Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesejahteraan merupakan aspek penting dari kehidupan individu karena
terkait dengan kesehatan mental yang positif (Adyani et al., 2019). Kesehatan
mental dan kesejahteraan dianggap sebagai atribut positif dari keadaan psikologis
seseorang dan didefinisikan sebagai keadaan emosional yang positif, kemampuan
untuk menjalani kehidupan yang bahagia dan kreatif, dan sikap yang fleksibel untuk
menghadapi tantangan (Khan & Arif, 2019). Kesejahteraan psikologis
(psychological well-being) adalah bentuk kompleks yang menyangkut fungsi dan
pengalaman psikologis yang optimal (Tang et al., 2019). Kesejahteraan psikologis
didefinisikan sebagai keadaan psikologis yang dapat mencapai kebahagiaan dan
pencapaian tujuan (Heizomi et al., 2015).
Menurut Ryff (2013), Kesejahteraan psikologis dapat menggambarkan
seorang individu yang mampu mengelola kehidupan dan aktivitas mereka untuk
menjalani kehidupan yang bermakna. Kondisi ini membantu individu tampil lebih
baik dan menjalani kehidupan sehari-hari yang lebih baik. Ketika individu memiliki
kesejahteraan psikologis yang tinggi akan memiliki perasaan bahagia, perasaan
puas dalam hidup dan tidak adanya gejala gangguan depresi (Ryff & Keyes, 1995;
Henn et al., 2016; Soputan & Mulawarman, 2021). Kesejahteraan psikologis
memiliki pengaruh positif terhadap siswa, seperti siswa mampu menunjukkan
perilaku positif dan sehat (Ahkam et al., 2020).
Kesejahteraan psikologis merupakan elemen penting yang harus dimiliki
siswa selama studi mereka. Hal tersebut dapat membantu siswa untuk mengelola
dan menjalani studi mereka dengan lebih baik dan meningkatkan kinerja akademik
yang lebih baik (Roslan et al., 2017). Kesejahteraan psikologis merupakan sumber
penting untuk meningkatkan pembelajaran, keberhasilan, dan kualitas pendidikan
siswa (Salami, 2010). Dalam Mustafa et al. (2020) sebagian besar siswa yang
memiliki kesejahteraan psikologis menggambarkan sikap positif serta menerima
diri sendiri, memiliki kontrol terhadap lingkungannya, mandiri, mampu
memelihara hubungan positif dengan orang lain, memiliki makna dan tujuan hidup

1
2

yang jelas serta adanya pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang


berkesinambungan yang mendukung dalam mencapai prestasi akademik.
Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua siswa memiliki kesejahteraan
psikologis yang tinggi. Sebelum penelitian dilakukan penulis telah melakukan
pengamatan selama magang disekolahan yang akan diteliti. Terdapat beberapa
siswa mengalami kecemasan yang dapat diamati secara langsung melalui tingkah
laku siswa. Masih banyak siswa yang kesejahteraan psikologisnya tergolong
rendah. Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian Prabowo (2016) telah menemukan
bahwa kesejahteraan psikologis siswa secara umum berada pada kategori sedang
(76%), sisanya tinggi (13 %) dan rendah (11 %).
Shamsuddin et al. (2013), dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa,
27,5% mengalami depresi sedang, dan 9,7% mengalami depresi berat atau sangat
parah; 34% mengalami kecemasan sedang, dan 29% mengalami kecemasan yang
parah atau sangat parah; dan 18,6% memiliki tingkat stress sedang dan 5,1%
memiliki tingkat stres yang sangat parah.
Selain itu penelitian Ramachandiran & Dhanapal (2018), penelitian
dilakukan untuk melihat tingkat kesejahteraan psikologis melalui tingkat stress dan
depresi serta prestasi akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 78,2%
responden termasuk dalam kategori stress tingkat sedang, 12,9% berada pada
tingkat stress tinggi, dan 8,9% termasuk dalam kategori rendah. Analisis lebih
lanjut mengungkapkan beberapa temuan menarik. Dari total 16 responden yang
memiliki tingkat stress yang tinggi, terdapat 10 (63%) responden berusia 21 tahun
kebawah, dan sisanya 6 (37%) berusia 21 tahun keatas. Dari hal tersebut diketahui
bahwa usia dibawah 21 tahun lebih rentan akan tingkat stress yang tinggi.
Melihat tingginya tingkat kecemasan, depresi, dan stress, hal tersebut
menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis siswa yang rendah. Dalam
Priest (2013) menyatakan bahwa gangguan kecemasan tertentu berkaitan dengan
dengan kualitas hubungan dalam hubungan tertentu. Seperti kualitas hubungan
dengan teman secara signifikan terkait dengan fobia sosial. Orang dengan fobia
sosial sering kali mengembangkan strategi interpersonal yang dirancang untuk
melindungi mereka menghindari diri dari orang lain. Sedangkan dalam (Ryff &
Keyes, 1995) hubungan positif dengan orang lain merupakan salah satu aspek
3

