Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No.

2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
HUBUNGAN SHALAT DHUHA DENGAN KESEHATAN
MENTAL SISWA MADRASAH TSANAWIYAH

M. Ihfadh Hafidulloh*, Siti Fatonah**


*Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang
** Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

Pada masa remaja terjadi perubahan baik fisik maupun psikis yang menyebabkan remaja dalam kondisi
rawan pada proses pertumbuhan dan perkembangannya. Remaja menghadapi berbagai masalah yang
kompleks terkait dengan perkembangan psikososial dan emosi. Menurut Riskesdas menyatakan bahwa
prevalensi gangguan mental pada penduduk Indonesia adalah 6% (37.728 orang). Hasil siswa pra survey
di MTs Ma’arif 31 Tribhakti ketika peneliti melakukan ada 21,65% siswa yang mengalami gangguan
mental. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan shalat dhuha dengan
kesehatan mental siswa tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan shalat dhuha
dengan kesehatan mental siswa MTs Ma’arif 31 Tribhakti Sidomakmur Kecamatan Melinting Kabupaten
Lampung Timur Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode penelitian menggunakan metode quasi eksperimen.
Populasi penelitian ini berjumlah 157 siswa dan sampelnya sebanyak 102 siswa, dengan teknik sampling
Purposive Sampling. Adapun analisis datanya menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian didapatkan
bahwa dari 102 responden terdapat 60 siswa (58%) tidak mengalami gangguan kesehatan mental; dan
terdapat 42 siswa (41%) mengalami gangguan kesehatan mental. Sedangkan pelaksanaan sholat dhuha
siswa yang termasuk kategori baik berjumlah 63 (61%) siswa; dan yang masuk kategori kurang baik
sebanyak 39 siswa (38%). Hasil uji statistik didapatkan p-Value = 0,000 (p-Value < 0,05), dengan nilai
OR = 5,875 yang artinya shalat dhuha siswa yang kurang baik berpeluang 5,875 kali memiliki status
kesehatan mental siswa yang sakit dibandingkan dengan shalat dhuha yang baik. Dari hasil tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara shalat dhuha dengan kesehatan
mental siswa MTs Ma’arif 31 Tribhakti Sidomakmur Kecamatan Melinting Kabupaten Lampung Timur
TP 2014/2015.

Kata kunci: Shalat Dhuha, Kesehatan Mental

LATAR BELAKANG
Menurut Zakiah Daradjat dalam Mahzar dalam Asmadi (2009:4)
Ramayulis (2007:130) menyatakan bahwa mengungkapkan bahwa Abraham Maslow
kesehatan mental adalah terwujudnya menjelang akhir hayatnya, menambahkan
keserasian yang sungguh-sungguh antara hierarki kebutuhan manusia yang keenam
fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya yaitu transendental diri. Kebutuhan
penyesuaian diri antara manusia dengan transendental diri ini merupakan puncak
dirinya dan lingkungannya, berlandaskan kesadaran eksistensi manusia dimana
keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan secara fitrah manusia menyadari akan
untuk mencapai hidup yang bermakna dan adanya Tuhan dan memerlukan
bahagia di dunia dan di akhirat. pertolongan-Nya. Dengan demikian,
Berdasarkan pengertian tersebut individu yang telah mencapai level ini
menunjukkan bahwa begitu lengkapnya mengalami keseimbangan hidup dimana
konsep dalam Islam mengatur tentang hidup bukan hanya sekedar pemenuhan
kesehatan mental manusia, tidak hanya kebutuhan jasmaniah semata, tetapi unsur
mengatur antara hubungan manusia dengan rohani pun terpenuhi.
manusia dan lingkungannya saja, tetapi Indonesia merupakan negara yang
juga mengatur manusia dengan tuhannya mayoritas penduduknya beragama Islam.
(Allah SWT) dan bagaimana manusia Akan tetapi, bila kita melihat kondisi
dapat bahagia di dunia dan akhirat. remaja di Indonesia saat ini yang
kehidupan sehari-harinya tidak

