Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ners Indonesia, Vol.11 No.

2, Maret 2021

HUBUNGAN ANTARA RASA SYUKUR TERHADAP KESEHATAN MENTAL


REMAJA DI SMA NEGERI 8 PEKANBARU

Rani Hardianti1, Erika2, Fathra Annis Nauli3


1,2,3
Fakultas Keperawatan Universitas Riau
Jalan Pattimura No 9 Gedung G Pekanbaru Riau
email: ranihardianti17@gmail.com

Abstrak

Pentingnya menjaga kesehatan mental dapat berimbas pada kesejahteraan diri remaja. Remaja yang memiliki
kesehatan mental positif terhindar dari masalah mental emosional yang bersifat neurosis maupun psikosis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara rasa syukur terhadap kesehatan mental
remaja SMAN 8 Pekanbaru. Pendekatan cross sectional digunakan sebagai metode penelitian. Sampel dalam
penelitian ini adalah 81 orang yang diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling.
Pengumpulan data diambil dengan menggunakan kuesioner rasa syukur dan kesehatan mental. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif rasa syukur dengan kesehatan
mental remaja di SMA Negeri 8 Pekanbaru (0,011< 0,05). Penelitian ini merekomendasikan kepada pihak
sekolah untuk terus meningkatkan kegiatan yang mendorong rasa syukur remaja sebagai upaya menjaga
kesehatan mental remaja.

Kata kunci: kesehatan mental, rasa syukur, remaja

Abstract

The importance of maintaining mental health can impact on the well-being of adolescents. Adolescents who
have positive mental health avoid mental emotional problems that are neurotic or psychotic. The aimed of
this research was to determine the correlation between gratitude on mental health adolescents of SMAN 8
Pekanbaru. This study used a cross sectional approach. The sample in this study were 81 people taken using
the stratified random sampling technique. Data collection was taken using a gratitude and mental health
questionnaire. Data collection was taken using a questionnaire of gratitude and mental health. The results
showed that there was a significant positive relationship between gratitude and the mental health of
adolescents in SMA Negeri 8 Pekanbaru (0,011< 0,05). This research is useful for schools to continue to
improve activities that encourage adolescent gratitude as a monitoring of adolescent mental health.

Keywords: mental health, gratitude, adolescent

215
Rani Hardianti, Erika, Fathra Annis Nauli, Hubungan antara Rasa Syukur terhadap Kesehatan
Mental Remaja di SMA Negeri 8 Pekanbaru

PENDAHULUAN Pentingnya menjaga kesehatan mental

Kesehatan mental yaitu suatu keadaan dapat berimbas pada kesejahteraan diri remaja

kesejahteraan ketika seseorang menyadari itu sendiri. Remaja yang sehat mentalnya

keterampilannya, mampu mengatasi tekanan adalah individu yang terhindar dari keluhan

kehidupan yang normal, mampu berkegiatan dan gangguan mental baik berupa neurosis

produktif, dan dapat berkontribusi kepada maupun psikosis. Orang yang sehat mental

komunitas dan masyarakat (WHO, 2016). akan senantiasa merasa aman dan bahagia

Data Riset Kesehatan Dasar dalam kondisi apapun, dan akan melakukan

menunjukkan bahwa 10,1% penduduk introspeksi atas segala hal yang dilakukannya

Indonesia dengan usia diatas 15 tahun sehingga akan mampu mengontrol dan

mengalami gangguan kesehatan mental dan mengendalikan dirinya sendiri (Yeli, 2012).

emosional (Riskesdas, 2018). Peraturan Arus positif yang kuat pada kesehatan mental

Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, dapat mengembangkan kekuatan remaja dalam

menjelaskan bahwa remaja adalah penduduk menghadapi kehidupan sehari-hari (Nasilah &

dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Marettih, 2015). Selain itu, temuan Tambunan

Badan Kependudukan dan Keluarga dan Ediati (2016) diketahui bahwa problem

Berencana (BKKN) rentang usia remaja emosi remaja dapat beresiko bunuh diri.

adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Terdapat banyak faktor yang

Menurut Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, mempengaruhi kesehatan mental diantaranya

usia 15-18 tahun berada pada bangku Sekolah religiusitas, fisik, psikis, dan lingkungan

