Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini pembangunan kesehatan di indonesia sedang menghadapi double burden disease
yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular semakin meningkat secara bersamaan.
Pada masa sekarang penyakit tidak menular telah menggeser penyakit menular sebagai
penyakit yang mendominasi dan menjadi penyebab kematian tertinggi. PTM adalah penyakit
yang dapat dicegah jika faktor risiko dikendalikan.Pola hidup modern telah mengubah sikap
dan perilaku manusia, termasuk pola makan, merokok, konsumsi alkohol, serta obat-obatan
sebagai gaya hidup sehingga semakin meningkat dan mengancam kehidupan.

Salah satu daerah di Indonesia yang berisiko mengalami double burden disease adalah
Papua. Beban penyakit tidak menular di Indonesia Khususnya Papua berpengaruh terhadap
perilaku dan gaya hidup seperti kurangnya aktifitas fisik, pola makan yang buruk, dan
merokok. Hal ini menyebabkan adanya peningkatan penyakit tidak menular seperti
hipertensi, diabetes, jantung, asma, kanker, stroke, dan penyakit pernapasan kronis. Diantara
beberapa provinsi di Indonesia saat ini indikator kesehatan di Papua tetap menjadi yang
termiskin di Indonesia, di mana kesulitan akses dan ketersediaan pelayanan kesehatan
mengakibatkan tingginya proporsi penduduk yang kurang terlayani. Papua tidak hanya
menghadapi beban penyakit menular terberat di Indonesia, tetapi sekarang juga dibebani
dengan munculnya faktor risiko penyakit tidak menular dan meningkatnya kasus penyakit
tidak menular diatas rata-rata nasional.

Menurut WHO 2010, kematian yang ada di seluruh dunia disebabkan oleh Penyakit
Tidak Menular (PTM) tidak terkecuali negara-negara berkembang dan berpenghasilan
rendah. Di tingkat global, 63% penyebab penyakit tidak menular membunuh sebanyak 36
juta jiwa per tahun, diantaranya 80% kematian yang memicu kematian terjadi pada negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Berdasarkan hasil RISKESDAS di Indonesia pada
tahun 2018 prevalensi penyakit stroke 10%, penyakit kanker 1,8%, serta penyakit hipertensi
34%. Berdasarkan jurnal yang berjudul “The double burden of disease among mining
workers in Papua, Indonesia: at the crossroads between Old and New health paradigms”
tahun 2016 bahwa Secara keseluruhan, PTM mewakili 38% dari semua kasus penyakit,
terutama dalam bentuk diabetes tipe 2 dan hipertensi, diikuti oleh penyakit paru obstruktif
kronik (19%), asma (17%), dan stroke (12%).

1
Tingginya kejadian dan kematian akibat penyakit tidak menular menjadikan
intervensinya penting dilakukan. Pelayanan kesehatan yang berkualitas serta pengobatan
yang tepat membuat pengendalian penyakit tidak menular lebih baik. Hal tersebut merupakan
bentuk upaya kesehatan dalam mencegah peningkatan kasus penyakit tidak menular
khususnya daerah papua yang memiliki kasus penyakit tidak menular tertinggi diatas rata rata
nasional. Berdasarkan hal tersebut menjadi landasan penulis untuk menganalisis jurnal yang
berjudul “The double burden of disease among mining workers in Papua, Indonesia: at the
crossroads between Old and New health paradigms” dan membandingkan kejadian double
burden disease di Ghana.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana epidemiologi penyakit tidak menular di wilayah Papua dan Ghana?
2. Bagaimana distribusi penyakit tidak menular di wilayah Papua dan Ghana?
3. Bagaimana determinan penyakit tidak menular di wilayah Papua dan Ghana?
4. Bagaimana frekuensi penyakit tidak menular di wilayah Papua dan Ghana?
5. Apa perudang-undangan yang terkait dengan penyakit tidak menular di wilayah Papua
dan Ghana?
6. Bagaimana Perbandingan Penyakit Tidak menular di wilayah Papua dan Ghana?
1.3. Tujuan Studi Kasus
1. Untuk mengetahui epidemiologi penyakit tidak menular di wilayah Papua dan Ghana.
2. Untuk mengetahui distribusi penyakit tidak menular di wilayah Papua dan Ghana.
3. Untuk mengetahui determinan penyakit tidak menular di wilayah Papua dan Ghana.
4. Untuk mengetahui frekuensi penyakit tidak menular di wilayah Papua dan Ghana.
5. Untuk mengetahui perudang-undangan yang terkait dengan penyakit tidak menular di
wilayah Papua dan Ghana.
6. Untuk mengetahui perbandingan Penyakit Tidak menular di wilayah Papua dan Ghana.

