Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesehatan mental menjadi fokus masalah kesehatan dunia yang

memerlukan penanganan efektif. Data dunia mencatat angka kejadian depresi

sebanyak 350 juta orang yang tersebar diberbagai belahan dunia, hal tersebut

diiringi dengan angka bunuh diri sebanyak 800.000 orang disetiap tahunnya,

dan diperkirakan sekitar 1,5 juta orang akan mati karena bunuh diri pada

tahun 2020.(WHO, 2014) Gangguan kesehatan mental umunya terjadi karena

ketidak mampuan seseorang dalam mengatasi setiap tekanan hidup yang

dialami hingga akhirnya menurunkan produktifitas dalam melakukan kegiatan

sehari-hari.(WHO, 2003; Dunn, 2016)

Salah satu terapi komplementer yang dapat dilakukan perawat dalam

mengatasi permasalahan kesehatan mental adalah pemberian intervensi

spiritual yang berfokus pada pikiran, tubuh, dan jiwa yakni intervensi syukur

(Snyder and Lindquist, 2010). Intervensi syukur akan mendorong seseorang

untuk menyadari dan mengakui bahwa segala hal yang terjadi di dalam

kehidupan adalah rahmat yang didatangkan oleh Allah (König and Glück,

2013; Algoe and Zhaoyang, 2017). Peningkatan kesadaran spiritual akan

membantu seseorang dalam menjaga perasaan dan pemikiran yang positif

dalam menjalani kehidupan.(Karim, 1993; Sansone and Sansone, 2010; Kelly,


2016) Wood, Maltby dkk,(Wood et al., 2008) menyebutkan bahwa jiwa yang

positif mampu melindungi seseorang dari gangguan mental, sehingga

intervensi yang menghasilkan emosi positif menjadi penting untuk diberikan.

Seligman (2005) mengungkapkan bahwa syukur (gratitude)

merupakan salah satu dari kajian psikologi positif tersebut, yang berarti

mengucapkan terima kasih atas anugerah yang diberikan. Beberapa penelitian

membuktikan keterkaitan yang erat antara rasa syukur dengan emosi positif

lainnya. Penelitian Sheldon dan Sonja (2006) menunjukkan bahwa

kebersyukuran dapat mengurangi emosi negatif padadiri seseorang. Penelitian

Froh, Kashdan, dan Ozimkowski (2009) menemukan bahwa orang yang

menuliskan suratterima kasih memiliki perasaan positif dan rasa syukur yang

lebih besar. Penelitian Froh, Emmons, Card, Bono, dan Wilson, (2011) dan

McCullough, Emmons, dan Tsang (2002) menemukan bahwa orang yang

memiliki rasa syukur yang tinggi ternyata memiliki rasa iri hati dan depresi

yang rendah.

Efek syukur telah dibahas dalam berbagai penelitian. Wood, Maltby

dkk,(Wood et al., 2008); Lambert, Fincham dan Stillman,(Lambert, Fincham

and Stillman, 2011); McCanlies, dkk,(Mccanlies et al., 2019) menyebutkan

bahwa individu yang bersyukur mampu melihat sisi positif dari setiap situasi

dan kondisi yang dihadapi sehingga menjauhkan dari rasa cemas, stres, hingga

depresi. Wood, Joseph dkk,(Wood et al., 2009) mengungkapkan bahwa

syukur memberikan efek pada terjaganya kualitas tidur seseorang. Penelitian


yang dilakukan Armenta, Fritz dan Lyubomirsky, (Armenta, Fritz and

Lyubomirsky, 2016a) menyebutkan bahwa seseorang yang bersyukur mampu

menciptakan hubungan sosial yang baik. Sunding,(Sunding, 2018); Xiang,

Chao, Ye,(Xiang, Chao and Ye, 2018) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa syukur memberikan dampak positif berupa kesejahteraan hidup,

kepuasan, dan dalam menjalan hubungan sosial.