Menengah Atas (Kementerian Pendidikan dan seseorang (Primaswari, 2017). Kesepian dan

Kebudayaan, 2016). Prevalensi gangguan penyakit mental semakin meningkat secara

mental emosional pada penduduk usia ≥ 15 signifikan karena kurangnya rasa syukur yang

tahun di Riau adalah sebesar 8,9% yang dimiliki remaja (Caputo, 2015). Rasa syukur

meningkat dari 2,3% (Riskesdas, 2018). merupakan ciri kepribadian positif klasik dan

dianggap sebagai salah satu prediktor penting

216
Jurnal Ners Indonesia, Vol.11 No.2, Maret 2021

dalam kesejahteraan (Aghababae & Tabik, SMAN 8 Pekanbaru mengatakan bahwa cukup

2013). banyak siswa yang mengeluhkan

Listiyandini et al., (2015) berpendapat masalah-masalah pribadi yang berhubungan

bahwa rasa syukur adalah dampak moral yang dengan emosional siswa misalnya masalah

dapat mendorong perilaku untuk peduli pada pertemanan, susahnya beradaptasi di sekolah

kesejahteraan orang lain. Rasa syukur dapat dan menyesuaikan dengan peraturan sekolah,

menumbuhkan optimisme, memperbaiki kelola emosi negatif seperti mood tidak

kualitas hidup, membentuk hubungan stabil dan uring-uringan (gelisah), tekanan atau

persahabatan yang lebih baik (Husna, 2014). stres akademik akibat tingginya tuntutan

Penelitian terdahulu telah menemukan bahwa belajar dari orang tua, ketatnya daya saing di

rasa syukur dapat mencegah depresi dan kelas. Gangguan jiwa berat belum pernah

kondisi patologis (Listiyandini et al., 2015). dilaporkan tetapi guru BK pernah menemukan

Seseorang yang memiliki rasa syukur tinggi beberapa orang siswa yang melaporkan dirinya

akan memiliki kendali yang lebih tinggi stres karena susah beradaptasi dengan teman

terhadap keadaan lingkungan, perkembangan dan terdapat siswa yang mengalami masalah

personal, memiliki tujuan hidup, dan tekanan akademik yang tinggi yang

menerima keadaan dirinya. Rasa syukur menyebabkan siswa gelisah sehingga jika ini

seseorang akan mendorongnya memiliki dibiarkan akan berdampak pada kesehatan

coping yang baik pada kesulitan hidup, mental. Peneliti juga mewawancari tujuh orang

mencari dukungan sosial dari orang lain, siswa di Sekolah tersebut. Lima diantaranya

menginterpretasikan pengalaman dengan sudut mengakui bahwa rutinnya ibadah, mengikuti

pandang berbeda, serta memiliki rencana ekstrakulikuler di sekolah, menambah

dalam memecahkan masalah (Listiyandini et wawasan dan mengucapkan syukur terhadap

al., 2015). sesuatu membuat mereka menjadi lebih

Studi pendahuluan melalui wawancara berlapang dada dan bersabar dalam

dengan guru Bimbingan Konseling (BK) di menghadapi masalahnya. Penelitian ini

217
Rani Hardianti, Erika, Fathra Annis Nauli, Hubungan antara Rasa Syukur terhadap Kesehatan
Mental Remaja di SMA Negeri 8 Pekanbaru
ditujukan untuk mengetahui hubungan antara reliabilitas rasa syukur diperoleh alpha

rasa syukur terhadap kesehatan mental remaja cronbach (0,936) dan hasil uji reliabilitas

SMAN 8 Pekanbaru. kesehatan mental diperoleh alpha cronbach

(0,945), sehingga dapat disimpulkan kuesioner

METODE PENELITIAN rasa syukur dan kesehatan mental dikatakan

Penelitan ini dilakukan di SMAN 8 valid dan reliabel. Uji Chi-Square dilakukan

Pekanbaru yang dari bulan Januari-Juni 2019. sebagai uji hipotesis untuk mengetahui apakah