[244]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357
mencerminkan ajaran Islam, seperti ini dapat kuat secara fisik dan mentalnya.
kecelakaan, kehamilan yang tidak Karena dengan sehat mentalnya maka hal-
diinginkan, penyakit akibat hubungan hal yang tidak diharapkan dapat dihindari,
seksual, penyalahgunaan alkohol dan obat mencegah itu lebih baik daripada
terlarang. Pada masa remaja terjadi mengobati. Dalam hal ini penulis ingin
perubahan baik fisik maupun psikis yang mengedepankan dalam usaha preventif
menyebabkan remaja dalam kondisi rawan (Pencegahan) yaitu dengan meneliti
pada proses pertumbuhan dan tentang kesehatan mental remaja.
perkembangannya. Masa ini merupakan Dari data pra survei yang dilakukan
masa terjadinya proses awal pematangan oleh penulis pada tanggal 21 Februari 2015
organ reproduksi dan perubahan hormonal menyebutkan bahwa siswa di MTs Ma’arif
yang nyata. Remaja menghadapi berbagai 31 Tribhakti Sidomakmur Kecamatan
masalah yang kompleks terkait dengan Melinting Kabupaten Lampung Timur
perubahan fisik, kecukupan gizi, sering melakukan hal-hal yang negatif,
perkembangan psikososial, emosi dan seperti mencuri, berkelahi, meminta uang
kecerdasan yang akhirnya menimbulkan ke siswa yang lain, menyontek ketika
konflik dalam dirinya yang kemudian ujian, ribut ketika proses kegiatan belajar
memengaruhi kesehatannya. mengajar, merokok, berpacaran, datang
Menurut IDAI (2002:171) terlambat dan sebagainya. Hasil
menyatakan bahwa sebanyak 29% wawancara dengan guru MTs Ma’arif 31
penduduk dunia terdiri dari remaja, 80% Tribhakti yaitu bapak Machfud Setyo
diantaranya tinggal di negara yang sedang Utomo, S.Pd.I pada tanggal 21 Februari
berkembang. Berdasarkan data survei 2015 mengatakan bahwa siswa-siswa yang
kesehatan reproduksi remaja Indonesia sering melakukan pelanggaran aturan
(SKRI, 2007, http://www.idai.or.id) madrasah sebanyak 34 siswa. Adapun data
persentase perempuan dan lelaki yang jumlah siswa secara keseluruhan di MTs
tidak menikah, berusia 15-19 tahun Ma’arif 31 Tribhakti Sidomkmur adalah
merupakan: Perokok aktif hingga saat ini sebanyak 157 siswa. Dari data tersebut
perempuan 0,7% sedangkan laki-laki 49%. menyebutkan bahwa 34 siswa mengalami
Mantan peminum alkohol perempuan 1,7% perilaku yang menyimpang. Ini berarti ada
dan lelaki 15,6%. Peminum alkohol aktif 21,65% siswa yang mengalami mental
perempuan 3,7% dan lelaki 15,5%. Lelaki yang tidak sehat. Hal ini termasuk kategori
pengguna obat dengan cara dihisap 2,3%, yang cukup memprihatinkan. Kalau setiap
dihirup 0,3%, dan ditelan 1,3%. sekolah ataupun madrasah menyatakan hal
Perempuan pertama kali pacaran pada usia yang sama atau mendekati dengan
kurang dari 12 tahun 5%, usia 12- 14 persentase yang seperti ini, maka
tahun 18,6%, usia 15-17 tahun 36,9%, usia bagaimana jika dijumlahkan di seluruh
18-19 tahun 3,2%. Pengalaman seksual daerah di Indonesia.
pada perempuan 1,3% dan lelaki 3,7%. Kejadian tersebut begitu
Lelaki yang memiliki pengalaman seks menyentuh hati peneliti untuk berupaya
untuk pertama kali pada usia kurang dari agar dapat merubah keadaan lingkungan di
15 tahun 1%, usia 16 tahun 0,8%, usia 17 daerah tempat tinggal peneliti. Adapun
tahun 1,2%, usia 18 tahun 0,5%, usia 19 Shalat Dhuha penulis pilih sebagai metode
tahun 0,1%. yang tepat untuk menanggulangi masalah
Dari data tersebut di atas benar- kesehatan mental adalah karena dari
benar menunjukkan adanya kesenjangan berbagai literatur menyebutkan bahwa
karena seharusnya remaja merupakan Shalat begitu banyak manfaatnya bagi
generasi penerus bangsa Indonesia. kesehatan, baik itu kesehatan fisik maupun
Bagaimana bangsa ini bisa maju apabila kesehatan jiwa atau mental. Penulis
para remajanya seperti ini keadaannya. menerapkan Shalat Dhuha karena
Oleh karena itu, penulis berusaha sekuat sebenarnya di MTs tersebut telah berjalan
tenaga agar para generasi penerus bangsa shalat dzuhur secara berjama’ah yang telah

[245]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357
rutin dilaksanakan. Walaupun shalat dilakukan menggunakan distribusi
dzuhur telah rutin dilaksanakan, akan frekuensi dan bivariat menggunakan uji
tetapi belum menjadikan siswa-siswanya chi square.
secara optimal sehat mentalnya. Menurut
penulis, hal tersebut dikarenakan dalam
shalat mereka, mereka tidak atau belum HASIL PENELITIAN
memahami makna yang terkandung dalam
shalat serta manfaatnya. Maka dari itu, Analisis Univariat
penulis akan menyampaikan kepada para
siswa tentang shalat dhuha seperti waktu Tabel 1: Distribusi Frekuensi Pelaksanaan
pelaksanaan, manfaat dari gerakan shalat Shalat Dhuha
dhuha, dan manfaat shalat dhuha yang
dilakukan secara khusyuk bagi kesehatan Sholat Dhuha f %
mental siswa. Baik 63 61,76
Berawal dari berbagai masalah yang Kurang Baik 39 38,24
Jumlah 102 100
ada tersebut maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul :
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa
Hubungan shalat dhuha dengan kesehatan
pelaksanaan sholat dhuha siswa yang
mental siswa MTs Ma’arif 31 Tribhakti
termasuk dalam kategori baik adalah
Sidomakmur Kecamatan Melinting
61,76% dengan jumlah siswa sebanyak 63
Kabupaten Lampung Timur Tahun
siswa. Sedangkan shalat dhuha siswa
Pelajaran 2014/2015.
dalam kategori kurang baik adalah 38,24%
dengan jumlah siswa sebanyak 39 siswa.
METODE
Penelitian memerlukan suatu cara Tabel 2: Distribusi Frekuensi Kondisi
pendekatan yang tepat untuk memperoleh Kesehatan Mental
data yang akurat maka diperlukan adanya
suatu cara atau pendekatan penelitian. Kesehatan Mental f %
Dalam hal ini peneliti menggunakan cara Sehat Mental 60 58,82%
eksperimen. Menurut Arikunto (2010: 9) Sakit Mental 42 41,18%
menyatakan bahwa dengan cara Jumlah 102 100%
eksperimen ini peneliti sengaja
membangkitkan timbulnya suatu kejadian Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa
atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana prosesntasi siswa yang sehat mental
akibatnya. Dengan kata lain, eksperimen sebanyak 60 siswa atau sebanyak 58,82%,
adalah suatu cara untuk mencari hubungan dan prosentase siswa yang mengalami sakit
sebab akibat (hubungan kausal) antara dua mental sebanyak 42 siswa atau sebanyak
faktor yang sengaja ditimbulkan oleh 41,18%.
peneliti dengan mengeliminasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor
lain yang mengganggu. Eksperimen selalu Analisis Bivariat
dilakukan dengan maksud untuk melihat
akibat suatu perlakuan. Tabel 3: Hubungan Shalat Dhuha dengan
Metode penelitian ini menggunakan Kesehatan Mental
metode quasi eksperimen. Populasi dalam
penelitian ini berjumlah 157 siswa dan Kesehatan Mental
Total
Sholat Dhuha Sakit Sehat
sampelnya sebanyak 102 siswa. Teknik
f % f % f %
sampling yang digunakan adalah teknik Kurang Baik 26 61,9 1 21,7 39 38,2
Purposive Sampling. Baik 16 38,1 47 78,3 63 61,8
Setelah data terkumpul kemudian Jumlah 42 100 60 100 102 100
data tersebut dianalisa. Analisis univariat OR 95% CI 5,875
Ρ-Value 0,000

