dengan hipertensi berat (diastol ≥ 110 mmHg) tanpa proteinuria perlu
dirujuk.
● Ibu hamil yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga diklasifikasikan
sebagai kehamilan dengan masalah khusus, seharusnya dirujuk ke rumah sakit
dengan fasilitas Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) terhadap korban kekerasan.
Rujukan dapat dilakukan pada rumah sakit umum ataupun rumah sakit POLRI.
Thanks!

CREDITS:
This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai