Anda di halaman 1dari 3

MENGELOLA KESEJAHTERAAN MENTAL PADA REMAJA

Oleh
Rita asmara , Andi Wapa, M.Pd

ritaasmara2021@gmail.com , wapaandi5@gmail.com

PGSD FKIP UNIVERSITAS TERBUKA

ABSTRAK

Kesehatan mental adalah suatu kondisi kesejahteraan hidup yakni mencakup kesejahteraan fisik

dan psikis. Dalam konteks gereja orang yang bahagia cenderung mampu menyalurkan sukacita

dan performa yang lebih. Namun demikian, banyak remaja datang ke gereja setiap hari sabtu dan

minggu berjuang melawan masalahmasalah emosional, perilaku sosial, dan keluarga yang dapat

mempengaruhi karakter mereka berhadapan dengan orang lain. Dalam hal ini, penatua gereja

ikut-andil dalam mempengaruhi karakter remaja gereja untuk memiliki mental yang sehat

melalui pengasuhan atau pendampingan pastoral. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi dan mendeskripsikan status kesehatan mental remaja HKBP Ambarawa dan

program promosi kesehatan mental melalui pendampingan pastoral di gereja. Penelitian ini

mengunakan tipe penelitian kuantitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Partisipan dalam

penelitian ini berjumlah 5 penatua gereja dan 13 remaja gereja dengan 8 remaja laki-laki, dan 5

remaja perempuan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 11 (80%) Remaja

terindikasi beresiko mengalami gangguan perilaku sosial, dan 10 (80%) remaja beresiko

mengalami gangguan emosional dan secara keseluruhan remaja beresiko mengalami gangguan

perilaku sebanyak 13 (80%). Dan program promosi kesehatan mental di gereja HKBP

Ambarawa dasar belum diterapkan disebabkan karena kurangnya pengetahuan penatua gereja

mengenai program promosi kesehatan mental dan fungsi pendampingan pastoral.

Kata kunci : Kesehatan mental. Promosi kesehatan mental. Pendampingan pastoral.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selain sejahtera secara fisik dengan terpenuhinya kebutuhan pangan, papan, serta sandang, setiap
orang perlu memiliki kesehatan mental, termasuk remaja. Usia remaja adalah usia yang rawan
khususnya dalam situasi yang sulit. Situasi sulit yang berpotensi menurunkan kesejahteraan
mental adalah Covid-19. Kebutuhan belajar dan bertemu teman, beserta seluruh variasinya, harus
tergantikan dengan belajar mandiri dan secara virtual. Situasi ini berpotensi membuat anak
merasa bosan dan mengalami emosi negatif.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh pandemi terhadap kesehatan mental remaja?

C. Tujuan penelitian
Memperoleh kiat mengelola kesejahteraan mental pada remaja.

PEMBAHASAN

A. Efek Pandemi Bagi Kehidupan

Pandemi yang sudah terjadi selama kurang lebih satu tahun, dan tanpa ada kepastian kapan akan
berakhir, telah membawa banyak perubahan dalam beraneka ragam kehidupan yang sangat
berpengaruh terhadap optimalisasi perkembangan remaja dalam berbagai aspek.

1. Efek Dibandingkan

Respon anak terhadap peristiwa yang penuh tekanan itu unik dan bervariasi. Orang dewasa perlu
memahami bahwa respon anak tersebut alami dan perlu menunjukkan empati, serta kesabaran
ketika menghadapi respon tersebut.

2. Efek Social Distancing

Meski bukan berarti isolasi sosial, demi mencegah penularan virus Covid-19, harus tetap
menjaga jarak aman dengan sesama. Seorang remaja memerlukan waktu yang berkualitas dengan
orang-orang yang berarti dalam hidupnya, terutama keluarga. Kedekatan emosi secara sosial
akan meningkatkan ketahanan mental pada remaja, ketika berhadapan dengan kesulitan.

3. Efek Aktivitas

Remaja akan mudah bosan ketika mengalami aktivitas yang monoton, bahkan kekhawatiran
dalam diri akan meningkat. Orang tua dapat memberi pilihan-pilihan untuk mengisi aktivitas-
aktivitas yang bermanfaat.

PENUTUP
KESIMPULAN

Pada remaja, kondisi sejahtera secara mental, ditandai dengan tercapainya tahapan
perkembangan, kebutuhan emosional, keterampilan sosial yang sehat, serta kemampuan
berhadapan dengan situasi yang sulit dan masalah yang muncul. Kondisi tersebut hanya dapat
diperoleh dalam situasi ketika remaja mendapatkan dukungan dan cinta tanpa syarat dari
keluarga, lingkungan yang membuat kepercayaan diri dan harga dirinya terjaga, kesempatan
untuk mengeksplorasi dunia luar, serta lingkungan yang sehat dan aman.

DAFTAR PUSTAKA
Leila, Ch, Budiman (1999). Menjadi Orang Tua Idaman, Rubrik Konsultasi Psikologi KOMPAS.

Jakarta: KOMPAS.

Aziz, R., Wahyuni, E. N., & Wargadinata, W. (2017). Kontribusi Bersyukur dan Memaafkan Dalam

Mengembangkan Kesehatan Mental di Tempat Kerja. Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental,
2(1), 33-43.

Azwar, S. (2017). Penyusunan Skala Psikologi (2 ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Bukhori, B. (2006). Kesehatan Mental Mahasiswa Ditinjau Dari Religiusitas dan Kebermaknaan Hidup.

Psikologika, 11(22), 93-105.

Bukhori, B. (2012). Hubungan Kebermaknaan Hidup dan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kesehatan

Mental Narapidana. Ad-Din, 4(1), 1-19.

Creswell, J. W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches.

United States of America: SAGE Publication, Inc.

Creswell, J. W. (2012). Educational research: Planning, conducting, and evaluating quantitative and

qualitative research (4th ed.). Boston: Pearson Education.

Dewi, K. S. (2012). Buku Ajar Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP Press Semarang

Anda mungkin juga menyukai