Anda di halaman 1dari 2

KORUPSI PADA MASA KEPEMIMPINAN PRESIDEN BACHARUDDIN

JUSUF HABIBIE

Pengertian korupsi menurut Undang - Undang Dasar

 UU No.31 Tahun 1999


Korupsi adalah setiap orang yang dikategorikan mlawan hukum,melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri,menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi,menyalahgunakan kewenanangan maupun kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau
perekonomian Negara.
 UU No.20 Tahun 2001
Korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri,orang
lain,atau korupsi yang berakibat merugikan negara atau perekonomian Negara.

Korupsi Menurut KBBI

Menurut KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA (KBBI)


Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang Negara (perusahaan dan
sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Presiden RI ke -3

Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare - pare, Sulawesi selatan, 25 Juni 1936,adalah
presiden Republik yang ketiga (21 Mei 1998 - 20 oktober 1999). Ia menggantikan
Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan Presiden pada tanggal 21 mei 1998.
jabatannya digantikan oleh abdurrahman wahid (gus dur) yang terpilih sebagai Presiden
pada tanggal 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2
bulan 7 HARI sebagai Wakil Presiden,dan 1 tahun 5 bulan sebagai Presiden,Habibie
merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.
Korupsi yang pernah terjadi pada masa pemerintahan Habibie

Pada tanggal 01 September 1998,Tim Kejakasaan Agung menemukan indikasi


penyimpangan penggunaan dana yayasan – yayasan yang di kelola Soeharto,dari
anggaran dasar lembaga tersebut.

Kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia)

Dalam kasus ini KPK menyebut Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) kala itu Syarifuddin mengusulkan disetujuinya Komite Kebijakan
Sektor Keuangan (KKSK) perubahan atas proses litigasi terhadap kewajban
obligor BDNI Sjamsul Nursalim,menjadi restrukturisasi atas kewajiban
penyerahan aset oleh obligor BBLI Kepala BPPN sebesar Rp 4,8 triliun.
Hasil restrukturisasi sebesar Rp 1,1 triliun dinilai berkelanjutan dan ditagihkan
kepada petani tambak Dipasena (asset milik Sjamsul Nursalim). Sedangkan yang
Rp 3,7 triliun tidak dibahas dalam proses restrukturisasi sehingga seharusnya
masih ada kewajiban obligor Rp 3,7 triliun yang belum ditagih.

Permasalahan-permasalahan lain yang muncul

 Berbagai masalah pelanggaran HAM bermunculan,salah satunya masalah tragedi Trisakti


yang tidak terselesaikan dan masalah Semanggi I dan II
 Pertikaian antar kelompok yang disebabkan oleh SARA yang mengancam stabilitas
politik
 Lepasnya Timor Timur dari wilayah NKRI.

Langkah pemberantasan korupsi

Mengeluarkan UU No.28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi,Kolusi dan Nepotisme (KKN)
Pembentukan Lembaga Anti Korupsi Pengawas Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN)
Pembentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
Pembentukan Ombudsman
Menetapkan 12 ketetapan MPR,salah satunya adalah TAP MPR No.XI/MPR/1998,
tentang penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi,Kolusi dan Nepotisme
(KKN).

Anda mungkin juga menyukai