2
BAB II
DATA DAN INFORMASI
2.1 Double Burden Papua
2.1.1 Epidemiologi

Pembangunan, industrialisasi, urbanisasi, dan populasi yang menua mendorong


meningkatnya epidemi penyakit tidak menular (PTM). PTM seperti penyakit jantung, stroke,
diabetes mellitus, kanker, asma, dan penyakit pernapasan kronis sekarang menyumbang
sekitar 60% dari total kematian di seluruh dunia, dengan sekitar 80% dari kematian PTM
kronis terjadi di LMICs. Secara khusus, wilayah Asia Tenggara menanggung porsi penyakit
global yang tidak proporsional secara keseluruhan dan telah menghadapi beban PTM yang
terus meningkat. Beban PTM yang meningkat di Indonesia sejalan dengan pertumbuhan
faktor risiko metabolik utama termasuk hipertensi, glukosa darah tinggi, dan obesitas –
terutama pengaruh meluasnya perilaku berisiko terkait gaya hidup seperti pola makan yang
buruk, kurangnya aktivitas fisik, dan merokok.

Indikator kesehatan di dua provinsi di sisi barat pulau New Guinea (Papua dan Papua
Barat, selanjutnya secara kolektif disebut 'Papua') tetap menjadi yang termiskin di Indonesia,
di mana kesulitan akses dan ketersediaan pelayanan kesehatan mengakibatkan tingginya
proporsi penduduk yang kurang terlayani. Mirip dengan pola yang terlihat di LMICs lain,
industrialisasi yang cepat di Papua telah membawa peningkatan PTM dalam jangka waktu
yang sangat singkat. Papua sekarang dibebani dengan munculnya faktor risiko PTM dan
prevalensi PTM terkait secara nyata di atas rata-rata nasional.

2.1.2 Distribusi (agen,host, penyebab)


1) Penyakit Hipertensi
a) Host (pejamu)
• Daya tahan tubuh terhadap penyakit: Daya tahan tubuh seseorang sangat
dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktifitas, dan istirahat. Kesibukan juga bisa
membuat seseorang kurang berolahragadan berusaha mengatasi stresnya dengan
merokok, minum alkohol, atau kopi sehingga terjadi penurunan daya tahan
tubuh.
• Umur: Prevalensi hipertensi meningkat menurut usia, hamper setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik bisa terus meningkat