Desain penelitian ini adalah penelitian ada hubungan antara rasa syukur dengan

deskriptif korelasi dengan pendekatan cross kesehatan mental pada remaja dengan batas

sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah kepercayaan = 0,05.

seluruh siswa kelas X berjumlah 432 Orang

pada SMAN 8 Pekanbaru, dengan jumlah HASIL PENELITIAN

sampel 81 Orang, pemilihan sampel melalui 1. Karakteristik Responden

Stratified Random Sampling. Kuesioner rasa Tabel 1


Karakteristik responden berdasarkan umur,
syukur yang digunakan dimodifikasi dari
jenis kelamin, dan agama
Listiyandini et al., (2015) sebanyak 29
Karakteristik Frekuensi Presentasi (%)
pertanyaan dan kuesioner kesehatan mental responden
Umur
dimodifikasi dari Merino et al., (2017) yang
14 Tahun 1 1,2
berjumlah 39 pertanyaan. 15 Tahun 34 42,0
16 Tahun 44 54,3
Hasil uji validitas kuesioner rasa syukur
17 Tahun 2 2,5
terdiri dari 29 pernyataan menghasilkan 22 Jenis Kelamin
Laki-laki 27 33,3
pernyataan valid (rhitung 0,361-0,749) > rtabel
Perempuan 54 66,7
(0,361) dan hasil uji validitas kuesioner Agama
Islam 77 95,1
kesehatan mental terdiri dari 39 pernyataan
Protestan 3 3,7
menghasikan 39 pernyataan valid (rhitung Katolik 1 1,2
Jumlah 81 100
0,419-0,700) > rtabel (0,361). Hasil uji

218
Jurnal Ners Indonesia, Vol.11 No.2, Maret 2021

Tabel 1 menunjukkan karakteristik Aspek-aspek Negatif Positif


Kesehatan n % n %
responden berdasarkan umur terbanyak adalah
Mental
berusia 16 tahun sebanyak 44 responden Penyelesaian 28 34,6 53 65,4
masalah dan
(54,3%). Jenis kelamin terbanyak adalah
Aktualisasi Diri
perempuan dengan jumlah 54 responden Kemampuan 33 40,7 48 59,3
hubungan
(66,7%) dan agama responden mayoritas
Interpersonal
adalah Islam sebanyak 77 responden (95,1%).
Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui

bahwa 81 orang responden yang diteliti


Tabel 2
diperoleh hasil mayoritas responden memiliki
Gambaran frekuensi tingkat rasa syukur
Tingkat Rasa Frekuensi Persentase (%)
penyelesaian masalah dan aktualisasi diri yang
Syukur positif sebanyak 53 orang (65,4%).
Tinggi 41 50,6
Rendah 40 49,4
Jumlah 81 100 Tabel 4
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 81 Gambaran frekuensi kesehatan mental
Skor Kesehatan Frekuensi Persentase
responden, mayoritas responden memiliki
Mental (%)
tingkat rasa syukur tinggi sebanyak 41 orang Positif 41 50,6
Negatif 40 49,4
(50,6%).
Jumlah 81 100

Tabel 4 menggambarkan bahwa 81


Tabel 3
responden yang diteliti didapatkan hasil
Gambaran aspek-aspek kesehatan mental
mayoritas responden memiliki kesehatan
Aspek-aspek Negatif Positif
mental positif sebanyak 41 orang (50,6%).
Kesehatan n % n %
Mental
Kepuasan 38 46,9 43 53,1
Personal
Sikap Prososial 37 45,7 44 54,3
Kontrol Diri 38 46,9 43 53,1
Kemandirian 33 40,7 48 59,3

219
Rani Hardianti, Erika, Fathra Annis Nauli, Hubungan antara Rasa Syukur terhadap Kesehatan
Mental Remaja di SMA Negeri 8 Pekanbaru

2. Hubungan Rasa Syukur dengan yang memiliki tingkat rasa syukur yang

Kesehatan Mental pada Remaja rendah.


