Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia


kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku
antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu
tarikan nafas. Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama
dengan riset-riset ilmiah.

Orientalis Sedillot seperti yang dikutip Mustafa as-Siba’i dalam Peradaban Islam, Dulu,
Kini, dan Esok, mengatakan bahwa, “Hanya bangsa Arab pemikul panji-panji peradaban abad
pertengahan. Mereka melenyapkan barbarisme Eropa yang digoncangkan oleh serangan-
serangan dari Utara. Bangsa Arab melanglang mendatangi ‘sumber-sumber filsafat Yunani yang
abadi’. Mereka tidak berhenti pada batas yang telah diperoleh berupa khazanah-khazanah ilmu
pengetahuan, tetapi berusaha mengembangkannya dan membuka pintu-pintu baru bagi
pengkajian alam.”

Andalusia, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam, telah
melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk belajar dari kemajuan
ilmu pengetahuan yang dibangun kaum muslimin.

Jadi wajar jika Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab,
terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di
perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Tidak hanya itu, Lebon juga
mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa Arab-Persia lah yang dijadikan sandaran oleh para
ilmuwan Barat seperti Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san
Thomas, Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella.

Buku al-Bashariyyat karya al-Hasan bin al-Haitsam diterjemahkan oleh Ghiteleon dari
Polska. Gherardo dari Cremona menyebarkan ilmu falak yang hakiki dengan menerjemahkan

1
asy-Syarh karya Jabir. Belum lagi ribuan buku yang berhasil memberikan pencerahan kepada
dunia. Itu sebabnya, jangan heran kalau perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan
Islam. Perpustakaan al-Ahkam di Andalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang sangat
besar dan luas. Buku yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya, perpustakaan ini sudah
memiliki katalog. Sehingga memudahkan pencarian buku. Perpustakaan umum Tripoli di daerah
Syam, memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk 50.000 eksemplar al-Quran dan tafsirnya.
Dan masih banyak lagi perpustakaan lainnya. Tapi naas, semuanya dihancurkan Pasukan Salib
Eropa dan Pasukan Tartar ketika mereka menyerang Islam.

Peradaban Islam memang peradaban emas yang mencerahkan dunia. Itu sebabnya
menurut Montgomery, tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’nya, Barat
bukanlah apa-apa. Wajar jika Barat berhutang budi pada Islam.

Empat belas abad yang silam, Allah Ta’ala telah mengutus Nabi Muhammad saw sebagai
panutan dan ikutan bagi umat manusia. Beliau adalah merupakan Rasul terakhir yang membawa
agama terakhir yakni Islam. Hal ini secara jelas dan tegas dikemukakan oleh Al-Quran dimana
Kitab Suci tersebut memproklamasikan keuniversalan misi dari Muhammad saw sebagaimana
kita jumpai dalam ayat-ayat berikut ini:

Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai


pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan
jawab) tentang penghuni-penghuni neraka ( QS Al-Baqarah (2) 119 )

Nabi Muhammad saw telah mengubah pandangan hidup dan memberi semangat yang
menyala-nyala kepada umat Islam, sehingga dari bangsa yang terkebelakang dalam waktu yang
amat singkat mereka, mereka telah menjadi guru sejagat. Umat Islam menghidupkan ilmu,

2
mengadakan penyelidikan-penyelidikan. Fakta sejarah menjelaskan antara lain , bahwa Islam
pada waktu pertama kalinya memiliki kejayaan, bahwa ada masanya umat Islam memiliki tokoh-
tokoh seperti Ibnu Sina di bidang filsafat dan kedokteran, Ibnu Khaldun di bidang Filsafat dan
Sosiologi, Al-jabar dll. Islam telah datang ke Spanyol memperkenalkan berbagai cabang ilmu
pengetahuan seperti ilmu ukur, aljabar, arsitektur, kesehatan, filsafat dan masih banyak cabang
ilmu yang lain lagi.

Masa Kejayaan Islam Pertama telah menjadi bukti sejarah bahwa dengan mengamalkan
ajaran al-Quran umat Islam sendiri akan menikmati kemajuan peradaban dan kebudayaan diatas
bumi ini. Di masa Kejayaan Islam Pertama, pimpinan Islam berada di tangan tokoh-tokoh yang
setiap orangnya patuh sepenuhnya dan setia kepada Nabi Muhammad saw, baik secara
keimanan, keyakinan, perbuatan, akhlak, pendidikan, kesucian jiwa, keluhuran budi maupun
kesempurnaan.