[246]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji
diketahui bahwa terdapat 42 (41,18%) dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat
siswa yang mengalami gangguan Allah (salat) itu lebih besar
kesehatan mental, dimana 26 (61,9%) (keutamaannya dari ibadah yang lain).
siswa melakukan shalat dhuha dengan Allah mengetahui apa yang kamu
kurang baik dan 16 siswa (38,1%) siswa kerjakan. (QS Al-Ankabut: 45) (Al-Qur’an,
melakukan shalat dhuha dengan baik 2010: 401). Sedangkan menurut hadits
berjumlah. Sedangkan status kesehatan Rasulullah saw menyatakan sebagai
mental siswa yang sehat berjumlah 60 berikut: Rasulullah Saw bersabda, “Siapa
(58,82%) siswa, dimana 13 (21,7%) siswa yang memelihara hak shalat dhuha
melakukan shalat dhuha dengan kurang (mengerjakannya terus menerus), akan
baik dan yang melakukan shalat dhuha diampuni dosanya oleh Allah meskipun
dengan baik berjumlah 47 (78,3%) siswa. dosanya sebanyak buih di lautan.” (HR
Hasil uji statistik didapatkan p-Value = Ahmad dan At-Tirmidzi)
0,000 (p-Value<0,05) hal ini berarti Menurut Budiman Mustofa
terdapat hubungan yang signifikan antara (2013:17) bahwa shalat, dalam hal ini
shalat dhuha dengan kesehatan mental adalah shalat dhuha sebagai penguatan
siswa MTs Ma’arif 31 Tribhakti jiwa. Dengan menjalankan shalat, jiwa
Sidomakmur Kecamatan Melinting seseorang akan mendapat semangat baru
Kabupaten Lampung Timur TP 2014/2015. dari Allah Swt. Sebab, saat itu ia bisa
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR= merasakan kedekatan Allah dengan
5,875 yang artinya shalat dhuha siswa dirinya, sebagai Zat Yang Maha
yang kurang baik berpeluang 5,875 kali mendengar keluhan orang-orang yang tiada
memiliki status kesehatan mental sakit berdaya upaya. Dengan bersandar kepada
dibandingkan dengan siswa yang Allah Swt. maka jiwa seseorang akan
melakukan shalat dhuha yang baik. mampu mengarungi bahtera kehidupan
yang penuh dengan ujian dan cobaan.
Semakin dekat seseorang dengan Allah
PEMBAHASAN Swt. maka semakin kokoh jiwanya, meski
badai kehidupan menggoncang sekeras apa
Hasil penelitian dari 102 siswa MTs pun.
Ma’arif 31 Tribhakti sebagai responden. Waktu untuk melaksanakan shalat
Didapatkan bahwa siswa yang telah dhuha juga sangat tepat, yaitu dilaksanakan
melakukan shalat dhuha selama 30 hari di setiap awal hari kita sebelum kita
yang memiliki status kesehatan mental beraktivitas sampai dengan ketika
sakit adalah sebanyak 42 (41,18%) siswa seseorang sedang sibuk-sibuknya bekerja
dan yang memiliki status kesehatan mental dan bersemangat beraktivitas. Pada waktu
sehat sebanyak 60 (58,82%) siswa. matahari mulai terbit, berproduksinya
Diketahui bahwa siswa yang melakukan hormon kortisol pada titik puncak yang
shalat dhuha dengan baik dan yang berfungsi untuk memicu organ-organ
memiliki status kesehatan mental yang tubuh beraktivitas. Akan tetapi apabila
sehat sebanyak 47 siswa (46,08%) berlebihan pun juga tidak baik, yaitu akan
sedangkan yang melakukan shalat dhuha dapat menyebabkan depresi pada
dengan kurang baik dan memiliki status seseorang. Maka dengan mengawali
kesehatan mental yang sakit sebanyak 26 aktivitas dengan shalat dhuha di awal hari
siswa (25,49%). kita, yaitu ketika matahari mulai terbit
Hal ini sesuai dengan firman Allah maka sholat dhuha dapat mengontrol
SWT bahwa dengan shalat dapat mencegah produksi hormon kortisol agar seimbang,
dari perbuatan keji dan mungkar. Yang sehingga terbebas dari depresi dan hati pun
artinya : Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang menjadi tenang.
telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) Shalat dapat mempengaruhi kinerja
dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya kelenjar-kelenjar pada tubuh kita karena di