Tabel 5 PEMBAHASAN
Hubungan rasa syukur dengan kesehatan
mental pada remaja 1. Analisis Univariat

Rasa Kesehatan Mental OR a. Umur


Syukur Negatif Positif Total (95% p
Penelitian yang melibatkan 81 responden
CI) value

Rendah 26 14 40 diperoleh hasil bahwa umur responden


(32,1%) (17,3%) (51,9%) 3,582
terbanyak yaitu berumur 16 tahun sebanyak 44
Tinggi 14 27 41 1,433- 0,011

(17,3%) (33,3%) (48,1%) 8,950 responden (54,3%), dimana dengan rentang


Total 40 41 81
usia 14-16 tahun maka responden dapat
(49,4%) (50,6%) (100%)
dikategorikan sebagai remaja. Putro (2017)
Hasil analisis hubungan rasa syukur dengan
berpendapat bahwa proses perkembangan pada
kesehatan mental pada remaja didapatkan hasil
remaja yang meliputi perubahan seperti pada
bahwa dari 81 responden yang di teliti lebih
perkembangan psikoseksual, hubungan dengan
banyak yang memiliki rasa syukur yang tinggi
orangtua dan cita-cita. Chabbra dan Sodhi
dan kesehatan mental yang positif sebanyak 27
(2011) juga menemukan bahwa masalah
orang (33,3%). Hasil uji statistik
psikologis secara signifikan lebih tinggi pada
menggunakan uji Chi-Square, didapatkan p
remaja pertengahan (14-16 tahun).
value 0,011 < α (0,05), disimpulkan Ho ditolak
b. Jenis Kelamin
dan Ha diterima, menunjukkan adanya
Karakteristik reponden berdasarkan jenis
hubungan antara rasa syukur dengan kesehatan
kelamin yang diteliti terhadap 81 responden
mental pada remaja. Hasil analisis diperoleh
diperoleh mayoritas responden perempuan
nilai OR=3,582, artinya dapat dikatakan
berjumlah 54 orang (66,7%). Sughayr dan
bahwa responden yang memiliki tingkat rasa
Ferwana (2012) mengatakan bahwa anak
syukur yang tinggi cenderung berpeluang
perempuan lebih stres daripada laki-laki.
memiliki kesehatan mental yang positif
Wuon, Bidjuni dan Kallo (2016) berpendapat
sebesar 3,58 kali lebih besar dari responden
220
Jurnal Ners Indonesia, Vol.11 No.2, Maret 2021

bahwa depresi sering terjadi pada perempuan d. Gambaran Rasa Syukur Responden

hal ini dikarenakan perempuan Hasil penelitian yang telah dilakukan pada

mengedepankan perasaan emosional sehingga 81 responden diperoleh hasil mayoritas

cepat merasa bersalah dan memiliki responden memiliki rasa syukur tinggi

kecemasan yang cenderung tinggi daripada berjumlah 41 orang (50,6%), sehingga dapat

laki-laki. dikatakan bahwa mayoritas responden

c. Agama memiliki perilaku yang cukup baik dalam

Hasil penelitian sebagian besar pendidikan memperhatikan dan menghargai kepositifan

terakhir responden SMA sebanyak 46 orang dalam hidup. Sesuai dengan teori Wood, Froh

(31,9%). Hasil penelitian didapatkan bahwa dan Graghty, (2010), berpendapat bahwa rasa

mayoritas agama responden adalah Islam syukur terlihat dari karakter dan orientasi

dengan 77 responden (95,1%). Dalam setiap hidup terhadap pembentukan dan penghargaan

agama selalu mengajarkan hal baik kepada pada hal-hal positif.

setiap penganutnya, seperti halnya setiap Listiyandini et al., (2015) juga

manusia dianjurkan untuk selalu bersyukur mengemukakan bahwa orang yang memiliki

atas apa yang dimiliki. Pemahaman agama rasa syukur memiliki ciri-ciri seperti tidak

yang baik akan menumbuhkan perilaku yang merasa kekurangan dalam hidupnya, memiliki

baik. Hal ini dikarenakan remaja memerlukan kecenderungan untuk menghargai dan

kemampuan pemecahan masalah yang baik, merasakan kesenangan yang sederhana (simple

sehingga remaja mampu menyelesaikan pleasure). Orang yang selalu merasakan rasa

masalah mereka dengan efektif. Hal ini syukur terhadap setiap apa yang terjadi dalam

dikarenakan Agama Islam adalah agama yang hidupnya akan selalu merasakan hal positif,

memiliki konsep rasa syukur yang tertuang yang juga dapat mempengaruhi jiwa, mental,

dalam rasa sabar dan menerima (Haryanto & hati dan pikiran tetap terjaga kondisinya.

Kertamuda, 2016). Rasa syukur merupakan proses yang

berorientasi pada perilaku prososial (Petrocchi

221
Rani Hardianti, Erika, Fathra Annis Nauli, Hubungan antara Rasa Syukur terhadap Kesehatan
Mental Remaja di SMA Negeri 8 Pekanbaru
& Couyoumdjian, 2016). Rasa syukur berbelas kasih dan meyakinkan diri mereka

memungkinkan seseorang untuk memperkuat sendiri ketika ada yang salah dalam hidup

ikatan sosial dan persahabatan dengan adanya (Petrocchi & Couyoumdjian, 2016).

kepuasan hubungan (Armenta, Fritz & e. Gambaran Kesehatan Mental

Lyubomirsky, 2016), dan hal ini mendorong Hasil penelitian yang telah dilakukan pada

seseorang untuk terlibat dalam perilaku 81 responden diperoleh hasil bahwa mayoritas

pemeliharaan hubungan yang lebih baik remaja memiliki kesehatan mental positif

(Lambert & Fincham, 2011). diperoleh sebanyak 41 orang (50,6%),

Rasa syukur juga dikaitkan dengan sehingga dapat dikatakan mayoritas responden

hubungan yang membaik dengan diri, dalam memiliki atau menyadari keterampilannya dan

bentuk cara perawatan yang lebih positif dan mampu mengatasi tekanan kehidupan yang

berbelas kasih terhadap diri sendiri ketika ada normal, seperti definisi dari WHO (2016)

yang salah dalam hidup, sehingga menjadikan bahwa kesehatan mental yaitu suatu keadaan

orang yang memiliki rasa syukur tinggi kesejahteraan di mana individu menyadari

cenderung kurang tertekan dan cemas. Dapat keterampilannya, mampu mengatasi tekanan

dikatakan bahwa orang yang memiliki rasa kehidupan yang normal, dapat bekerja secara

syukur yang tinggi dapat menjadikan seorang produktif, dan mampu memberikan kontribusi

tersebut memiliki pelindung terhadap rasa kepada komunitas dan masyarakat.

depresi dan cemas karena rasa syukur Karaktertistik orang yang memiliki mental

terhubung dengan perasaan yang baik dan sehat adalah terhindar dari gejala-gejala

rendah hati. Rasa syukur merupakan mediator gangguan jiwa dan penyakit jiwa, dapat

yang jauh lebih kuat dalam meningkatkan menyesuaikan diri, mengembangkan potensi

kepercayan diri, dengan demikian, orang yang semaksimal mungkin, tercapai kebahagiaan

memiliki rasa syukur yang tinggi cenderung pribadi dan orang lain (Yusuf, 2018).

mengalami lebih sedikit kecemasan terutama Kesehatan mental dapat berupa berbagai

karena mereka mampu mendorong diri, gejala, diantaranya kecemasan (ansietas),

222
Jurnal Ners Indonesia, Vol.11 No.2, Maret 2021

depresi yang dapat digambarkan dari penurunan kesehatan mental. Jayanthi,

kehilangan semangat, mengalami gangguan Thirunavukarasu dan Rajkumar (2015)

tidur, hingga ide untuk menyakiti diri sendiri menemukan bahwa remaja dengan stres

bahkan hingga timbulnya keinginan untuk akademik memiliki risiko depresi lebih tinggi

bunuh diri. (Maulana, Elita & Misrawati, daripada remaja tanpa stres akademik.