Pimpinan Umat Islam sesudah wafatnya nabi Muhammad saw, Abubakar, Umar, Utsman
dan Ali adalah merupakan pemimpin-pemimpin duniawi dengan jabatan Khalifah, yang
menganggap kedudukan mereka itu sebagai pengabdian pada umat Islam, bukan sebagai alat
untuk mendapatkan kekuasaan mutlak dan kemegahan. Dalam tiga abad pertama sejarah
permulaaan Islam (650-1000M), bagian-bagian dunia yang dikuasai Islam adalah bagian-bagian
yang paling maju dan memiliki peradaban yang tinggi. Negeri-negeri Islam penuh dengan kota-
kota indah, penuh dengan mesjid-mesjid yang megah, dimana-mana terdapat perguruan tinggi
dan Universitas yang didalamnya tersimpan peradaban-peradaban dan hikmah-hikmah yang
bernilai tiggi. Kecemerlangan Islam Timur merupakan hal yang kontras dengan dunia Nasrani
Barat, yang tenggelam dalam masa kegelapan zaman.

B. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah agama
dan untuk mengetahui pandangan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan.
C. Ruang Lingkup
Pada makalah ini sebelumnya telah dibahas tentang sejarah kejayaan islam tentang ilmu
pengetahuannya dan akan dibahas mengenai keajaiban Al Quran mengenai Al Quran dan
Astronomi juga pandangan Islam menurut Ahmad Y Samantho.

3
D. Metode Penyusunan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah melalui informasi dari
internet.
E. Sistematika penyusunan
Makalah ini disusun dengan sistematika penyusunan berurutan mulai dari kata pengantar,
daftar isi, Bab I yang berisi pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penyusunan makalah,
ruang lingkup, dan sistematika penyusunan. Bab 2 berisi pembahasan yang berisikan tentang
keajaiban Al Quran mengenai Al Quran dan Astronomi . Bab 3 berisikan tentang pandangan
Islam menurut Ahmad Y Samantho.Bab 4 meliputi kesimpulan dan saran.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Keajaiban Al-Quran

Al Qur'an adalah firman Allah yang di dalamnya terkandung banyak sekali sisi keajaiban
yang membuktikan fakta ini. Salah satunya adalah fakta bahwa sejumlah kebenaran ilmiah yang
hanya mampu kita ungkap dengan teknologi abad ke-20 ternyata telah dinyatakan Al Qur'an
sekitar 1400 tahun lalu. Tetapi, Al Qur'an tentu saja bukanlah kitab ilmu pengetahuan. Namun,
dalam sejumlah ayatnya terdapat banyak fakta ilmiah yang dinyatakan secara sangat akurat dan
benar yang baru dapat ditemukan dengan teknologi abad ke-20. Fakta-fakta ini belum dapat
diketahui di masa Al Qur'an diwahyukan, dan ini semakin membuktikan bahwa Al Qur'an adalah
firman Allah. Berikut adalah salah satu fakta ilmiah mengenai ilmu pengetahuan yang ada dalam
al- Quran

Al-Quran dan astronomi

Banyak fakta, seperti penciptaan alam semesta dari ketiadaan, mengembangnya alam
semesta, serta garis-garis edar planet di jagat raya, yang hanya mampu diketahui melalui
astronomi modern, telah diberitakan dalam Al Qur'an sekitar 1400 tahun lalu.

Penciptaan alam semesta mula –mula digambarkan dalam Al-Quran dalam ayat berikut :

"Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai
isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (QS Al-An’aam,
6:101)

5
Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu
pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan
alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu
ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang",
membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu
ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui
bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan
mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.

Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana
materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik,
terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern,
diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.

Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada
tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan
bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam
semesta diciptakan dari ketiadaan.

Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih
terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana ini:

"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
meluaskannya." (QS Adz-Dzaariyat, 51:47)

Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam
Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut
digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta
"mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmuwan masa
kini.

6
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu
pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa
permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi
modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-
menerus "mengembang".

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi
Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta
senantiasa bergerak dan mengembang.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929.
Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika,
menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam
semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam
semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun
berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini
diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al
Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.

Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut:

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS Al-
Anbiyaa, 21:30)

Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk
merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan

7
antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul
menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq". Perkecambahan
biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan
menggunakan kata ini.

Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut,
langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah ("fataqa") satu sama
lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami
bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu,
termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik
tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat,
sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam
rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.

Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan
kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik
lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa
masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.

"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari
keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (QS Al-Anbiyaa, 21:33)

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis
edar tertentu:

8
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui." (QS Yaasin, 36:38)

Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan
astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan
kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah
garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000
kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi
matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada
dalam suatu gerakan serupa yang terencana.

Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini,
dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:

"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (QS Adz-Dzaariyaat, 51:7)

Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari
hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar
planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran
yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah
"berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama
dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang
ditetapkan baginya.

Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-
galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan
terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan

9
yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi
berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.

Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop
masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer,
tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin
untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar"
sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka
kepada kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah firman
Allah.

"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas
siang dan menutupkan siang atas malamdan menundukan matahari dan bulan, masing-masing
berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun" (QS Az-Zumar, 39:5)

Dalam Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta
sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat di atas
adalah "takwir". Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan
pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana
surban dipakaikan pada kepala.

Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling
menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan ini
hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al Qur'an, yang telah diturunkan
di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.

10
Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di
masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah
didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur'an berisi informasi yang hanya
mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Al Qur'an adalah firman Allah, maka
tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan
jagat raya.

Ayat ke-11 dari Surat Ath Thaariq dalam Al Qur'an, mengacu pada fungsi
"mengembalikan" yang dimiliki langit.

"Demi langit yang mengandung hujan." (QS Ath-Thaariq, 86:11)

Kata yang ditafsirkan sebagai "mengandung hujan" dalam terjemahan Al Qur'an ini juga
bermakna "mengirim kembali" atau "mengembalikan".

Sebagaimana diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri dari sejumlah lapisan.
Setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan bahwa
lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima
ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah kita cermati sejumlah
contoh fungsi "pengembalian" dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut.

Lapisan Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air


yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi
sebagai hujan.

Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar
ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa.

Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai


belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan
komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh.

11
Lapisan magnet memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang
dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum sampai ke Bumi.

Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini
tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Al Qur'an. Ini sekali lagi membuktikan
bahwa Al Qur'an adalah firman Allah.

Al-Quran dan Bumi

Proses Terbentuknya Hujan

Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang
lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan..

Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara,
lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.

Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang
memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,

"Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-
gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun
mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (QS Ar
Ruum, 30:48)

12
Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.

TAHAP KE-1: "Dialah Allah Yang mengirimkan angin..."

Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan


pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur
menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak
ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan
mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan
mekanisme yang disebut "perangkap air".

TAHAP KE-2: “...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit
menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal..."

Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau
partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter
antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi,
langit ditutupi dengan awan-awan.

TAHAP KE-3: "...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya..."

Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu
mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara,
bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu,
tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam
lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai
fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan
tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.

13
Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan:

"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-
bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar
dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es
itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya.
Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS An-Nuur, 24:43)

Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang


mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan
yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap
pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:

TAHAP - 1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh
angin.

TAHAP - 2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan
kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.

TAHAP - 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling
bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi
di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di

14
bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara
vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara
vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir
yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh
semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu
ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah
sebagai hujan air, hujan es, dsb. (Anthes, Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans
A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269; Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975,
Elements of Meteorology, s. 141-142)

Al-Quran dan Fisika

Teori Relativitas

Kini, relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan
melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia
belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah
tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini
dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan.
Dalam sejarah manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas
sebelumnya.

Tapi ada perkecualian; Al Qur'an telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat relatif!
Sejumlah ayat yang mengulas hal ini berbunyi:

"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan
menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut
perhitunganmu." (QS Al-Hajj, 22:47)

15
"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu
hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (QS As-Sajdah, 32:5)

"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya
limapuluh ribu tahun." (QS Al-Maa’rij, 70:4)

Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan bahwa
terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang lama:

"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab: 'Kami
tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang
menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau
kamu sesungguhnya mengetahui'." (QS Al-Mu’minuun, 23:112-114)

16
Al-Quran dan Biologi

Bagian Otak yang Mengendalikan Gerak Kita

"Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-
ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka." (QS Al-Alaaq, 96:15-16)

Ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" dalam ayat di atas
sungguh menarik. Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa
bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak pada bagian depan
tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu menemukan fungsi bagian ini selama kurun
waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al Qur'an telah menyebutkannya 1400 tahun lalu. Jika kita
lihat bagian dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala, akan kita temukan daerah frontal
cerebrum (otak besar). Buku berjudul Essentials of Anatomy and Physiology, yang berisi
temuan-temuan terakhir hasil penelitian tentang fungsi bagian ini, menyatakan:

Dorongan dan hasrat untuk merencanakan dan memulai gerakan terjadi di bagian depan
lobi frontal, dan bagian prefrontal. Ini adalah daerah korteks asosiasi…(Seeley, Rod R.; Trent D.
Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St. Louis,
Mosby-Year Book Inc., s. 211; Noback, Charles R.; N. L. Strominger; and R. J. Demarest, 1991,
The Human Nervous System, Introduction and Review, 4. edition, Philadelphia, Lea & Febiger ,
s. 410-411)

Buku tersebut juga mengatakan:

Berkaitan dengan keterlibatannya dalam membangkitkan dorongan, daerah prefrontal


juga diyakini sebagai pusat fungsional bagi perilaku menyerang…(Seeley, Rod R.; Trent D.
Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St. Louis,
Mosby-Year Book Inc., s. 211)

17
Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas merencanakan, memberi dorongan, dan memulai
perilaku baik dan buruk, dan bertanggung jawab atas perkataan benar dan dusta.