[247]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357
dalam shalat terjadi gerakan-gerakan yang firman-Nya bahwa orang-orang yang
memang Allah Swt mensyariatkan sesuai khusyu’ adalah orang-orang yang
dengan tubuh manusia. Seperti rukuk yang mengatakan bahwa ia merasa menghadap
berfungsi untuk meningkatkan tiga Allah Swt dan akan kembali pada-Nya.
kelenjar yang berdekatan, yaitu kelenjar Dan juga disebutkan bahwa orang-orang
tulang ekor, kelenjar seksual, dan kelenjar yang beriman apabila dibacakan atas
pencernaan. Dan ketiga kelenjar itulah mereka ayat-ayat Al-Qur’an mereka sujud
yang bertanggungjawab atas fungsi tubuh dan menyungkurkan wajah mereka dengan
dari bagian atas ke bagian bawah. menangis takut kepada Allah Swt. Dengan
Sedangkan sujud berfungsi untuk demikian tidak menutup kemungkinan
meningkatkan fungsi tiga kelenjar lain bahwa seseorang yang walaupun shalat
yaitu kelenjar tiroid di leher, kelenjar dhuhanya kurang baik akan tetapi mereka
hipofisis, dan kelenjar pituitari atau memiliki status kesehatan mental yang
kelenjar induk. Ketiga kelenjar ini sehat.
mendapat asupan darah yang cukup
berlimpah ketika sujud. Karena letaknya
yang lebih tinggi daripada jantung, aliran KESIMPULAN
darah sulit untuk mencapainya. Karena itu
posisi sujud sangat berfaedah untuk Berdasarkan hasil analisis uji data
mengalirkan berbagai zat kimia dan protein dari kedua variabel, yaitu tentang shalat
yang dibutuhkan ketiga kelenjar itu untuk dhuha dan kesehatan mental siswa dapat
menjalankan fungsinya. Dengan begitu, disimpulkan bahwa dari variabel tentang
ketiganya bisa bekerja menghasilkan shalat dhuha siswa MTs Ma’arif 31
berbagai energi yang dibutuhkan tubuh. Tribhakti Sidomakmur Kecamatan
Sehingga dengan shalat, bukan hanya Melinting Kabupaten Lampung Timur
mendapatkan ketenangan jiwa tetapi juga dapat diketahui bahwa Shalat dhuha siswa
mendapatkan kesehatan tubuh pada MTs Ma’arif 31 Tribhakti secara umum
manusia yang melaksanakannya. sudah baik. Sedangkan dari variable
Dari hasil penelitian juga didapat kesehatan mental siswa dapat diketahui
bahwa ada 16 siswa (15,68%) yang telah bahwa untuk kesehatan mental siswa MTs
melakukan shalat dhuha dengan baik akan Ma’arif 31 Tribhakti secara umum sudah
tetapi mereka masih mengalami status dalam kriteria sehat mentalnya sebanyak
kesehatan mental yang sakit. Hal ini bukan 60 siswa atau sebanyak 58,82%,.
berarti yang salah adalah shalat dhuhanya Adapun hasil analisis bivariat
akan tetapi yang perlu dianalisis adalah didapatkan terdapat hubungan yang
bagaimana siswa-siswa tersebut dalam signifikan antara shalat dhuha dengan
melakukan shalatnya, mungkin mereka kesehatan mental siswa MTs Ma’arif 31
kurang khusyu’ dan tumakninah dalam Tribhakti Sidomakmur Kecamatan
shalat mereka. Karena pada penelitian ini Melinting Kabupaten Lampung Timur TP
baru menilai rutinitas atau 2014/2015.
keajegan/keistiqomahan sholat dhuha
belum sampai pada pengamatan tingkat
kekhusukan siswa-siswa tersebut dalam DAFTAR PUSTAKA
melaksanakan shalat dhuha. Dan
sesungguhnya yang menjadikan jiwa Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian
tenang dan menjadikan mental manusia Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
yang sehat adalah dengan shalat dhuha Rineka Cipta. 413 halaman.
secara khusyu’ dan tumakninah (tenang) Asmadi. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia.
bukan pada gerakan fisiknya saja. khusyu’ Jakarta: EGC. 126 halaman.
adalah pekerjaan hati manusia, dan Wikipedia. Kortisol. http://www.idai.or.id.
bagaimanakah ciri-ciri orang yang hatinya http://id.wikipedia.org/wiki.
benar-benar khusyu’. Disebutkan dalam

[248]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357
IDAI. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Mustofa, Budiman. 2011. Tuntunan
Remaja. Jakarta: IKAPI. 180 Praktis Shalat Dhuha. Solo: Visi
halaman. Media. 94 halaman.
Kementerian Agama RI. 2010. Al-Qur’an Ramayulis. 2007. Psikologi Agma. Jakarta:
Terjemah dan Tafsir Perkata. Kalam Mulia. 254 halaman.
Bandung: Jabal. 625 halaman.

[249]

Anda mungkin juga menyukai