Anda di halaman 1dari 14

PELATIHAN BERPIKIR POSITIF TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

PELATIHAN BERPIKIR POSITIF TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL


DI PANTI ASUHAN

Dhea Ravea Eka Putri

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang


Emai:ldhearaveaa@gmail.com

ABSTRACT
Self-concept is an individual view about their self based on a variety of experiences
during their life. This topic is interesting to be examined in orphanage context, because
adolescents have various experiences in their life before and during their stay in the
orphanage. Aim of this study was to understand the role of positive thinking training on
adolescents’ self-concept who lived in an orphanage. This research was quasi-experimental
with nonrandomized pre-test post-test control group design model. Measuring instruments
used self-concept scale. Subjects of this study were 30 adolescents who live in Al-Hidayah
Batu orphanage, and were in the age range 13-17 years and have low and medium self-
concept score category. Subject selection technique used purposive sampling. However, for
subject’s classification on experimental and control group used random sampling method.
Analysis used Independent Sample t-Test, and p= 0,003 (p<0,05). The conclusion was
positive thinking training could improve self concept of adolescents who lived in
orphanages.

Keywords: positive thingking training, self concept, orphanage, adol

INTISARI
Konsep diri merupakan pandangan individu terhadap diri yang disebabkan oleh berbagai
pengalaman yang pernah dilalui semasa hidup. Topik ini menjadi menarik untuk
diteliti ketika subjek penelitian adalah remaja yang tinggal di panti asuhan. Konsep diri
dapat ditingkatkan dengan pemberian intevensi pelatihan berpikir positif. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui peran pelatihan berpikir positif terhadap konsep diri
remaja yang tinggal di panti asuhan. Penelitian ini merupakan penelitian quasi-
experimental dengan model non randomized pre-test post-test control group design. Alat
ukur yang digunakan adalah skala konsep diri. Subjek penelitian berjumlah 30 remaja
yang tinggal di panti asuhan Al-Hidayah Batu yang berada pada rentang usia 13-17 tahun
dan memiliki kategori skor konsep diri rendah. Pengambilan subjek diperoleh
menggunakan teknik purposive sampling. Sedangkan pembagian subjek ke dalam
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan teknik random assigment.
Hasil analisis data menggunakan Independent Sampel t-Test, menunjukkan nilai p = 0.003
(p < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelatihan berpikir positif dapat
meningkatkan konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan .

Kata kunci: pelatihan berpikir positif, konsep diri, panti asuhan, remaja

PSIKOLOGIKA VOLUME 22 NOMOR 1 TAHUN 2017 69


Dhea Ravea Eka Putri

M
asa remaja adalah masa yang asuhan. Hal ini disebabkan karena remaja
menyenangkan sekaligus tersulit yang tinggal di panti asuhan mengalami
dalam perjalanan kehidupan kesepian tanpa dukungan dari keluarga
individu. Pada periode ini pula remaja dalam menjalani periode masa remajanya.
mulai melepaskan diri secara emosional
dari orang tua dalam rangka menjalankan Faktor kedua adalah teman sebaya,
peran sosialnya yang baru sebagai orang berdasarkan data yang diperoleh di panti
dewasa (Agustiani, 2006). Saat anak asuhan Al-hidayah Batu, seluruh remaja
tumbuh menjadi seorang remaja, orang tinggal dan menghabiskan waktu secara
tualah yang seharusnya memiliki peranan bersama-sama setiap hari dari bersekolah,
besar untuk mendampingi anak dalam bermain dan mengerjakan tugas. Mereka
melewati masa-masa krisis remajanya tidak banyak memiliki teman di luar sesama
(Peter, 2015). Namun, pada kenyataannya anak panti asuhan karena mereka
tidak semua remaja dapat tinggal, memiliki bersekolah di yayasan yang sama.
dan diinginkan oleh orang tuanya. Banyak Berdasarkan penelitian (Lukman, 2000)
diantaranya dititipkan di panti asuhan remaja panti asuhan berpotensi untuk
dengan berbagai alasan. Remaja yang memiliki konsep diri cenderung negatif
tinggal di panti asuhan pada umumnya karena adanya pengaruh negatif yang
mengalami shock di awal mereka terpisah berasal dari lingkungan internal asrama
dari orang tua, namun shock atau yaitu pergaulan antar sesama anak asuh.
keterkejutan itu merupakan respon yang Faktor ketiga adalah masyarakat,
normal dalam kondisi tersebut (Parry, menurut Calhoun dan Acocella (1990)
1990). Mereka juga mengalami penolakan, penilaian dan pengarapan masyarakat
stigmatisasi, berhenti dari sekolah, dapat mempengaruhi pembentukan konsep
perpindahan dari rumah baru serta diri. Berdasarkan hasil wawancara yang
perpisahan dengan teman dan saudara- diperoleh dengan salah satu remaja
saudara (Mutambara, 2015). Keadaan- berinisial (HL) di pati asuhan Al-hidayah,
keadaan tersebut merupakan suatu tinggal di panti asuhan masih menjadi hal
hambatan yang dialami anak saat pindah yang membuatnya tidak percaya diri berada
ke panti asuhan. Pengalaman-pengalaman di lingkungan luar panti asuhan karena
yang diperoleh remaja selama tinggal di merasa menjadi anak yang berasal dari
panti asuhan akan berpengaruh terhadap keluarga yang tidak mampu
pembentukan konsep diri. Pengharapan menghidupinya.
yang dimiliki pada dirinya, akan Hal ini didukung oleh temuan
menentukan bagaimana remaja bertindak (Lukman, 2000) bahwa anak anak panti
dalam kehidupannya, karena asuhan telah mendapatkan label dari
pengharapan mengenai diri merupakan masyarakat bahwa mereka merupakan
suatu konsep diri atau ramalan yang anak-anak yang perlu dikasihi. Artinya,
dipersiapkan untuk diri sendiri (Calhoun & label yang muncul secara internal yang
Accocella, 1990). didukung oleh pandangan lingkungan
Calhoun dan Accocella (1990) sosialnya.
mengemukakan ada 4 faktor yang Faktor keempat adalah hasil
mempengaruhi pembentukan konsep diri belajar, menurut Calhoun dan Acocella
yaitu: faktor orang tua, berdasarkan data (1990) konsep diri merupakan hasil
yang diperoleh di panti asuhan Al-hidayah belajar yang berlangsung terus menerus
Batu, 70% dari remaja masih memiliki setiap hari dan tanpa disadari. Berdasarkan
orang tua namun mereka dititipkan di panti hasil wawancara yang diperoleh dengan
asuhan karena berbagai faktor antara pengurus panti asuhan Al-Hidayah,
lainnya: keadaan ekonomi orang tua yang diperoleh hasil remaja yang titipkan di
kurang dan masalah-masalah keluarga. panti memiliki berbagai permasalahan
Temuan ini didukung oleh (Gursoy dkk.., sosial, sebelum dititipkan di panti.
2012) bahwa remaja yang hidup di panti Beberapa dari mereka menyadari bahwa
asuhan memiliki konsep diri rendah mereka dititipkan di panti oleh orang tua
daripada remaja yang tidak tinggal di panti dan beberapa juga dibohongi oleh orang