3
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolic bisa terus meningkat sampai usia 55-
60 tahun.
• Pekerjaan: Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi.
Seperti pekerja tambang yang mengalami stress yang terlalu besar dapat memicu
terjadinya berbagai penyakit misalnya sakit kepala, hipertensi, penyakit jantung,
dan stroke.
b) Agent (penyabab penyakit)
• Faktor nutrisi: Asupan natrium sangat penting untuk tekanan darah tinggi.
Asupan natrium yang berlebihan akan menyebabkan konsentrasi natrium dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Jika cairan intraseluler dipompa keluar untuk
menormalkannya, jumlah cairan ekstraseluler akan meningkat dengan
peningkatan cairan ekstraseluler, yang akan menyebabkan peningkatan volume
darah, yang menyebabkan timbulnya hipertensi.
c) Environment (lingkungan)
Lingkungan ini termasuk gaya hidup, dalam kondisi tertekan adrenalin dan kortisol
dilepaskan ke adrenalin darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah
agar tubuh siap beraksi. Gaya hidup yang malas, stress, mengkonsumsi alkohol atau
garam dalam makanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki
kepekaan yang menurun.
2) Penyakit Diabetes
a. Host (pejamu)
• Genetik: Jika keluarga memiliki riwayat menderita diabetes, maka orang tersebut
memiliki resiko untuk menderita diabetes juga.
• Kondisi fisik: Bila kondisi fisik seseorang kelelahan, kurang tidur dan kurang gizi
dapat menyebabkan imunitas terganggu, sehingga penyakit diabetes mudah
menyerang.
b. Agent (penyebab penyakit)
• Faktor nutrisi: Kategori ini termasuk karbohidrat yang dapat meningkatkan kadar
gula darah. Kelebihan gizi (overnutrition) adalah faktor risiko pertama yang
diketahui untuk diabetes. Semakin banyak kelebihan berat badan atau obesitas
yang disebabkan oleh kelebihan gizi, semakin besar kemungkinan seseorang
terkena diabetes

4
c. Environment (lingkungan)
• Sosial ekonomi: Tingkat sosial ekonomi yang rendah mempunya tingkat resiko
terkena penyakit infeksi sedangkan tingkat sosial yang tinggi mempunyai resiko
terkena diabetes , karena pada tingkat sosial ekonomi yang tinggi mempunyai
kecendrungan untuk terjadinya perubahan pola konsumsi makanan
2.1.3 Determinan (faktor risiko)

Faktor risiko yang terkait dengan kemiskinan, gaya hidup tidak sehat, penggunaan
tembakau, dan penyalahgunaan alkohol umum terjadi pada PTM. Dalam sampel penelitian
tenaga kerja pertambangan Pada tingkat molekuler, agen infeksius mungkin merupakan
inisiator mutasi yang signifikan dan proliferasi sel yang tidak teratur yang mengikutinya.
Untuk penyakit kardiovaskular (CVD), pengenalan hubungan dengan ID, seperti yang
diamati antara IHD dan hipertensi dalam penelitian ini, berasal dari akhir 1800-an, dan baru-
baru ini dalam penelitian yang mengaitkan CVD terutama dengan faktor risiko perilaku dan
genetik.

2.1.4 Frekuensi (OR,RR,Prevalensi)

Proporsi komorbiditas yang tercatat dari 8856 kasus rawat jalan dan rawat inap antara 11
penyakit, Angka komorbiditas yang tinggi ini diikuti oleh kasus hipertensi yang juga telah
menunjukkan episode stroke selama masa penelitian – 23,1%. Prevalensi individu penyakit
diatur secara melingkar di sepanjang pinggiran roda. Dari perspektif penyakit yang lebih luas,
PTM mewakili 38% dari semua kasus yang dikategorikan, dengan mayoritas kasus PTM
adalah diabetes tipe 2 dan hipertensi 19,6 juga menderita PPOK, diikuti oleh 17,4 dengan
asma, 11,5 dengan stroke, 5,1 dengan IHD, 4,5 dengan diabetes tipe 2, dan 4,5% dengan
semua jenis kanker, dan asma.

2.2 Double Burden Ghana


2.2.1 Epidemiologi

Transisi epidemiologi bermula dari perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan
pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi infeksi atau
penyakit tidak menular (PTM) justru meningkat. Negara Afrika, sedang mengalami beban
ganda penyakit dengan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular (PTM). Pada
penduduk yang berpenghasilan rendah dan menengah rata-rata sistem kesehatan yang masih
lemah. Dengan peningkatan penduduk setiap tahunnya, peningkatan harapan hidup dan gaya
faktor gaya hidup merupakan suatu peningkatan hipertensi di negara afrika.

5
Negara Afrika Barat, Ghana prevalensi penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi,
diabetes, dan penyakit jantung meningkat. Penyakit hipertensi merupakan suatu peningkatan
tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ tubuh
sehingga timbul kerusakan lebih berat, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung coroner
untuk pembuluh jantung dan untuk otot jantung. Selain penyakit tersebut dapat pula
menyebabkan gagal ginjal, penyakit pembuluh darah lain, diabetes melitus, jantung dan lain-
lain.