Saat dikatakan dalam Al Qur'an bahwa adalah mudah bagi Allah untuk menghidupkan
manusia setelah kematiannya, pernyataan tentang sidik jari manusia secara khusus ditekankan:

"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-
belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan
sempurna." (QS Al-Qiyaamah, 75:3-4)

Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus. Ini dikarenakan sidik jari setiap orang
adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini
memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain.

Itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai kartu identitas yang sangat penting bagi pemiliknya
dan digunakan untuk tujuan ini di seluruh penjuru dunia.

Akan tetapi, yang penting adalah bahwa keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad ke-
19. Sebelumnya, orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna
khusus. Namun dalam Al Qur'an, Allah merujuk kepada sidik jari, yang sedikitpun tak menarik
perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru
mampu dipahami di zaman sekarang.

18
BAB III

ISI

Pandangan Islam terhadap ILMU PENGETAHUAN

Ahmad Y Samantho dalam makalahnya di ICAS Jakarta (2004) mengatakan bahwa


kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh peradaban Barat satu
abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan
kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan Ilmu pengetahuan modern
tersebut membuat banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat
tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang
diakibatkannya.

Peradaban Barat modern dan postmodern saat ini memang memperlihatkan kemajuan dan
kebaikan kesejahteraan material yang seolah menjanjikan kebahagian hidup bagi umat manusia.
Namun karena kemajuan tersebut tidak seimbang, lebih mementingkan kesejahteraan material
bagi sebagian individu dan sekelompok tertentu negara-negara maju saja dengan mengabaikan,
bahkan menindas hak-hak dan merampas kekayaan alam negara lain dan orang lain yang lebih
lemah kekuatan ilmu pengetahuan, ekonomi dan militernya, maka kemajuan di Barat melahirkan
penderitaan kolonialisme-imperialisme (penjajahan) di Dunia Timur & Selatan.

Kemajuan Ilmu pengetahuan di Barat, yang didominasi oleh pandangan dunia dan
paradigma sains (Ilmu pengetahuan) yang positivistik-empirik sebagai anak kandung filsafat-
ideologi materialisme-sekuler, pada akhirnya juga telah melahirkan penderitaan dan
ketidakbahagiaan psikologis/rohaniah pada banyak manusia baik di Barat maupun di Timur.

Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan Ilmu pengetahuan yang lepas dari
kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai bencana
alam: tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat pemanasan global yang
disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju; Kehancuran ekosistem laut dan

19
keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral
emas, perak dan tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua,
Minamata Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dll. Krisis
Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin, terjadi akibat
ketidakadilan dan ’penjajahan’ (neo-imperialisme) oleh negara-negara maju yang menguasai
perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah
negara-negara berkembang atau negara terbelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah
atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya
saudara-saudara Muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan
harga diri dan kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya
dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai,
ideologi dan budaya materialis (’matre’) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan melalui
kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis sosial-moral
dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim.

Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci
Ilahiah dan peradaban dan Ilmu pengetahuan Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di
negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas
sumberdaya manusianya (pendidikan dan Ilmu pengetahuannya). Ketidakadilan global ini
terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di
negara-negara maju. Sementara 80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya
memperebutkan remah-remah sisa makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju.

Ironis bahwa Indonesia yang sangat kaya dengan sumber daya alam minyak dan gas
bumi, justru mengalami krisis dan kelangkaan BBM. Ironis bahwa di tengah keberlimpahan hasil
produksi gunung emas-perak dan tembaga serta kayu hasil hutan yang ada di Indonesia, kita
justru mengalami kesulitan dan krisis ekonomi, kelaparan, busung lapar, dan berbagai penyakit
akibat kemiskinan rakyat. Kemana harta kekayaan kita yang Allah berikan kepada tanah air dan
bangsa Indonesia ini? Mengapa kita menjadi negara penghutang terbesar dan terkorup di dunia?