70 PSIKOLOGIKA VOLUME 22 NOMOR 1 TAHUN 2017


PELATIHAN BERPIKIR POSITIF TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

tuanya sebelum dititipkan di panti asuhan. anak asuh dari usia anak-anak hingga
Hal ini didukungan dengan hasil remaja membuat pengasuh tidak dapat
wawancara peneliti dengan beberapa memperhatikan anak-anak satu persatu
remaja di panti asuhan Al-Hidayah, bahwa secara intensif.
mereka memerlukan waktu belajar yang Berdasarkan penelitian-penelitian
lama untuk memahami alasan dari orang yang dilakukan sebelumnya dan data yang
tua untuk menitipkan mereka di panti diperoleh peneliti di lapangan, remaja yang
asuhan. Hal ini didukung oleh temuan tinggal di panti asuhan pada umumnya
(Mayaza & Supradewi, 2011) bahwa remaja mengalami shock (Parry, 1990); penolakan,
panti asuhan cenderung percaya bahwa perpindahan dari rumah baru, perpisahan
penderitaan atau kejadian yang tidak dengan teman dan saudara lingkungan
menyenangkan akan berlangsung lama dan (Mutambara, 2015); pertemanan sesama
mempengaruhi kehidupannya, mereka juga anak panti dan label negatif dari
cenderung berpikir negatif sehingga masyarakat (Lukman, 2000); kesepian
menambah rasa ketidakberdayaannya. tanpa keluarga dan berpikiran negatif
Panti asuhan merupakan salah satu mengenai kehidupannya (Mayaza &
lembaga perlindungan anak yang berfungsi Supradewi, 2011) serta kurangnya
untuk memberikan perlindungan terhadap perhatian dari pengasuh (Rola, 2006).
hak-hak anak (Departemen Sosial RI, Berbagai pengalaman-pengalaman yang
2004). Tujuan didirikannya panti asuhan pernah dialami remaja panti asuhan dapat
yaitu berusaha untuk memenuhi kebutuhan mempengaruhi pembentukan konsep diri
dasar anak asuh (PPK, 2009). Menurut (Calhoun & Accocella, 1990).
Departemen Sosial RI (dalam PPK, 2009) Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah
bahwa yang bertempat tinggal di panti metode untuk dapat meningkatkan konsep
asuhan adalah anak terlantar. Adapun diri remaja panti asuhan. Salah satunya
penyebab anak terlantar menurut BKPA menggunakan intervensi kelompok.
(dalam PPK, 2009) adalah 1) orang tua Intervensi kelompok merupakan suatu
meninggal dan atau tidak ada sanak upaya mengubah perilaku, pikiran dan
keluarga yang merawat sehingga anak perasaan individu yang menekankan
menjadi yatim piatu. 2) orang tua tidak interaksi interpersonal dengan semua
mampu (Sangat miskin) sehingga tidak individu yang terlibat di dalam kelompok
dapat memenuhi kebutuhan minimal anak- Burligame dan Baldwin (dalam Pomarentz,
anaknya. 3) orang tua yang tidak dapat dan 2013). Adapun intervensi kelompok yang
tidak sanggup melaksanakan fungsinya diberikan pada penelitian ini melalui
dengan baik atau dalam waktu relatif lama pelatihan berpikir positif. Pelatihan
misalnya menderita penyakit kronis dan berpikir positif dapat dideskripsikan
lain-lain. Menurut data yang diperoleh dari sebagai suatu upaya intervensi kognitif
badan pusat statistik (BPS, 2016) Provinsi yang lebih menekankan pada sudut
Jawa Timur pada tahun 2012 jumlah anak pandang dan emosi yang positif, baik
terlantar usia 5-17 tahun sebanyak 246.665 terhadap diri sendiri, orang lain maupun
yang terbagi dari laki-laki sejumlah 128.050 situasi yang dihadapi (Elfiky, 2015).
dan perempuan sebanyak 120.615. Berikut merupkan penelitian-
Meskipun panti asuhan telah penilitian mengenai pelatihan berpikir
menjamin pemenuhan kebutuhan individu positif yang pernah dilakukan oleh peneliti
yang tinggal disana, namun mereka sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh
kurang memperoleh perhatian, kasih (Hidayat dkk., 2013) mengenai pelatihan
sayang maupun bimbingan karena berpikir positif terhadap konsep diri remaja
pengasuh harus berbagi kasih sayang dan difabel. Hasilnya menunjukkan bahwa
perhatian dengan anak asuh yang lain (Rola, pelatihan berpikir positif efektif dapat
2006). Hal ini sesuai dengan data yang meningkatkan konsep diri remaja difabel.
diperoleh peneliti dari ketua yayasan panti Hasil penelitian tersebut didukung oleh
asuhan Al-Hidayah Batu Bapak (GH) (Arya dkk., 2013) mengenai cognitive
menyebutkan bahwa jumlah pengasuh behavioral training untuk meningkatkan
yang sedikit dibandingkan dengan jumlah konsep diri dan sikap positif pada