2015). Remaja merupakan periode kritis 2. Hubungan Rasa Syukur dengan

perkembangan anak menjadi dewasa, pada saat Kesehatan Mental pada Remaja

ini terjadi perkembangan hormonal, fisik, Analisis bivariat dilakukan untuk melihat

psikologis dan sosial yang cepat. hubungan rasa syukur dengan kesehatan

Macam-macam perubahan perilaku remaja mental pada remaja. Berdasarkan data yang di

sering menyebabkan konflik antara lingkup olah dengan program statistik komputer

pergaulan dan dirinya sendiri sehingga terjadi menggunakan uji Chi-Square didapatkan

konflik internal maupun eksternal. Remaja didapatkan p value 0,011 < α (0,05), dimana

yang tidak memiliki coping yang baik hasil dapat dikatakan bermakna sehingga Ho

cenderung memiliki permasalahan yang ditolak dan Ha diterima, menunjukkan adanya

bersifat negatif dan akan berimbas pada hubungan antara rasa syukur dengan kesehatan

perkembangannya, misalnya pada pematangan mental pada remaja.

karakter dan hal inilah yang menjadi pemicu Hasil penelitian yang telah dilakukan pada

gangguan terhadap kesehatan mental. 81 responden diperoleh hasil yaitu 26 (32,1%)

Emosi yang tidak stabil juga akan responden remaja yang memiliki rasa syukur

berdampak pada pergaulan remaja. Teman yang rendah juga memiliki kesehatan mental

sebaya ataupun orang lain akan sulit yang negatif dan 27 (33,3%) responden remaja

memahami apa yang dirasakan remaja tersebut yang memiliki rasa syukur yang tinggi juga

(Maulana, Elita & Misrawati, 2015). memiliki kesehatan mental yang positif.

Pada masa remaja juga terjadi adanya Analisis yang menunjukkan responden dengan

tekanan akademik yang dapat menyebabkan rasa syukur rendah namun memiliki kesehatan

223
Rani Hardianti, Erika, Fathra Annis Nauli, Hubungan antara Rasa Syukur terhadap Kesehatan
Mental Remaja di SMA Negeri 8 Pekanbaru
mental yang positif berjumlah 14 (17,3%) dan Penelitian ini juga sesuai dengan teori

responden dengan rasa syukur tinggi namun Listiyandini dkk, (2015) yang mengatakan

memiliki kesehatan mental yang negatif bahwa orang yang memiliki rasa syukur

berjumlah 14 (17,3%). Ini dapat diartikan memiliki ciri-ciri seperti tidak merasa

bahwa rasa syukur juga dapat mempengaruhi kekurangan dalam hidupnya, memiliki

kesehatan mental pada remaja. kecenderungan untuk menghargai dan

Hasil penelitian ini sejalan dengan merasakan kesenangan yang sederhana (simple

penelitian yang dilakukan oleh Aghababaei pleasure). Orang yang selalu merasakan rasa

dan Tabik (2013) dengan hasil penelitian yang syukur terhadap setiap apa yang terjadi dalam

menunjukkan bahwa rasa syukur memiliki hidupnya akan selalu merasakan hal positif,

korelasi negatif sedang sampai kuat dengan yang juga dapat mempengaruhi jiwa, mental,

penyakit mental dan korelasi positif dengan hati dan pikiran tetap terjaga kondisinya.

kesejahteraan subjektif. penelitian Rasa syukur dapat menumbuhkan

menunjukkan bahwa rasa syukur religius optimisme, memperbaiki kualitas hidup,

dalam kaitannya dengan kesehatan mental dan membentuk hubungan persahabatan yang lebih

kesejahteraan subyektif. Ini menunjukkan baik kepada orang lain yang berada

bahwa orang yang bersyukur dan memiliki disekitarnya yang dimana hubungan dengan

religiustitas agama yang baik memiliki efek orang lain dapat mempengaruhi tingkah laku,

terhadap kesehatan mental. Penelitian ini, pemikiran dan suasana hati (Husna, 2014).