20
Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita bangsa
Indonesia yang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian politik, ekonomi
dan moral bangsa dan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan pembinaan mental-
karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa kepada Allah swt. Serta melawan pengaruh buruk
budaya sampah dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis (mempertuhankan kenikmatan hawa
nafsu).

Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt Sumber segala
Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt hanya akan
muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan
Allah swt dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan,
Kekuasaan dan Keagungan-Nya.

Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong
dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan
segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ilmu


pengetahuannya hanya untuk kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, maka Islam
mementingkan pengembangan dan penguasaan Ilmu pengetahuan untuk menjadi sarana ibadah-
pengabdian Muslim kepada Allah swt dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris
Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi
seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang
mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam,
untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah. Yang paling terkenal adalah
ayat:

21
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.” (QS Ali Imron [3] : 190-191)

[58:11] Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Bagi umat Islam, kedua-duanya adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda) ke-
Mahakuasa-an dan Keagungan Allah swt. Ayat tanziliyah/naqliyah (yang diturunkan atau
transmited knowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para Rasul Allah (Taurat, Zabur, Injil
dan Al Quran), maupun ayat-ayat kauniyah (fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam),
keduanya bila dibaca, dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu
+ akal) akan semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita
kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu dan

22
segala eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu sama lain.
Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata uang koin yang sama.
Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat secara sinergis,
holistik dan integratif.

Keutamaan Mukmin yang ber-ilmu

Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan Allah dalam ayat-
ayat berikut:

“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?’
Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-
Zumar [39] : 9).

“Allah berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa saja
yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, benar-benar ia telah
dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (berdzikir) dari firman-firman Allah.” (QS. Al-Baqoroh [2] : 269).

23
“… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (QS Mujaadilah [58] :11)

Rasulullah SAW pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya dengan sebaik
mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang
sama sekali lain dari zamanmu kini.” (Al-Hadits Nabi SAW). “Menuntut ilmu itu diwajibkan
bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu.” (Al-Hadits Nabi
SAW). ***

24
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pada saat jaman setelah Rasullulah meninggal, banyak sekali peristiwa-peristiwa yang
terjadi. Banyak para ahli dalam bidang ilmu pengetahuan yang merupakan para pengikut Rasul.
Ilmu pengetahuan sebenarnya telah dinyatakan di dalam Al Qur’an sekitar 1400 tahun yang lalu.
Dalam sejumlah ayatnya terdapat banyak fakta ilmiah yang dinyatakan secara sangat akurat dan
benar yang baru dapat ditemukan dengan teknologi abad ke-20.

Kemajuan IPTEK merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita sanggup atau
tidak menghadapi tantangan ini tergantung pada kesiapan pribadi masing-masing .

Diantara penyikapan terhadap kemajuan IPTEK masa terdapat tiga kelompok yaitu: (1)
Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil-
hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai; (2) Kelompok yang
bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar
dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami, (3) Kelompok yang percaya adanya IPTEK
Islam dan berusaha membangunnya.

Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, kini dipimpin oleh peradaban Barat.
Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan Ilmu
pengetahuan modern tersebut membuat banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya
hidup peradaban Barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis
multidimensional yang diakibatkannya.

Pandangan dunia Barat melandasi pengembangan Ilmu pengetahuannya hanya untuk


kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, sedangkan Islam mementingkan pengembangan
dan penguasaan Ilmu pengetahuan untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada
Allah swt dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk

25
berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil
’Alamin).

Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta
ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama
tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam
maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada di
balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.

Karena alam semesta –yang dipelajari melalui ilmu pengetahuan–, dan ayat-ayat suci
Tuhan (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah SAAW — yang dipelajari melalui agama– , adalah
sama-sama ayat-ayat (tanda-tanda dan perwujudan/tajaliyat) Allah SWT, maka tidak mungkin
satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena keduanya berasal dari satu
Sumber yang Sama, Allah Yang Maha Pencipta dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.

B. SARAN

Kita sebagai umat Islam dan sebagai bangsa Indonesia yang kaya akan sumber daya alam
nya, seharusnya kita bisa memanfaatkannya dan mengolah sendiri sumber daya alam tersebut.
Kita harus bisa membuat teknologi yang sesuai dengan ajaran Islam. Didalam Al-Qur’an banyak
dijelaskan tentang ilmu penetahuan, oleh karena itu kita sebagai orang yang berilmu harus bisa
menjadikan Al-Qur’an sebagai tolak ukur atau acuan untuk menciptakan sesuatu yang berguna
bagi umat manusia khususnya umat islam.

26
27

Anda mungkin juga menyukai