Data epidemiologi menunjukan bahwa semakin meningkatnya populasi usia lanjut, maka
jumlah pasien dengan penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, diabetes, dan jantung
bisa kemungkinan besar juga akan bertambah. Tercatat pada laporan tahunan Kementrian
Kesehatan Gana (MoH) pada tahun 2010 penyakit hipertensi merupakan penyebab utama
kedua morbiditas pada rawat jalan yang sering timbul pada usia >45 tahun.

2.2.2 Distribusi (agen,host, penyebab)

Pada model ini, pada perubahan dari salah satu faktor maka akan terjadi perubahan
leseimbangan diantaranya, akan bertambah dan berkurangnya penyakit yang bersangkutan :

1) Penyakit Hipertensi
a. Host (Penjamu)
Faktor-faktor yang timbul pada penyakit hipertensi yaitu :
• Usia: Pada penyebaran penyakit hipertensi bisa diholongkan pada usia. Dapat
disimpulakan pada prevalensi hipertensi akan bertambahnya usia. Prevalensi
meningkatnya menurut usia sejalan bertambanhnya pada usia, hamper beberapa
orang mengalami kenanikan tekanan darah tekanan sistoloik terus akan
bertamabh meningkat hingga usia >45 tahun keatas.
• Jenis kelamin: Pada umumnya jenis kelamin pria lebih banyak menederita
penyakit hipertensi dibandingkan pada wanita.
b. Agent (penyebab penyakit)
Agent merupakan suatu keberadaan atau ketidakberadaan yang dapat menimbulkan
penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.
• Faktor Nutrisi: Konsumsi natrium sangat penting dalam peran terhadap timbul
penyakit hipertensi. Mengkonsumsi natrium yang berlebih bisa menyembabkan
konsentreasi natrium di salam cairan ekstraseluler dapat meningkat. Jika
menormalkannya dengan cairan intraseluler ditarik le luar sehingga volume

6
cairan ekstraseluler meningkat dengan meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan peningkaan volume darah, sehingga berdampak
timbulnya penyakit hipertensi.
c. Environment (lingkungan)
Lingkungan ini termasuk perilaku atau pola gaya hidup misalnya dengan gaya hidup
yang kurang baik dengan gaya hidup dengan tekanan (stress) dapat memicu
terjadinya penyakit seperti hipertensi. Gaya hidup yang kurang adanya aktivitas juga
dapat memicu terjadinya penyakit hipertensi.
2) Penyakit Diabetes
a. Host (Penjamu)
Faktor yang terkena atau terinfeksi penyakit diabetes yaitu manusia dengan tingkat
kejadian akan lebih tinggi yang mempunyai riwayat keturunan dan penderita
memiliki berat badan berlebihan.
b. Agent (penyebab penyakit)
Agent merypakan faktor yang menyebabkan penyakit, pada penyakit diabetes bukan
merupakan penyakit menular tetapi penyakit tidak menular (PTM) yang disebabkan
satu agent seperti:
• Pola kehidupan sehari-hari: Kebiasaan buruk dengan mengonsumsi makanan
atau minuman yang tidak seimbangdengan gizi. Kebiasaan kurangnya aktivitas
fisik hal ini membuat kadar gula dalam darah tidak berubah menjadi energi
melainkan menjadi lemak.
c. Environment (lingkungan)
Pada kondisi ekonomi yang lebih memadai biasanya lebih tinggi mengalami penyakit
diabetes karena memungkinkan undividu tidak menyeimbangkan gizi.
2.2.3 Determinan (faktor risiko)

Di bagian Ghana, prevalensi Pada penyakit tidak menular (PTM) seperti obesitas,
hipertensi, diabetes dan penyakit jantung telah meningkat pada tahun 2013. Penyakit tidak
menular (PTM) menyumbang 22,2% kematian di Rumah Sakit Pendidikan Korle-Bu.
Laporan tahunan Kementerian Kesehatan Ghana (MoH) 2010 menunjukkan bahwa hipertensi
adalah penyebab utama kedua morbiditas rawat jalan pada orang dewasa berusia 45 tahun ke
atas.