Syukur juga menjadi bagian dari ajaran Islam, yang tidak asing dan

bahkan sudah “dipraktekkan” dalam kehidupan sehari-hari. Pengucapan

“Alhamdulillah” sebagai simbol dari rasa kebersyukuran. Akan tetapi, syukur

sesungguhnya tidak hanya cukup pada pengucapan tersebut, karena syukur

berkaitan dengan lisan, hati dan anggota badan. Pemahaman mengenai

syukur, khususnya pada masyarakat Indonesia yang beragama Islam tentunya

diperoleh melalui ajaran- ajaran dalam Islam, yang juga dipengaruhi oleh

budaya yang ada dalam Indonesia. Pribadi individu, tingkah laku dan

lingkungan saling mempengaruhi satu sama lain dalam membentuk suatu

perilaku atau kepribadian. Subandi (2005) menegaskan bahwa psikologi dan

agama memiliki hubungan erat, agama dapat menjadi referensi dalam

menafsirkan dan solusi permasalahan jiwa. Ajaran-ajaran agama yang

dipelajari akan membentuk keyakinan yang menjadi bagian dari proses

kognitif.

Khazanah tafsir Islam dan kitab sucinya selalu menarik perhatian

semua kalangan. Di Indonesia, hal ini bisa dilihat dari berbagai catatan yang
ada. Secara general, topik dan bahasan problematika tafsir memengaruhi

perilaku dan praktik kehidupan keberagamaan manusia modern, tidak

terkecuali dalam membahas syukur. Syukur seringkali diibaratkan layaknya

kondisi iman manusia. Kadang naik, lalu turun dan begitu seterusnya terjadi.

Hal ini berbeda dengan rasa syukurnya malaikat dan setan. Setan tidak pernah

naik turun untuk tidak mau bersyukur. Sedangkan malaikat selalu konsisten

dalam menjalankan syukur dan perintah Allah.

Dalam konteks ini, problematika syukur yang di alami dan di rasakan

manusia menjadi penting dicermati kembali dalam upaya bersungguh-

sungguh untuk menuju jalan yang lurus. Allah adalah tujuan hidup setiap

ciptaan-Nya. Artinya, ekspresi syukur seperti apa yang telah dilakukan

manusia, apakah sejalan dengan perintah-Nya atau belum. Rasanya, syukur ini

tentu selalu dimulai sekaligus dipengaruhi oleh epistomologi kesadaran akal

pikiran manusia sekaligus hati perasaanya yang berpengaruh dalam praktik

bahasa agama setiap pribadi manusia. Dari sinilah, perbuatan dan pola laku

syukur akan tampak. Pembacaan sekaligus penafsiran kitab suci Al-Qur’an

tentu saja memerlukan metode, pendekatan dan metodologi tertentu sesuai

dengan tujuan dalam praktik kehidupan sehari-hari.

Dimafhumi bahwa problematika pemahaman syukur bukan sesuatu

yang baru dibahas. Namun, ibarat seumur manusia, bahasan syukur telah ada

mulai dari adanya manusia hingga hari ini dan nanti. Informasi ini bisa

didapat dari berbagai sumber, khususnya dalam Al-Qur’an yang secara nyata
menjelaskan dan membuktikan kepada semua manusia tentang syukur dari

satu masa ke masa yang lain. Intinya adalah kunci kebahagiaan dan

kesuksesan bila setiap manusia mampu mengamalkannya secara maksimal.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membahas lebih

jauh mengenai syukur dengan judul “SYUKUR DALAM PERSPEKTIF

ISLAM”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini adalah bagaimana gambaran

syukur.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan pada karya tulis ilmiah ini adalah mengetahui tentang

gambaran syukur.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah metode

penelitian kepustakaan (library research methode), dimana sumber data yang

digali berasal dari naskah-naskah tertulis, dokumen, jurnal, teks, dan lain

sebagainya.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:

Pada Bab I akan dijelaskan mengenai ....

Pada Bab II ....

Anda mungkin juga menyukai