PSIKOLOGIKA VOLUME 22 NOMOR 1 TAHUN 2017 71


Dhea Ravea Eka Putri

tahanan yang kecanduan terhadap mampu menerima diri dan keadaannya,


narkoba. Hasilnya diperoleh cognitive lebih mudah melakukan penyesuaian diri.
behavioral training efektif meningkatkan Berdasarkan penelitian-penelitian
konsep diri pada tahanan pecandu narkoba. yang telah dilakukan, telah terbukti bahwa
Mohammadi dan Adam (2013) juga pelatihan berpikir positif efektif untuk
melakukan penelitian terkait efektivitas menangani permasalahan-permasalahan
pelatihan ketrampilan berpikir positif yang dialami kelompok seperti: konsep diri
terhadap kebahagiaan siswa. Hasil remaja difabel, kebahagiaan siswa,
penelitian ini mengungkapkan bahwa kesehatan mental dan harga diri siswa,
intervensi pelatihan berpikir positif efektif kualitas hidup dan resiliensi pasien kanker
meningkatkan kebahagiaan pada siswa. serta penyesuaian sosial pada remaja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Pelatihan berpikir positif merupakan
pemaparan Damayanti dan Purnamasari, pendekatan yang berfokus pada bakat dan
(2011) bahwa Individu yang menilai kemampuan individu bukan kelainan atau
dirinya positif cenderung bahagia, sehat, gangguannya (Mousavi dkk., 2015).
berhasil dan dapat menyesuaikan diri. Menurut Elfiky (2015) latihan berpikir
Kemudian Shokmgar (2016) positif adalah latihan ketrampilan yang
melakukan penelitian terkait efektifitas dapat membantu seseorang dalam
ketrampilan berpikir positif terhadap memandang dirinya dan orang lain dengan
kesehatan mental dan harga diri pada menekankan sudut pandang dan emosi
siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa yang positif. Ellis (dalam Corey, 2015)
ketrampilan berpikir positif efektif dapat menjelaskan bahwa manusia memiliki
meningkatkan kesehatan mental dan harga kesanggupan untuk berpikir, maka manusia
diri pada siswa dalam kelompok mampu melatih dirinya sendiri untuk
eksperimen dibandingkan dengan kontrol. mengubah atau menghapus keyakinan-
Hal ini sesuai dengan pemaparan dari keyakinan yang menyabotase diri sendiri.
Brooks (dalam Rahkmat, 2007) bahwa Pelatihan berpikir positif akan
individu yang memiliki konsep diri positif dilakukan pada kelompok remaja panti
akan mampu menghargai dirinya sendiri asuhan yang memiliki konsep diri negatif,
dan melihat hal-hal yang positif yang dapat memiliki usia yang tidak jauh berbeda dan
dilakukan demi keberhasilan di masa yang tinggal bersama dalam panti asuhan. Hal ini
akan datang. Selanjutnya, (Mousavi dkk., akan mendorong remaja panti asuhan
2015) melakukan penelitian mengenai untuk saling menguatkan antara satu sama
pengaruh pelatihan berpikir positif lainnya dalam upaya meningkatkan konsep
terhadap kualitas hidup dan resiliensi diri masing-masing. Menurut Agung,
pasien kanker. Hasilnya menunjukkan (2000) suatu kelompok terbentuk dari
pelatihan berpikir positif efektif untuk kumpulan individu yang saling berinteraksi
meningkatkan kualitas hidup dan resiliensi antara satu sama lain. interaksi tersebut
pada pasien kanker. Hal ini didukung oleh akan berimplikasi pada perubahan perilaku
penelitian (Amalia, 2015) bahwa semakin dan psikologis anggota kelompok. Karena
positif konsep diri resiliensi remaja, maka remaja cenderung mengikuti kebiasaan-
semakin baik pula konsep dirinya kebiasaan yang berlaku di kelompoknya.
sebaliknya semakin negatif konsep diri Penggunaan kelompok teman sebaya akan
maka resiliensinya akan semakin buruk. memudahkan peserta dalam membentuk
Selanjutnya, (Ghaderi & Barzigar, 2015) dinamika di dalam kelompok, sehingga
melakukan penelitian mengenai pengaruh dapat mempengaruhi peningkatan konsep
pelatihan berpikir positif terhadap diri.
penyesuaian sosial remaja. Hasilnya Dari berbagai pemaparan diatas
menunjukkan remaja yang dilatih bahwa penggunaan kelompok teman
berpikir positif memiliki penyesuaian sebaya dalam upaya pelatihan bepikir
sosial yang lebih baik dibandingkan yang positif dapat membantu remaja yang
tidak dilatih. Berdasarkan hasil penelitian tinggal di panti asuhan untuk bersama-
(Nurhadi, 2013) bahwa remaja yang sama membentuk keyakinan baru yang
lebih positif. Sehingga, pelatihan berpikir

72 PSIKOLOGIKA VOLUME 22 NOMOR 1 TAHUN 2017


PELATIHAN BERPIKIR POSITIF TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

positif mampu meningkatkan konsep diri manfaat yang dapat didapatkan dari
pada remaja panti asuhan. Maka tujuan penelitian ini berupa manfaat teoritis dan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui praktis. Manfaat teoritis yang dapat
peran pelatihan berpikir positif terhadap didapatkan yaitu dalam penelitian ini
konsep diri remaja yang tinggal di panti diharapkan mampu mengembangkan
asuhan. Adapun pentingnya pelatihan ini metode intervensi kelompok dalam ilmu
dilakukan agar remaja yang tinggal di panti psikologi terutama pada pendekatan
asuhan dapat memandang diri dan psikologi kognitif. Selain itu, manfaat
kehidupannya secara lebih baik, serta dapat praktisnya diharapkan ketrampilan
mencegah dampak dari pikiran negatif berpikir positif dapat diterapkan pada
terhadap perilaku yang akan timbul seluruh aspek kehidupan-sehari karena
dikemudian hari. Berdasarkan kegunaan berpikir merupakan kunci utama dalam
praktis dan cepat, dapat digunakan di menjalani kehidupan.
berbagai kalangan. Adapun berbagai

Gambar.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Remaja Panti Asuhan:


Mengalami permasalahan Remaja panti asuhan memiliki
ekonomi dan keluarga. konsep diri negatif.
Kesepian tanpa keluarga.
Tidak memiliki pergaulan yang
luas.
Mendapatkan label negatif dari
masyarakat. Upaya intervensi pada remaja yang
Shock karena merasa tinggal di panti asuhan menggunakan
dibohongi oleh orang tua. intervensi kelompok melalui
pelatihan berpikir positif

Pelatihan berpikir positif terletak pada aspek kognitif yang dapat mengubah pola pikir,
hal ini erat kaitannya dengan konsep diri yang terbentuk dari keyakinan dan asumsi
terhadap diri. Pelatihan ini menggunakan peer group untuk membentuk suatu
dinamika kelompok yang akan mendorong terciptanya dukungan dalam kelompok.
Peserta akan diberikan latihan-latihan berpikir positif.