Makanan asin yang dikonsumsi pada penduduk Ghana secara ekstensif, dengan
menghiting jumlah garam yang dikonsumsi dari makanan dan memakan asupan kebiasaaan

7
makanan asin dengan kelebihan natrium. Faktor meminum minuman beralkohol jga dapat
memicu terjadinya penyakit pada penyakit tidak menular (PTM) seperti obesitas, hipertensi,
diabetes dan penyakit jantung.

2.2.4 Frekuensi (OR,RR,Prevalensi)

Di Ghana, tercatatan yang tersedia menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi telah


meningkat dengan serentetan migrasi pedesaan, perkotaan dan terkait perubahan gaya hidup
dan pilihan makanan. Sejumlah faktor seperti persepsi positif tentang obesitas, gaya hidup
yang lebih menetap, konsumsi makanan berkalori tinggi yang berlebihan, kecenderungan
genetik, asupan garam yang tinggi, dan peningkatan harapan hidup telah dikutip untuk tren
yang mengganggu ini. Tanpa perhatian yang mendesak, epidemi hipertensi di negara ini saat
ini diperkirakan akan memburuk.

Prevalensi pada beban ganda penyakit dengan total penduduk lebih tinggi pada
kelompok gender menengah dan tinggi sebanyak (masing-masing 40,5% dan 43,2%),
dibandingkan dengan kelompok gender rendah sebanyak (16,2%). Hal ini juga terjadi pada
laki-laki dan perempuan secara terpisah, meskipun perbedaan antara kelompok
ketidaksetaraan gender rendah dan tinggi lebih kecil pada laki-laki daripada perempuan. Di
kalangan perempuan, kejadian beban ganda relatif lebih tinggi pada kelompok
ketidaksetaraan gender sedang dan tinggi, tetapi kejadiannya relatif lebih rendah pada
kelompok ketidaksetaraan gender rendah, dibandingkan dengan laki-laki.

2.3 Intervensi

Papua, Indonesia melakukan berbagai macam upaya pencegahan dalam menangani


beban ganda penyakit yang terjadi di masyarakat salah satunya di kalangan para pekerja
tambang, seperti memfokuskan upaya pada kondisi dengan beban tertinggi, terutama yang
dapat berdampak pada berbagai jenis penyakit seperti hipertensi, diabetes dan jantung.
Melakukan lakukan pencegahan untuk mengatasi penyakit tidak menular, diperlukannya
serangkaian layanan dasar yang berfungsi sebagai upaya pencegahan primer, seperti
melakukan skrining, deteksi dini, diagnosis, dan pengobatan, di samping sistem rujukan dan
tindak lanjut, yang dilakukan oleh staf yang sudah terlatih. Terakhir melakukan pencegahan
beban ganda penyakit yaitu dengan melakukan pendekatan pengendalian terpadu yang
dilakukan dimulai oleh pelayanan kesehatan primer dengan cara melakukan promosi
kesehatan. Masyarakat yang sadar akan bahaya dari penyakit tidak menular akan melakukan

8
pencegahan terhadap penyakit tersebut, terutama masyarakat yang berada di daerah sekitar
pertambangan (Rodriguez-Fernandez, et al., 2016).

Sedangkan, di Ghana, Afrika Barat upaya yang dilakukan dalam pencegahan untuk dapat
menangani beban penyakit ganda dengan melakukan penambahan perawat yang akan
berfokus terhadap penyakit hipertensi, diabetes, dan jantung sehingga dapat meningkatkan
kontrol terhadap hipertensi, diabetes dan jantung pada masyarakat salah satunya di kalangan
pertambangan di Ghana. Selain itu, dilakukan pencegahan primer dan sekunder terhadap
penyakit hipertensi tanpa komplikasi dengan melakukan perubahan gaya hidup menjadi sehat
dan melakukan farmakoterapi standar (Kushitor & Boatemaa, 2018).