kesejahteraan psikologis. Oleh karena itu menjadi penting untuk meneliti tingkat
kesejahteraan psikologis siswa.
Beberapa penelitian menghasilkan temuan bahwa parental involvement
dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis anak. Dalam penelitian Bireda dan
Pillay (2017) menunjukkan hasil laporan anak ditemukan bahwa keterlibatan ibu
dan ayah yang dirasakan oleh anak secara signifikan memprediksi kesejahteraan
anak-anak yang diukur dengan skor depresi, penggunaan narkoba, dan harga diri.
Dalam temuan penelitian ini dengan jelas menunjukkan bahwa orang tua
memainkan peran penting dalam kesehatan fisik anak-anak, pendidikan anak, serta
kesejahteraan psikologis anak.
Dalam Hasumi et al. (2012) ketika orang tua terlibat secara aktif dalam
kehidupan anak-anak mereka, maka di masa remaja anak memiliki kesehatan
mental yang sehat sebagai peran kunci untuk kesehatan fisik dan perkembangan
psikologis. Terutama keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Orang tua yang
memeriksa kinerja akademik anak dan mengajarkan pentingnya pendidikan dapat
berkontribusi pada pengalaman kesejahteraan psikologis dan mengurangi tekanan
emosional pada remaja (Sheikh-khalil & Wang, 2014). Dalam hal keterlibatan
orang tua, adalah mendorong anak untuk belajar, melangkah lebih jauh dan
memperluas wawasan mereka dengan menemukan semua hal baik dan menciptakan
pencapaian atau prestasi yang membanggakan (Hamidun et al., 2019). Keterlibatan
orang tua adalah situasi dimana orang tua terlibat langsung dalam pendidikan anak,
melibatkan diri dalam proses belajar anak di sekolah bersama pihak sekolah dan
guru, dan mendukung proses belajar anak semaksimal mungkin. Tanggung jawab
orang tua tidak hanya bertanya tentang prestasi siswa di sekolah, tetapi juga
berkomunikasi dengan pihak sekolah dan guru untuk membangun hubungan yang
sehat dengan mereka dalam memfasilitasi proses belajar, sehingga dapat
mendorong proses membimbing, memimpin dan menginspirasi(Clinton & Hattie,
2013 dalam Ntekane, 2014).
Dalam Hill & Tyson (2009) bahwa perlunya keterlibatan orang tua dalam
proses pendidikan anak baik disekolah maupun dirumah. Keterlibatan orang tua di
sekolah seperti mendukung sekolah anak mereka dengan partisipasi dalam acara
sekolah dan pemenuhan kewajiban sekolah (diskusi antara orang tua dan guru).
4

Orang tua dapat lebih berkomitmen untuk membantu anak-anak meningkatkan


keterampilan anak, memberikan dorongan atau motivasi, menciptakan waktu dan
tempat yang tepat untuk belajar, begitu pula ketika di rumah mencontohkan
perilaku yang diinginkan (misalnya gemar membaca), memantau pekerjaan rumah,
dan secara aktif membimbing anak ketika di rumah.
Penelitian terdahulu juga telah dilakukan untuk memprediksi hubungan
kesejahteraan psikologis dengan dukungan social. Dalam penelitian Malkoc &
Yalçın (2015) menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis memiliki hubungan
yang signifikan dengan semua variable predictor salah satunya adalah dukungan
social. Kesejahteraan psikologis berkorelasi secara signifikan positif dengan
dukungan keluarga, dukungan teman, dan dukungan orang lain yang signifikan.
Artinya apabila individu merasakan dukungan social yang lebih tinggi maka
kesejahteraan psikologis mereka akan tinggi.
Individu yang menerima dukungan sosial akan merasa diterima dan dihargai
secara positif. Akibatnya, individu menjadi lebih positif tentang diri mereka sendiri,
lebih menerima dan menghormati dirinya sendiri, dan menyadari potensi yang
mereka miliki untuk mencapai kesejahteraan psikologis (Ginting, 2015 dalam
Mufidha, 2019). Seseorang akan merasa lebih sejahtera ketika mempunyai banyak
teman dan menjalin hubungan dengan lebih banyak orang, mendapatkan
penerimaan dan dukungan dari orang-orang atau kelompoknya (Pozzi et al.,
2014)(Pozzi et al., 2014)(Pozzi et al., 2014)(Pozzi et al., 2014)(Pozzi et al.,
2014)(Pozzi et al., 2014)(Pozzi et al., 2014)(Pozzi et al., 2014)(Pozzi et al., 2014).
Dukungan sosial sangat penting untuk mempertahankan fisik dan kesehatan
psikologis (Batool & Ahmad, 2013). Menurut Cutrona et al. (1994), dukungan
sosial adalah proses pemeliharaan emosional, membangun harga diri, memberikan
umpan balik, dan memberikan dukungan sejati bagi individu yang mengalami
masalah dan stres dalam hidupnya (Alza et al., 2021). Dukungan sosial dipandang
sebagai mekanisme perlindungan yang berharga yang dapat meningkatkan
kesejahteraan psikologis dengan mempertahankan emosi positif dan mengurangi
(Cobo-Rendón et al., 2020)
Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Bireda dan Pillay (2017), telah
menegaskan bahwa terdapat hubungan antara keterlibatan orang tua dengan
5

kesejahteraan psikologis. Namun, dalam penelitian tersebut belum menjelaskan


terkait dengan perspektif orang tua dan anak tentang keterlibatan orang tua. Pada
penelitian sebelumnya, sumber data terkait keterlibatan orang tua hanya diperoleh
dari perspektif anak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini perspektif orang tua dan
anak tentang keterlibatan orang tua akan diukur secara bersama untuk melihat
hubungannya dengan kesejahteraan psikologis. Pengungkapan dari anak dan orang
tua mungkin membawa perspektif berbeda pada keterlibatan orang tua yang
dirasakan. Selain itu penelitian yang dilakukan Malkoc & Yalçın (2015) terkait
hubungan dukungan social dengan kesejahteraan psikologis menunjukkan bahwa
keduanya memiliki hubungan signifikan positif. Namun dalam penelitian tersebut
belum menjelaskan terkait dengan jenis dukungan social lain yang dapat
dieksplorasi dalam hubungan antar dua variable seperti dukungan emosional,
dukungan appraisal, dukunagn informational, dan dukungan instrumental. Selain
itu, penelitian tersebut juga belum menjelaskan terkait dengan dukungan social
yang dilaporkan langsung oleh orang tua. Sehingga hasil penelitian hanya
bergantung pada respon siswa. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengumpulkan
data dari orang tua siswa terkait dengan dukungan sosial yang diberikan.
Dari permasalahan diatas, dalam konteks layanan bimbingan dan konseling
sekolah, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan. Hal ini mengingat bahwa
pentingnya kesejahteraan psikologis bagi siswa. Konselor sekolah melalui layanan
BK dapat mengembangkan layanan pribadi sesuai dengan kebutuhan siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Sebarapa tingkat psychology well-being pada siswa?
2. Seberapa tingkat parental involvement?
3. Seberapa tingkat dukungan social?
4. Apakah terdapat keselarasan antara parental involvement yang dilakukan
orang tua dengan parental involvement yang dirasakan siswa?
5. Apakah terdapat keselarasan antara dukungan sosial yang dilakukan orang
tua dengan dukungan sosial yang dirasakan siswa?
6

6. Adakah hubungan antara parental involvement dengan psychology well-


being pada siswa SMP se-kecamatan gajah mungkur?
7. Adakah hubungan antara dukungan social dengan psychology well-being
pada siswa SMP se-kecamatan gajah mungkur?
8. Adakah hubungan parental involvement dan dukungan social dengan
psychology well-being pada siswa SMP se-kecamatan gajah mungkur?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat psychology well-being pada siswa
2. Untuk mengetahui tingkat parental involvement
3. Untuk mengetahui tingkat dukungan social
4. Untuk mengetahui keselarasan antara parental involvement yang dilakukan
orang tua dengan parental involvement yang dirasakan siswa
5. Untuk mengetahui keselarasan antara dukungan sosial yang dilakukan
orang tua dengan dukungan sosial yang dirasakan siswa
6. Untuk membuktikan hubungan antara parental involvement dengan
psychology well-being pada siswa SMP se-kecamatan gajah mungkur
7. Untuk membuktikan hubungan antara dukungan social dengan psychology
well-being pada siswa SMP se-kecamatan gajah mungkur
8. Untuk membuktikan hubungan parental involvement dan dukungan social
dengan psychology well-being pada siswa SMP se-kecamatan gajah
mungkur
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai dasar untuk
penelitian lebih lanjut pada bidang yang relevan
2. Hasil penelitian diharapkan memberikan masukan pada disiplin ilmu
bimbingan dan konseling
3. Dapat menjadi rujukan bagi kalangan akademisi atau mahasiswa yang akan
melakukan penelitian terhadap tema yang sama
7

1.4.2 Manfaat Praktis


3.1 Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi orang tua untuk
melibatkan diri dalam setiap proses belajar anak agar anak memiliki
kesejahteraan psikologis yang baik sehingga mampu mencapai keberhasilan
akademik
3.2 Membantu konselor dalam mengidentifikasi kesejahteraan psikologis
dengan melibatkan orang tua dan konseling keluarga untuk meningkatkan
dukungan social orang tua terhadap anak
3.3 Manfaat penelitian bagi sekolah, diharapkan mampu memberikan
pengetahuan dan masukan kepada pihak sekolah dan orangtua agar dapat
bekerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis anak dalam
lingkungan sekolah.

Anda mungkin juga menyukai