 Memahami kekuatan pikiran


 Menilai diri dan lingkungan secara
Konsep Diri Positif obyektif.
 Menghargai kekuatan diri.
 Memusatkan pada harapan yang positif

PSIKOLOGIKA VOLUME 22 NOMOR 1 TAHUN 2017 73


Dhea Ravea Eka Putri

HIPOTESIS PENELITIAN pengambilan sampel sesuai dengan yang


dikehendaki oleh peneliti (Marliani, 2013).
Pelatihan berpikir positif diduga Sedangkan pembagian subjek ke dalam
mampu meningkatkan konsep diri remaja kelompok eksperimen dan kelompok
yang tinggal di panti asuhan. kontrol dilakukan dengan menggunakan
random assigment, yakni subjek
METODE PENELITIAN ditempatkan secara acak ke dalam
Rancangan Penelitian kelompok eksperimen dan kelompok
Penelitian ini merupakan penelitian kontrol.
kuantitatif. Sedangkan dalam jenisnya
penelitian ini termasuk dalam penelitian Instrumen Penelitian
quasi-experimental. Desain eksperimen Pelatihan berpikir positif adalah
yang digunakan adalah between subject suatu bentuk perlakuan yang diberikan
design dimana pengukuran dilakukan peneliti yang menekankan pada emosi dan
pada subjek yang berbeda dalam situasi pikiran yang positif. Adapun bentuk
yang berbeda pula. Pada penelitian ini dua kegiatan berupa materi, studi kasus,
situasi tersebut adalah situasi sebelum relaksasi, games, dan audio visual dalam
diberikan intervensi dan setelah diberikan satu waktu yang telah ditetapkan. Kegiatan-
intervensi. Penelitian ini menggunakan kegiatan tersebut memiliki manfaat untuk
model non randomized pre-test post test mengubah pandangan negatif remaja
control group design dimana pre-test dan terhadap dri dan lingkungan.
pos-test diberikan pada kelompok tersebut Konsep diri adalah suatu keyaknian
pada saat sebelum dan sesudah yang dimiliki individu mengenai dirinya
diberikan treatment. Rancangan penelitian dan bagaimana cara orang lain menilainya.
dapat digambarkan pada tabel 1 dibawah Pada beberapa penelitian memaparkan
ini: bahwasanya remaja panti asuhan beresiko
memiliki konsep diri negatif yang
disebabkan faktor-faktor pengalaman
Tabel 1. Rancangan Penelitian negatif yang pernah dialami sebelum
Kelompok Rancangan maupun saat tinggal di panti asuhan.
Penelitian Adapun data penelitian diperoleh
Kontrol X1 → X2 dari instrument penelitian menggunakan
Eksperimen X1 → Q → skala. Skala yang digunakan dalam
X2 penelitian ini adalah skala likert.masing-
masing item diberikan 4 kategori skor
Keterangan: jawaban yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju
X1 : pengukuran/pemberian skala sebelum (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak
dilakukan intervensi (Pre- test) Setuju (STS). Skala konsep diri dimodifikasi
Q :pemberian intervensi atau perlakuan dari skala yang disusun oleh
X2 : pengukuran/pemberian skala sebelum Firrotussalmah (2016) berdasarkan acuan
dilakukan intervensi (Post-test) teori Calhoun dan Acocella (1990) yang
menyatakan 3 aspek sebagai berikut:
Subjek Penelitian pengetahuan, harapan dan penilaian.
Populasi remaja yang tinggal di Responden diminta mengisi pernyataan
panti asuhan Al-Hidayah Batu berjumlah dalam skala interval dengan jumlah aitem
40 subjek. Subjek pada penelitian ini adalah alat ukur sebanyak 72 aitem. Setelah itu
30 orang remaja yang tinggal di yayasan dilakukan pengujicobaan alat ukur, hingga
panti asuhan Al-Hidayah Batu pada rentang tersisa 40 aitem (indeks daya beda aitem
usia 13-17 tahun, yang memiliki skor skala antara 0,313-0,689) dan dengan Alpha
konsep diri berada dalam kategori sedang Cronbach = 0,919.
dan rendah menggunakan purposive
sampling. Purposive sampling adalah

74 PSIKOLOGIKA VOLUME 22 NOMOR 1 TAHUN 2017


PELATIHAN BERPIKIR POSITIF TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

Prosedur dan Analisa Data Penelitian jam. Namun, dalam pelaksanaannya


Pada umumnya, penelitian dan hanya menghabiskan waktu 7 jam.
intervensi yang akan dilakukan memiliki Pada sesi 1 bernama The power of
tiga prosedur utama sebagai berikut: mind., kegiatan ini menggunakan
1. Persiapan, pada tahapan persiapan metode ceramah mengenai
dimulai dari peneliti melakukan kekuatan pikiran yang
pendalaman materi dan persiapan alat dikolaborasikan dengan studi kasus
ukur skala yang digunakan serta terkait pikiran negatif dan pikiran
simulasi modul pada subjek yang positif. Tujuan dari kegiatan ini adalah
homogen. Setelah itu, peneliti meminta untuk menambah wawasan peserta
ijin untuk melakukan penelitian dan terkait pengaruh kekuatan berpikir
melaksanakan asesmen awal di terhadap aspek-aspek kehidupan
yayasan panti asuhan Al- Hidayah sehari-hari. Sesi 2 bernama Who is
Kota Batu. Peneliti menjelaskan me. Metode yang digunakan pada
rangkaian kegiatan serta tujuan dari sesi ini adalah metode permainan
penelitian kepada kepala yayasan Al- yang bertujuan untuk mengevaluasi
Hidayah Kota Batu serta menyusun diri berdasarkan penilaian diri dan
jadwal yang tepat untuk proses orang lain. Sesi 3 bernama I’m very
pelaksanaan penelitian. Setelah valuable. Metode yang digunakan
perizinan dan mekanisme pada sesi ini adalah metode relaksasi
pelaksanaan sudah ditetapkan antara kesadaran indra yang bertujuan untuk
peneliti dan kepala yayasan Al- memahami kelebihan diri dan
Hidayah Kota Batu, peneliti memulai menumbuhkan pengharapan positif
melakukan asesmen awal dengan terhadap diri. Berikutnya adalah sesi
menyebarkan skala konsep diri kepada yang terakhir yaitu sesi 4, bernama Yes
36 subjek yang sesuai dengan kriteria i can. Metode yang digunakan pada sesi
penelitian yaitu remaja berusia 13-17 ini adalah permainan dan audio visual.
tahun. Peneliti menyeleksi skor subjek Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
berdasarkan norma kelompok (tinggi- mengaplikasikan kelebihan diri untuk
sedang-rendah). Setelah diperoleh dapat bekerja sama dengan orang lain
hasil pre-test yaitu terdapat 30 subjek serta menumbuhkan pengharapan
yang memiliki skor konsep diri sedang positif terhadap diri di masa
dan rendah, sedangkan 6 subjek mendatang. Pada tabel 3 merupakan
tereliminasi karena memiliki skor deskripsi dari sesi-sesi dalam
konsep diri tinggi. Kemudian, peneliti pelatihan berpikir positif yang
mengelompokkan subjek ke dalam digunakan.
kelompok eksperimen dan kelompok 3. Tahap ketiga adalah analisa data
kontrol secara random. Setelah setelah seluruh rangkaian intervensi
mengelompokkan subjek, peneliti berakhir. Data-data yang diperoleh
meminta kesedian secara langsung baik hasil pre-test dan post-test diinput
pada kelompok eksperimen untuk dan diolah dengan menggunakan
dapat mengikuti kegiatan penelitian program SPSS for windows version 21.
dengan mengisi riwayat hidup dan Teknik analisa data dalam penelitian
menandatangai informed concent. ini menggunakan metode analisa data
2. Tahap kedua adalah tahap intervensi, parametrik karena data-data yang
dimana subjek yang sudah terpilih diperoleh memenuhi syarat data
diberikan intervensi berupa pelatihan parametrik yaitu:
berpikir positif. Sedangkan kelompok
kontrol hanya diberikan pre-test dan
post test. Pelatihan berpikir positif
terdiri dari 4 sesi dalam dua kali
pertemuan. Pada perencanaannya
pelatihan akan meghabiskan waktu 8

PSIKOLOGIKA VOLUME 22 NOMOR 1 TAHUN 2017 75


Dhea Ravea Eka Putri

Tabel 2. Deskripsi Kegiatan Berpikir Positif


Keterkaitan Kegiatan dengan Aspek Konsep Diri
The power of mind Peserta akan diberikan materi mengenai kekuatan pikiran
melalui presentasi mengenai bagaimana proses berpikir dan
bagaiamana pikiran mempengaruhi aspek-aspek kehidupan
seperti: mindset, sikap, fisik, harga diri, kepercayaan diri dan
perasaan. Peserta juga akan diminta untuk menganalisa studi
kasus mengenai pemikiran negatif. Materi pada sesi ini
disesuaikan dengan materi kekuatan pikiran (Elfiky, 2015).

Who is me? Peserta akan dilatih untuk memahami dirinya tidak berdasar pada
penilaiannya saja namun juga penilaian orang lain melalui
bermain games. Seluruh peserta akan dibagi menjadi dua
kelompok. Setiap individu akan mendapatkan lembar evaluasi diri.
Pertama-tama peserta akan mengisi data diri. Setelah itu, peserta
menjawab pertanyaan pertama mengenai “siapa saya” kemudian
dalam hitungan 1 menit, kertas tersebut harus berpindah pada
teman samping kanannya searah jarum jam. Setiap teman yang
mendapatkan lembar evaluasi diri akan menjawab pertanyaan
kedua mengenai “siapa saya menurutmu” sesuai dengan nama
pemilik masing-masing lembar evaluasi.
Lembar evaluasi akan terus berputar hingga kembali pada
pemiliknya masing-masing.
I'm very valuable Trainer akan melatih peserta untuk menghargai kekuatan-
kekuatan yang ada di dalam dirinya melalui relaksasi kesadaran
indra. Peserta diminta untuk memejamkan mata dan
memvisualkan apa yang dikatakan oleh trainer. Selanjutnya
peserta diminta untuk menuliskan hal positif apa saja yang
pernah dilakukan dan bermanfaat untuk orang lain sebanyak-
banyaknya pada lembar kerja.
Yes, i can! Trainer akan melatih peserta untuk memusatkan perhatian pada
harapan yang positif dan optimisme melalui permaianan dan
video inspiratif. Pada metode permainan, peserta akan dibagi
menjadi tim dan dikolabrasikan dengan peserta yang memiliki
kelebihan yang bervariasi. Peserta dalam tim akan membentuk
sebuah perusahaan yang disesuaikan dengan kelebihan-
kelebihan yang dimiliki dalam tim.

memiliki data yang normal dan kelompok kontrol. Langkah kedua


homogen dan jumlah subjek yaitu melakukan uji dua sampel
keseluruhan= 30. berhubungan (Paired Sample t-Test)
Uji asumsi yang dilakukan untuk melihat perbedaan masing-
peneliti yaitu menggunakan Uji t-test masing kelompok eksperimen dan
untuk mengukur perbedaan (pre- kelompok kontrol setelah diberikan
test-post-test) pada kelompok yang pre-test dan post-test. Langkah ketiga,
berbeda. Langkah pertama yaitu kembali melakukan uji dua sampel
melakukan uji dua sampel tidak tidak berhubungan (Independent
berhubungan (Independent Sample t- Sample t-Test) untuk melihat
Test ) untuk melihat perbedaan pre- perbedaan pada kelompok
test pada kelompok eksperimen dan eksperimen yang telah diberikan

76 PSIKOLOGIKA VOLUME 22 NOMOR 1 TAHUN 2017


PELATIHAN BERPIKIR POSITIF TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

perlakuan dibandingkan dengan menggunakan metode purposive sampling


kelompok kontrol. Selanjutnya, yakni remaja yang tinggal di Yayasan panti
langkah terakhir yaitu peneliti asuhan Al-Hidayah Batu pada rentang usia
membahas keseluruhan hasil analisa 13-17 tahun dan memiliki skor skala
tersebut dengan penunjang hasil konsep diri berada dalam kategori sedang
observasi dan wawancara. Langkah dan rendah. Sedangkan pembagian subjek
terakhir, peneliti mengambil ke dalam kelompok eksperimen dan
kesimpulan penelitian. kelompok kontrol dilakukan dengan
menggunakan random assigment, dimana
HASIL PENELITIAN subjek ditempatkan secara acak ke dalam
kelompok eksperimen dan kelompok
Berdasarkan penelitian yang telah kontrol. Untuk lebih jelasnya deskripsi
dilakukan, dilakukan uji analisis kuantitaif subjek telah dijabarkan menggunakan tabel
terhadap 30 subjek. Pemilihan subjek dibawah ini:

Tabel 3. Karakteristik Subjek Penelitian


Kategori Kelompok Kelompok
Eksperimen Kontrol
Usia Remaja 13-15 tahun 13-17 tahun
Jenis Kelamin Laki-Laki 5 orang 7 orang
Perempuan 10 orang 8 orang
Skor Konsep Diri 145-156 (Tinggi) - -
133-144 12 orang 12 orang
(Sedang)
114-121 3 orang 3 orang
(Rendah)
Kemudian, peneliti melakukan uji hipotesis dan menghasilkan nilai t di bawah ini:

Tabel 4. Deskriptif Uji Independent Sample t-Test Data Pre-test dan Post-test
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok N p Kesimpulan
( Sig 2
tailed)
Eksperim 1 0.003 Ada perbedaan
en 5 yang signifikan

Kontr 1
Dari hasil Tabel
ol 4 Independent Sampel
5 t- signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa skor
Test, menunjukkan nilai p < 0.05 (p = konsep diri pada kelompok eksperimen
0.003). Berdasarkan hasil analisis diambil yang diberikan pelatihan berpikir positif
keputusan bahwa terdapat perbedaan yang lebih tinggi dibandingkan dnegan kelompok
signifikan pada skor konsep diri antara kontrol.
kelompok eksperimen setelah diberikan Berdasarkan hasil analisis kuantitatif
perlakuan pelatihan berpikir positif yang telah dipaparkan dapat disimpulkan
dibandingkan dengan kelompok kontrol. bahwa hipotesis yang diajukan dalam
Hasil pre-test dan post-test kelompok penelitian ini dapat diterima yaitu pelatihan
eksperimen menunjukkan adanya berpikir positif mampu meningkatkan
peningkatan skor konsep diri setelah konsep diri remaja yang tinggal di panti
diberikan perlakuan pelatihan berpikir asuhan Al-Hidayah Malang. Hasil
positif. Sedangkan pada kelompok kontrol penelitian menunjukkan bahwa skor
setelah diberikan pre-test dan post-test konsep diri kelompok eksperimen lebih
tidak menunjukkan perbedaan yang tinggi
PSIKOLOGIKA VOLUME 22 NOMOR 1 TAHUN 2017 77
Dhea Ravea Eka Putri

meningkatkan konsep diri dan sikap


positif pada tahanan pecandu narkoba.
dibandingkan kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil yang diperoleh ditunjang
dengan penelitian terkait, dapat dikatakan
DISKUSI
bahwa pelatihan berpikir positif dapat
Penelitian yang telah dilakukan meningkatkan konsep diri remaja yang
menunjukkan adanya peningkatan konsep tinggal di panti asuhan.
diri pada remaja yang tinggal di panti Berdasarkan temuan peneliti di panti
asuhan Al-Hidayah Kota Batu setelah asuhan Al-Hidayah Kota Batu, bahwa 83%
diberikan pelatihan berpikir positif. Hal ini dari sampel remaja berusia 13-17 tahun
bermakna terjadi peningkatan konsep diri yang tinggal di tempat tersebut memiliki
remaja yang tinggal di panti asuhan. skor konsep diri rendah dan sedang
Sedangkan pada kelompok kontrol yang sedangkan 17% lainnya memiliki skor
tidak diberikan perlakuan tidak konsep diri tinggi. Menurut Mayaza dan
menunjukkan adanya perubahan yang Supradewi (2011) remaja panti asuhan
signifikan. Berdasarkan perolehan skor pre- cenderung percaya bahwa penderitaan atau
test dan post-test kedua kelompok kejadian yang tidak menyenangkan akan
diperoleh hasil kelompok eksperimen berlangsung lama dan mempengaruhi
mengalami kenaikan nilai skor konsep diri kehidupannya, mereka cenderung
yang signifikan dibandingkan kelompok berpikiran negatif sehingga menambah rasa
kontrol yang tidak menunjukkan adanya ketidakberdayaannya. Keadaan ini akan
perubahan skor konsep diri yang signifikan. mempengaruhi individu dalam memandang
dirinya. Menurut Calhoun dan Accocella
Hasil penelitian di panti asuhan Al-
(1990) konsep diri merupakan pandangan
Hidayah Batu menunjukkan naiknya rata-
pribadi yang dimiliki seseorang tentang
rata skor skala konsep diri kelompok
dirinya. Pandangan yang yang tidak teratur
eksperimen dari pre-test dan post-test 15
terhadap diri sendiri, tidak mengenal
subjek sebanyak 94% setelah diberikan
kekuatan dan kelemahan diri sendiri
perlakukan. Hasil penelitian ini sejalan
merupakan ciri dari individu yang memiliki
dengan penelitian-penelitian yang telah
konsep diri negatif. Dengan adanya
dilakukan sebelumnya yang dilakukan oleh
pelatihan berpikir positif, remaja yang
(Hidayat, Tri, & Aditya, 2013) mengenai
tinggal di panti asuhan akan dilatih untuk
pelatihan berpikir positif terhadap konsep
mengubah cara pandang terhadap diri dan
diri remaja difabel. Hasilnya menunjukkan
lingkungan melalui pikiran dan emosi yang
bahwa pelatihan berpikir positif efektif
positif.
meningkatkan konsep diri remaja difabel.
Pelatihan berpikir positif dirancang
Hal juga ini didukung oleh penelitian (Arya
selama 4 (sesi) yang disusun berdasarkan
dkk., 2013) mengenai cognitive behavioral
aspek berpikir positif Alberch (dalam
training untuk meningkatkan konsep diri
Tentama, 2014) meliputi: harapan yang
dan sikap positif pada tahanan yang
positif, afirmasi diri (memusatkan pada
kecanduan terhadap narkoba. Pada
kekuatan diri), pernyataan yang tidak
penelitiannya, cognitive behavioral training
menilai dan penyesuaian diri terhadap
terbagi menjadi dua untuk merubah
suatu kenyataan. Kegiatan dalam pelatihan
sasaran yang berbeda, yaitu pelatihan
berpikir positif disesuaikan dengan
kognitif untuk meningkatkan konsep diri
perkembangan kognitif dan sosioemosi
pecandu narkoba dan pelatihan sikap
remaja. Berdasarkan teori Piaget dalam
untuk meningkatkan sikap positif pada
(Santrock, 2013) remaja berada pada
pecandu narkoba. Pada penelitian ini,
tahap operasional konkret, dimana pada
khususnya pelatihan kognitif memiliki
masa ini pemikiran bersifat lebih abstrak
kesamaan dengan pelatihan berpikir positif,
dan tidak terbatas pengalaman-
yaitu sama-sama berfokus pada pendekatan
pengalaman yang bersifat konkret. Pada
kognitif untuk meningkatkan konsep diri
periode ini memungkinkan terjadinya
remaja. Hasilnya menunjukkan bahwa
peningkatan berpikir kritis meliputi;
cognitive behavioral training efektif
kecepatan pemrosesan informasi,
78 PSIKOLOGIKA VOLUME 22 NOMOR 1 TAHUN 2017
PELATIHAN BERPIKIR POSITIF TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

otomatisasi, memiliki kemampuan untuk Metode yang digunakan pada sesi


mengkombinasi beberapa pengetahuan, ketiga adalah rilaksasi kesadaran indra,
dapat menggunakan strategi secara dimana seluruh peserta fokus pada hal-hal
spontan dalam perencanaan, positif yang pernah dialami selama
mempertimbangkan berbagai alternatif hidupnya. Berdasarkan penelitian
dan pengawasan kognitif. Ditinjau dari Lawendownski dan Bieleninik (2017)
kemampuan perkembangan tersebut bahwa penggunaan musik dapat menjadi
remaja akan mampu memahami materi media dalam mengembangkan pemahaman
yang diberikan dalam pelatihan berpikir mengenai diri sendiri untuk menumbuhkan
positif meliputi: memahami kekuatan ekspresi baru dan identitas diri. Hal ini
pikiran, mengidentifikasi kelemahan dan sesuai dengan pemaparan Calhoun dan
kelebihan diri, mengingat kejadian positif Acocella (1990) bahwa individu yang
yang pernah dialami serta berkolaborasi memiliki konsep diri positif adalah individu
dengan kelompok untuk menyusun yang mengetahui tentang dirinya,
harapan di masa depan. Kegiatan menerima sejumlah fakta yang sangat
berkolaborasi dalam pelatihan ini juga bermacam-macam mengenai dirinya.
disesuaikan dengan perkembangan Metode yang digunakan pada sesi
sosioemosi remaja, karena pada masa empat adalah metode permainan dan audio
remaja keberadaan teman menjadi sangat visual. Pada sesi ini, peserta berkolaborasi
penting untuk memenuhi kebutuhan sosial membangun sebuah impian bersama untuk
(Santrock, 2013). masa depan. Kegiatan permainan ini
Metode yang digunakan pada sesi menekankan kerjasama dan kreatifitas
pertama adalah metode ceramah yang mengasah kognitif dari masing-
mengenai kekuatan pikiran. Pemberian masing peserta. Pemberian video inspiratif
materi terkait bagaimana kekuatan pikiran diakhir sesi juga memberikan penguatan
dapat mempengaruhi aspek-aspek pikiran akan berharganya diri setiap individu. Hal
itu sendiri, fisik, perasaan, sikap, ini berkaitan dengan pemaparan Calhoun
kepercayaan diri dan harga diri. Hal ini dan Acocella (1990) bahwa pengharapan
sesuai dengan pendapat Melanie (2007) terhadap diri dapat menjadi kekuatan yang
bahwa konsep diri seseorang yang negatif mendorong untuk mencapai masa depan.
akan mengakibatkan rasa tidak percaya Dengan melakukan seluruh rangkaian
diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, kegiatan pelatihan berpikir positif, semua
berpikiran untuk takut gagal, merasa diri sesi yang ada pada penelitian ini ditujukan
bodoh, rendah diri, merasa tidak berharga, untuk membangun pemikiran yang positif.
merasa tidak layak untuk sukses dan Dimana, pemikiran merupakan sumber
pesimis. Oleh karena itu, pada sesi pertama utama terbentuknya konsep diri individu.
sangat penting untuk memberikan Menurut Calhoun dan Accocella (1990)
pemahaman terkait bagaimana pikiran konsep diri merupakan pandangan pribadi
dapat menyebabkan hal-hal baik dan buruk yang dimiliki seseorang tentang dirinya
terjadi. sendiri meliputi aspek: penggetahuan,
Metode yang digunakan pada sesi pengharapan dan penilaian terhadap diri.
kedua adalah metode permainan. Dengan membangun pemikiran dan
Permainan ini mencakup bagaimana mengolah emosi yang positif seluruh
peserta dapat menilai diri dan peserta remaja yang tinggal di panti asuhan
lingkungannya secara objektif. Hal ini Al-Hidayah Batu dapat meningkatkan
sesuai dengan pemaparan Myers (2014) konsep diri mereka. Keberhasilan dari
yang menyatakan bahwa konsep diri penelitian ini juga ditunjang dengan hasil
merupakan jawaban-jawaban seseoarang observasi yang diperoleh selama proses
terkait pertanyaan “siapa saya”. Sedangkan pemberian perlakukan pelatihan berpikir
Gergen (dalam Worcel et al., 2000) positif. Dimana, hampir seluruh peserta
menjelaskan konsep diri tidak terkecuali dapat terlibat secara aktif dan atusias dalam
tetang seseorang yang memikirkan mengikuti pelatihan berpikir positif dan
menengenai dirinya, namun juga mengenai dapat saling terbuka sesama rekan lainnya.
apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Kolaborasi dan keterbukaan antar peserta
PSIKOLOGIKA VOLUME 22 NOMOR 1 TAHUN 2017 79
Dhea Ravea Eka Putri

sangat membantu dalam membentuk suatu Agustiani, H. (2006). Psikologi


dinamika dalam proses penelitian ini. Hal perkembangan pendekatan ekologi
ini sesuai dengan penelitian Rill et al., kaitannya dengan konsep diri.
(2009) bahwa interaksi dengan teman Bandung: PT.Refika Aditama.
sebaya adalah faktor yang berkontribusi
Amalia, F.N. (2015). Hubungan konsep diri
paling signifikan dalam mempengaruhi
dengan resiliensi remaja pada
pembentukan konsep diri.
keluarga orang tua tunggal. Skripsi,
Penelitian ini memiliki keterbatasan
Fakultas Psikologi dan Fakultas
yang muncul saat penelitian yaitu, pada hari
Agama Islam Universitas
kedua pelaksanaan pelatihan ada dua
Muhammadiyah Surakarta.
peserta yang secara mendadak
mendapatkan tugas dari pihak yayasan Arifin, Yanuar. (2011). 100% bisa selalu
sehingga kedua pserta tidak dapat berpikir positif. Yogyakarta: DIVA
mengikuti kegiatan sesi 3 secara utuh. Hal Press.
ini dapat mempengaruhi hasil post-test Arya, A.R.M., Mahmoud, S., Abbas, A.H.K.,
dari salah satu subjek yang tidak Fatemeh, L., Zohreh, H., Salar, D.S.,
mengalami kenaikan bahkan mengalami & Matloob, A.K. (2013). The
peneurunan skor konsep diri. Hambatan effectiveness of cognitive-behavioral
lainnya yaitu dari pihak peneliti untuk training on increasing self-concept's
menemukan fasilitator yang dapat efektif measure and the attitude style
membantu jalannya penelitian dan mencari toward narcotic drugs in tonekabon
jadwal penelitian yang tidak menganggu addicted prisoners. Journal High Risk
efektifitas jam belajar peserta. Behavior & Addiction, 2(1), 39-42.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI BPS Provinsi Jawa Timur. (2012). Jumlah
anak terlantar di provinsi jawa timur
Penelitian ini menunjukkan bahwa tahun 2012. Diakses pada 01 Januari
pelatihan berpikir positif mampu 2016, dari http://jatim.bps.go.id.
meningkatkan konsep diri remaja yang Calhoun, J., & Acocella, J.R. (1990).
tinggal di yayasan panti asuhan Al- Hidayah Psikologi tentang penyesuaian dan
Batu. Implikasi dari penelitian ini meliputi: hubungan kemanusiaan (Ed. 3). Alih
Bagi panti asuhan, diharapkan bahasa : Prof. DR. Satmoko.
pengasuh panti asuhan untuk dapat Semarang: IKIP Press.
memberikan perhatian yang lebih intensif
kepada remaja yang tinggal di panti asuhan. Corey,G. (2013). Teori dan praktek
Dengan memberikan perhatian, maka konseling & psikoterapi (Cet.7).
remaja akan merasa bahwa dirinya adalah Bandung: PT Refika Aditama.
seseorang yang berharga dan hal ini dapat Dayakisni, T., Hudaniah. (2009). Psikologi
membantu dalam membangun konsep diri sosial (Ed.revisi). Malang: UMM
positif. Press.
Bagi peneliti selanjutnya, daapat
mengembangkan penelitian tidak terbatas Departemen Sosial Republik Indonesia.
remaja yang tinggal di panti asuhan saja, (2004). Acuan umum pelayanan sosial
dapat dilakukan pada kalangan yang anak di panti asuhan. Jakarta:
berpotensi memiliki konsep diri negatif. Departemen Sosial RI.