2.4 Peraturan Perundang-Undangan

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan juga sebagai salah satu unsur dari sebuah
kesejahteraan disebuah negara yang harus diwujudkan bagi setiap masyarakatnya. Di seluruh
dunia bahkan di Negara Indonesia sendiri masih terdapat penyakit tidak menular yang
menjadi salah satu kekhawatiran di sebuah Negara, karena dapat menyebabkan masalah yang
besar untuk Negara dan masyarakat di Negara tersebut (Republik Indonesia, 2009).

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan


Berdasarkan pasal 1 disebutkan bahwa kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara
fisik mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Sumber daya pada bidang kesehatan adalah segala
bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, ketersediaan farmasi dan alat kesehatan serta
fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
(Republik Indonesia, 2009).
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 Tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular.
Berdasarkan PERMENKES pasal 1 bahwa terdapat pengertian dari PTM, Penyakit tidak
menular(PTM) merupakan penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke orang, yang
berkembang berjalan perlahan dalam jangka waktu yang panjang(kronis).
Penanggulangan penyakit tidak menular upaya kesehatan yang mengutamakan aspek
promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif serta paliatif
yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian yang

9
dilaksanakan secara komprehensif, efektif, efisien, dan berkelanjutan PERMENKES,
2015.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 Tentang
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Tahun 2015-2019.
Penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan
kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta menimbulkan beban pembiayaan
kesehatan sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan penanggulangan, dalam rangka
penanggulangan penyakit tidak menular perlu dilakukan langkah strategis pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular termasuk faktor risikonya melalui penyusunan
rencana aksi nasional (PERMENKES, 2017).
Berdasarkan pasal 1 disebutkan bahwa pengaturan rencana aksi nasional penanggulangan
penyakit tidak menular tahun 2015-2019 bertujuan untuk memberikan acuan bagi
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lain berupa langkah-
langkah konkrit yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan dalam sebuah rangka
untuk mendukung kegiatan penanggulangan penyakit tidak menular (PERMENKES,
2017).

10
BAB III
DISKUSI
3.1 Hasil Diskusi

Ghana dan Papua merupakan suatu wilayah yang memiliki beberapa persamaan, dimana
salah satu persamaan tersebut dapat dikategorikan sebagai lower-middle-income. Ghana
merupakan suatu daerah di negara Afrika yang rata-rata penduduknya memiliki pendapatan
kurang lebih sebesar $4,06 dalam sehari. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya
kesenjangan sosial pada penduduk ghana, Terutama dalam penerimaan pelayanan kesehatan
yang kurang ketika mereka sakit, dikarenakan pendapatan yang mereka miliki hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

Wilayah Papua pada dasarnya adalah suatu daerah yang tergolong lower-middle-income
di Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena kesejahteraan masyarakat Papua belum
mencapai batas yang optimal oleh Pemerintah Daerah. Terutama pada bidang kesehatan,
Puskesmas yang berada di wilayah Papua sangat membutuhkan tenaga kesehatan terutama
tenaga dokter, karena Puskesmas di wilayah Papua kekurangan tenaga dokter sebesar 60%.
Hal tersebut menjadi penyebab utama timbulnya berbagai macam kasus penyakit yang
berisiko tinggi sampai merenggut nyawa. Selain jumlah tenaga dokter yang kurang, akses dan
ketersediaan dalam pelayanan kesehatan belum sepenuhnya memadai.