memberikan konfirmasi lintas budaya untuk Rasa syukur tinggi akan menyebabkan

kesimpulan bahwa rasa syukur dapat seseorang memiliki coping yang baik dalam

mempengaruhi kesehatan mental dan fungsi menghadapi permasalahan dalam hidup. Rasa

positif diri, dan data ini mendukung hipotesis syukur mendorong seseorang untuk mencari

lebih lanjut dan lebih spesifik bahwa efek dukungan sosial dari orang lain serta

tersebut disebabkan oleh rasa syukur yang memahami pengalaman dari sudut pandang

dimiliki seseorang. berbeda, sehingga membantu remaja untuk

224
Jurnal Ners Indonesia, Vol.11 No.2, Maret 2021

menyusun rencana untuk memecahkan terutama karena mereka mampu mendorong

masalah (Listiyandini, 2015). Remaja yang dan berbelas kasih dan meyakinkan diri

memiliki rasa syukur tinggi cenderung mereka sendiri ketika ada yang salah dalam

memiliki kontrol diri yang lebih tinggi hidupnya.

terhadap lingkungan pergaulan, perkembangan Rosmarin et al. (2011) menemukan

personal, tujuan hidup, dan memiliki adanya hubungan antara rasa syukur agama

penerimaan diri yang baik sehingga dan kesehatan mental dapat dimoderasi oleh

berdampak pada tingkat kesehatan mental keterlibatan agama. Rasa syukur yang hadir

remaja tersebut. dalam wujud religiusitas maupun rasa syukur

Petrocchi dan Couyoumdjian (2016) secara umum adalah penting untuk kesehatan

mengatakan bahwa orang yang memiliki rasa mental dan kesejahteraan.

syukur merupakan faktor pelindung terhadap

kesehatan mental karena secara signifikan rasa SIMPULAN

syukur terhubung ketingkat yang lebih rendah Hasil penelitian yang dilakukan tentang

dari perasaan tidak mampu dan rasa percaya hubungan rasa syukur dengan kesehatan

diri. Rasa syukur juga cenderung mental remaja di SMAN 8 Pekanbaru dengan

memperlihatkan seseorang memiliki kebaikan, jumlah sampel sebanyak 81 responden,

pemahaman, dukungan dan kasih sayang diperoleh simpulan bahwa mayoritas

terhadap diri mereka sendri disaat mereka responden berusia 16 tahun (54,3%), jenis

mengalami frustasi dan kemunduran dalam kelamin terbanyak adalah perempuan (66,7%).

kehidupan. Rasa syukkur merupakan mediator Mayoritas beragama Islam (95,1%).

yang jauh lebih kuat dalam meningkatkan Gambaran tingkat rasa syukur responden

kesehatan mental. Dengan demikian, orang adalah memiliki tingkat rasa syukur tinggi

yang memiliki rasa syukur yang tinggi (50,6%). Gambaran kesehatan mental remaja

cenderung mengalami lebih sedikit kecemasan adalah memiliki kesehatan mental tinggi 41

dan memiliki kesehatan mental positif orang (50,6%). Berdasarkan uji statistik

225
Rani Hardianti, Erika, Fathra Annis Nauli, Hubungan antara Rasa Syukur terhadap Kesehatan
Mental Remaja di SMA Negeri 8 Pekanbaru
didapatkan p value kurang dari nilai alpha benefits of gratitude for promoting social
bonds. Europe’s Journal of Psychology.
(0,011< 0,05). Hal ini menunjukkan Ho ditolak 11 (2), 323-334
sedangkan Ha diterima dan dapat disimpulkan Chhabra, G. S., & Sodhi, M. K. (2011). Factors
contributing to psychosocial ill health in
bahwa adanya hubungan antara rasa syukur male adolescents. Online Journal of
dengan kesehatan mental pada remaja. di Health and Allied Sciences, 10, (3), pp.
1-4
SMAN 8 Pekanbaru. Haryanto, H.C & F.E Kertamuda. (2016).
Syukur sebagai sebuah pemaknaan.
Insight. 18 (2), 1-10
SARAN Husna & Nurihsan, J. (2014). Landasan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bimbingan dan konseling. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
dijadikan rekomendasi bagi sekolah untuk Jayanthi, P., Thirunavukarasu, M., & Rajkumar,
mendukung terjaganya kesehtan mental pada R. (2015). Academic stress and
depression among adolescents: a
remaja usia Sekolah Menengah Atas dengan cross-sectional. Indian Pediatrics, 52,
memberikan pengetahuan, wawasan dan sikap p-271-219.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
yang dapat meningkatkan rasa syukur dalam (2016). Statistik Sekolah Menengah Atas
proses pembelajaran agar dapat meningkatkan (SMA) 2015/2016. Jakarta:
Kemendikbud
kesehatan mental remaja. Lambert, N. M., & Fincham, F. D. (2011).
Expressing gratitude to a partner leads to
DAFTAR PUSTAKA more relationship maintenance behavior.
Aghababaei, N., & Tabik, M. T. (2013) Emotion, 11, 52–60.
Gratitude and mental health: differences Listiyandini, R. A., Nathania, A., Syahniar, D.,
between religious and general gratitude Sonia, L., & Nadya, R. (2015).
in a Muslim context, mental health, Mengukur rasa syukur: pengembangan
Religion & Culture. 16 (8), 761-766 awal skala bersykur versi Indonesia.
Armenta, C. N., Fritz, M. M., & Lyubomirsky, Jurnal Psikologi Ulayat. 2 (2), 473-496.
S. (2016). Functions of positive Merino, J. R, et.al. (2017). Reliability and
emotions: gratitude as a motivator of validity of the positive mental health
self-improvement and positive change. questionnaire in a sample of spanish
Emotion Review. 1 (8). DOI: university student. Journal of Psyciatric
10.1177/1754073916669596 and Mental Health Nursing. 24 (2)
Caputo, A. (2015). The relationship between Maulana, R., Elita, V., & Misrawati.
gratitude and loneliness: the potential (2015). Pengaruh murotal Al qur’an
226
Jurnal Ners Indonesia, Vol.11 No.2, Maret 2021

terhadap kecemasan pasien pre operasi Problem emosi remaja ditinjau dari pola
bedah orthopedic. JOM, 2(2), Oktober asuh orang tua: studi komparasi pada
2015 Siswa Parulian 1 Medan. Jurnal Empati
Nasilah, S., & Marettih, A. K. E. (2015) Fakultas Psikologi UNDIP, Vol. 5 (2)
Integrasi diri sebagai konsep sehat WHO. (2016). Mental Health: Strengthening
mental orang melayu Riau. Jurnal Our Response. World Health
Psikologi. 11 (1). Organization Diunduh dari
Peraturan Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 http://www.who.int/mediacentre/factshee
tentang Upaya Kesehatan Anak Jakarta, ts /fs220/en/. Diakses tanggal 20
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Oktober 2018
Petrocchi, N., & Couyoumdjia, A. (2016). The Wood, A.M., Froh, J. J., Geraghty, A. W. A.
impact of gratitude on depression and (2010). Gratitude and well-being: A
anxiety: the mediating role of criticizing, review and theoretical integration.
attacking, and reassuring the self, Self Clinical Psychology Review.
and Identity. Journal of Self and Identity. doi:10.1016/j.cpr.2010.03.005
15 (2), 191-205 Wuon, A.S, H. Bidjuni & V. Kallo. (2016).
Primaswari, M. (2017). Perbedaan kualitas Perbedaan tingkat depresi pada remaja
tidur dan kesehatan mental pada perokok yang tinggal di rumah dan yang tinggal
dan bukan perokok. Jurnal Psikologi di Panti Asuhan Bakti Mulia
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Karombasan Kecamatan Wanea Manado.
12 (1), 1-15 Ejournal keperawatan. 4 (2), 1-8
Putro, K. Z. (2017). Memahami ciri dan tugas Yeli, S. (2012). Psikologi agama. Pekanbaru:
perkembangan masa remaja. Zanafa Publishing.
APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Yusuf, S. (2018). Kesehatan mental perspektif
Agama. 17 (1), 25-32. psikologi dan agama. Bandung: Remaja
Ranasinghe, S., & Ramesh, S. (2016). Hygiene Rosdakarya
and mental health among middle school
students. India Journal of Infection and
Public Health. 9 (1).
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
Rosmarin, D. H., Pirutinsky, S., Cohen, A. B.,
Galler, Y., & Krumrei, E. J. (2011).
Grateful to god or just plain grateful? a
comparison of religious and general
gratitude. The Journal of Positive
Psychology, 6, 389–396.
Tambunan, Y. G. T., & Ediati, A. (2016).
227

Anda mungkin juga menyukai