REFERENSI Dwitantyanov, A., Farida, H., & Dian, R.S.


(2010). Pengaruh pelatihan berpikir
Agung, I.M. (20 Januari, 2016). Dinamika positif pada efikasi diri akademik
kelompok perspektif psikologi mahasiswa (studi eksperimen pada
sosial. Diakses dari mahasiswa fakultas psikologi UNDIP
https://vano2000/2015/03/dinam Semarang). Jurnal Psikologi UNDIP,
ika-kelompok2.pdf. 8(02).

80 PSIKOLOGIKA VOLUME 22 NOMOR 1 TAHUN 2017


PELATIHAN BERPIKIR POSITIF TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

Melanie, D. (2007). Pembentukan konsep


Elfiky, I. (2015). Terapi berpikir positif. diri siswa melalui pembelajaran
Jakarta: Penerbit Zaman. partisipatif (sebuah alternatif
Feist,J & Feist G.J. (2009). Teori pendekatan pembelajaran di sekolah
kepribadian (Ed. 7). Jakarta: dasar). Jurnal Pendidikan Penabur
Salemba Humanika. 8(7), 66-74.

Firotussalamah. (2016). Hubungan konsep Mohammadi,M., & Adam, L.B. (2013).


diri dengan kecemasan narapidana Effectiveness of positive thingking
remaja di LPKA kelas 1 blitar skills training on students happiness.
menjelang bebas. Skripsi, Fakultas Journal of European Psychiatry, 28.
Psikologi Universitas Islam Negeri Mousavi, E., Ali, E., & Soodabeh, S.S. (2015).
Maulana Malik Ibrahim Malang. The effect of positive thinking on
Ghaderi, S., & Barzigar, M. (2015). The quality of life and resiliency of cancer
impact of positive thingking on social patients. International Journal
adjustment of high school students in Medical Psychology, 3(3).
sardasht. Indian Journal of Mutambara, J. (2015). Enhancing
Fundamental and Applied Sciencess, 5, psychosocial support through
2487-2494. positive youth
Gursoy, F., Mudriye, Y.B., Emel, O., Sema. B., development:narratives from
Seyhan, C & Ozlem, Y. (2012). Study orphans in zimbabwe. Journal of
on self-concept levels of adolescents in Child & Adolescent Behavior, 3(6).
the age group of 13-18 who live in Nurhani, R.A. (2013). Hubungan antara
orphanage and those who do not live konsep diri dan penyesuaian diri pada
in orphanage. Journal of Social Sciences remaja di islamic boarding school
and Education, 2, 2223-4934. smpit daarul hikmah bontang.
Hidayat, I.C., Tri, R.A., & Aditya, N.P. Artikel Penelitian, Fakultas
(2013). Pengaruh pelatihan berpikir Pendidikan Psikologi Universitas
positif terhadap peningkatan konsep Negeri Malang, Malang.
diri pada remaja difabel di balai besar Papalia D.E., Olds, S.W, & Feldman,
rehabilitasi sosial bina daksa R.D. (2009). Human development
(BBRSBD) Prof. Dr. Soeharso (Perkembangan Manusia) (Ed. 10).
Surakarta. Jurnal Ilmiah Psikologi, 2, Jakarta: Salemba Humanika.
64-204.
Parry, G. (1990). Coping with stress. New
Lawendownsku, R., & Bieleninik. (2017). York: The Birtsih. Psychological
Identity and self esteem ini the Society.
context of music and music therapy: a
Peter, R. (2015). Peran orang tua dalam
review. Journal Health Psychology,
krisis remaja. Character building
5(2).
development centre. Jakarta:
Lukman, M. (2000). Kemandirian anak asuh Universitas Binus.
di panti asuhan yatim islam ditinjau
Pomerantz, A. M. (2013). Psikologi klinis.
dari konsep diri dan kompetensi
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
interpersonal. Jurnal Psikologika, 5,
57-73. PPK. (2009). Pola pengasuhan anak di panti
Marliani, R. (2013). Psikologi eksperimen. asuhan dan pondok pesantren kota
Bandung: CV Pustaka Setia. solo dan kabupaten klaten.
Kerjasama Pusat Penelitian
Mayaza, K.N., & Supradewi, R. (2011). Kependudukan, LPPM UNS dengan
Konsep diri kebermaknaan hidup UNICEF.
pada remaja di panti asuhan. Jurnal
Pudjiyogyanti, C. R. (1988). Konsep diri
Psikologi, 6, 103-112.
dalam pendidikan. Jakarta: Arcan.

PSIKOLOGIKA VOLUME 22 NOMOR 1 TAHUN 2017 81


Dhea Ravea Eka Putri

Rakhmat, J. (2007). Psikologi Shokhmgar, Z. (2016). Effectiveness of


positive thingking skills into team
komunikasi. Bandung: Remaja
approach to mental health and self
Rosdakarya. esteem, of students torbat-e jam city.
Rill, L., Baiocchi, E., Hopper, M., Denker, K., Journal of Internet Psychology,12(3).
& Olson, L.N. (2009). Exploration of Accessed on January12, 2017 from
the relationship between http://ejbio.imedpub.com.
self-esteem, commitment, and Tentama, F. (2014). Hubungan positive
verbal aggressiveness in romantic thinking dengan self-acceptance pada
dating relationships. Communication difabel (bawaan lahir) di SLB Negeri 3
Reports, 22(2). Yogyakarta. Jurnal Psikologi Kognitif,
Rola, F. (2006). Konsep diri remaja 2(2), 1-7.
penghuni panti asuhan. Penelitian Worcel, S., Cooper, J., Goethals, G.R., & Olson,
Dosen. Medan: Universitas Sumatra J.M. (2000). Social psychology.
Utara. America: Wadsworth.
Sampthirao, P. (2016). Self concept and
interpersonal communication.
Journal of Indian Psychology, 3(6).
Seligman, M.E.P. (2008). Menginstal
optimisme-how to change you mind
and your life (Terjemahan). Bandung:
Momentum

82 PSIKOLOGIKA VOLUME 22 NOMOR 1 TAHUN 2017

Anda mungkin juga menyukai