Dari 5 buah jurnal yang menjadi bahan acuan literatur kami, sejauh ini kami
mendapatkan hasil bahwa kedua daerah tersebut yaitu Papua dan Ghana memiliki kasus
penyakit yang berbeda-beda, namun kedua daerah tersebut sama-sama memiliki risiko
penyakit terbesar yaitu hipertensi dan diabetes. Kedua penyakit tersebut muncul karena
permasalahan ekonomi, pendidikan, serta pola hidup di kedua daerah tersebut kurang
diperhatikan. Daerah Papua yang kita ketahui termasuk kedalam kawasan pertambangan.
Pembuangan dari hasil pengolahan limbah pertambangan dibuang secara sembarangan ke
alam yang menyebabkan hewan laut dan hasil alam lainnya tercemar oleh limbah
pertambangan. Hal tersebut yang menjadi penyebab permasalahan munculnya berbagai
penyakit di Papua. Sedangkan di Ghana, penduduk kurang memperhatikan makanan yang
dikonsumsi dalam sehari-hari sehingga hal tersebut memicu terjadinya berbagai penyakit di
wilayah tersebut.

11
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil telaah dari 5 buah jurnal, kami mendapatkan hasil bahwa kedua daerah
tersebut yaitu Papua dan Ghana memiliki kasus penyakit yang berbeda-beda, namun kedua
daerah tersebut sama-sama memiliki risiko penyakit terbesar yaitu hipertensi dan diabetes.
Beban PTM yang meningkat di Indonesia sejalan dengan pertumbuhan faktor risiko
metabolik utama termasuk hipertensi, glukosa, darah tinggi, dan obesitas, terutama pengaruh
meluasnya perilaku berisiko terkait gaya hidup seperti pola makan yang buruk, kurangnya
aktivitas fisik, dan merokok. Papua sekarang dibebani dengan munculnya faktor risiko PTM
dan prevalensi PTM terkait secara nyata di atas rata-rata nasional. Salah satu penyebab
terjadinya kesenjangan sosial pada penduduk ghana. Terutama dalam penerimaan pelayanan
kesehatan yang kurang ketika mereka sakit, dikarenakan pendapatan yang mereka miliki
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

4.2. Saran

Sebaiknya di papua memfokuskan upaya kondisi kesehatan dengan beban tertinggi,


terutama yang dapat berdampak pada berbagai jenis penyakit seperti hipertensi, stroke,
diabetes, kanker dan lain-lain. Kemudian upaya yang paling ampuh untuk melakukan
pencegahan beban ganda penyakit yaitu dengan melakukan pendekatan pengendalian terpadu
yang dilakukan dimulai oleh pelayanan kesehatan primer dengan cara melakukan promosi
kesehatan. Sedangkan, di Ghana, Afrika Barat dalam pencegahan untuk dapat menangani
beban penyakit ganda dengan melakukan penambahan perawat yang akan berfokus terhadap
penyakit hipertensi dan diabetes sehingga dapat meningkatkan kontrol terhadap hipertensi
dan diabetes pada masyarakat salah satunya dikalangan pertambangan di Ghana.

12
DAFTAR PUSTAKA

Azupogo, F., Abdul-Razak Abizari, Elisabetta Aurino. (2020). Malnutrition, Hypertension


Risk, and Correlates: An Analysis of the 2014 Ghana Demographic and Health
Survey Data for 15–19 Years Adolescent Boys and Girl. Nutrients 12, 2723.
Bose-O’Reilly, S., Rudolf Schierl, Dennis Nowak et al. (2016). A preliminary study on health
effects in villagers exposed to mercury in a small-scale artisanal gold mining area in
Indonesia. Environmental Research 149.
Fernandez, R. R., Nawi Ng, Dwidjo Susilo, et al. (2016). The double burden of disease
among mining workers in Papua, Indonesia: at the crossroads between Old and New
health paradigms. BMC Public Health.
Ham, M. v., Renee Bolijn, Alcira de Vries, et al. (2021). Gender inequality and the double
burden of disease in low-income and middle-income countries: an ecological study.
BMJ Open.
Kushitor, M. K., & Sandra Boatemaa, et al. (2018). The double burden of disease and the
challenge of health access: Evidence from Access, Bottlenecks, Cost and Equity
facility survey in Ghana. Research Article Plos One.
PERMENKES. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun
2015 Tentang Penannggulangan Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
PERMENKES. (2017). 3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2017 Tentang Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
Tahun 2015-2019. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009.
Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai