Anda di halaman 1dari 21

PENYESUAIAN DIRI PADA

REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN


(STUDY KASUS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN
YATIM PIATU MUHAMMADIYAH KLATEN)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi


Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi

Diajukan oleh :

NUQMAN RIFAI

F 100100024

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
PENYESUAIAN DIRI PADA
REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN
(STUDY KASUS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN
YATIM PIATU MUHAMMADIYAH KLATEN)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi


Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi

Diajukan oleh :

NUQMAN RIFAI

F 100100024

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

ii
ABSTRAKSI

PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN


(STUDI KASUS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN
YATIM PIATU MUHAMMADIYAH KLATEN)

Nuqman Rifai
Kumaidi
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nuqmanrifai@gmail.com
Panti asuhan adalah tempat tinggal anak-anak yatim, kemudian yatim
piatu, anak terlantar, dan orang yang tidak mampu dari segi ekonomi. Bagi remaja
yang harus tinggal di dalam panti asuhan, lingkungan panti asuhan adalah
lingkungan sosial yang utama dalam penyesuaian diri dengan lingkunganya, maka
apabila mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkunganya, maka remaja
panti akan memiliki sikap yang negative, akan tetapi sebaliknya jika remaja panti
asuhan memiliki penyesuian diri yang baik, maka remaja panti akan memiliki
sikap yang positife.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran penyesuaian diri remaja
yang tinggal di Panti Asuhan Yatim Piatu Muhammadiyah Klaten. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Subjek penelitian adalah remaja yang tinggal di panti asuhan, berjumlah
enam orang dengan rentang usia 12-21 tahun dan berjenis kelamin perempuan.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Remaja Panti Asuhan Yatim
Piatu Muhammadiyah Klaten secara garis besar memiliki penyesuaian diri yang
baik, walau pada awalnya remaja panti asuhan mengalami perasaan takut dan
cemas ketika pertama kali berada di dalam panti asuhan akan tetapi remaja panti
asuhan mengatasi hal tersebut dengan mengikuti segala bentuk aktivitas dan
kegiatan yang berlangsung secara bersama-sama dan pada akhirnya remaja panti
asuhan dapat menyesuaikan diri dengan baik serta menerima keadaanya yang
sekarang. Remaja panti asuhan muhammadiyah klaten mampu mengatasi sebuah
masalah dengan tenang dan dapat menyelesaikanya dengan musyawarah secara
bersama-sama. Faktor utama yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja panti
adalah lingkungan dan kondisi panti asuhan, seperti tidak ada kelompok senior
maupun junior sehingga tidak menghambat proses penyesuaian diri remaja panti
asuhan. Kemudian kendala yang dihadapi remaja panti asuhan adalah sikap
pengasuh yang terkadang memiliki sifat yang sangat keras sehingga membuat
remaja panti asuhan menjadi takut.

Keywords : Penyesuaian diri, Remaja.

v
Pendahuluan sampai setengah juta anak.
Panti asuhan merupakan Pemerintah Indonesia hanya
suatu lembaga yang sangat populer memiliki dan menyelenggarakan
untuk membentuk perkembangan sedikit dari panti asuhan tersebut,
anak-anak yang tidak memiliki lebih dari 99% panti asuhan
keluarga ataupun yang tidak tinggal diselenggarakan oleh masyarakat,
bersama dengan keluarga. Menurut terutama organisasi keagamaan
Himpunan Peraturan Perundang (Sudrajat, 2008). Salah satu
undangan tentang perlindungan anak organisasi keagamaan yang telah
(2002:7), Undang-Undang Republik berkembang mendirikan panti asuhan
Indonesia No.4 Tahun 1979 pasal 2 adalah organisasi Muhammadiyah,
ayat 1, tampak jelas terlihat bahwa yang mendirikan panti asuhan
setiap anak berhak untuk mendapat keluarga yatim muhammadiyah
kesejahteraan, perawatan, asuhan, (PAKYM) khusunya di derah
dan bimbingan berdasarkan kasih juwiring, Klaten.
sayang baik dalam keluarganya Panti asuhan yatim
maupun di dalam asuhan khusus muhammadiyah ini berdiri sejak
untuk tumbuh dan berkembang tahun 1985 mengasuh anak-anak dari
wajar, penghuni panti asuhan bukan latar belakang yang berbeda, seperti
saja anak-anak, tetapi mulai dari anak yatim, anak piatu, anak yatim
anak-anak hingga dewasa. Penghuni piatu, anak terlantar dan anak yang
panti asuhan tersebut adalah orang- tidak mampu, dari data yang
orang yang mengalami berbagai diperoleh dari panti asuhan yaitu
permasalahan sosial. selain pendidikan keagamaan,
Panti Asuhan merupakan pendidikan formal anak-anak tetap
lembaga yang bergerak di bidang tidak dilupakan, semua anak didik di
sosial untuk membantu anak-anak panti asuhan tetap disekolahkan di
yang sudah tidak memiliki orang tua. sekolah formal hingga tingkat SMA,
Di dalam Kamus Besar Bahasa bahkan mayoritas diantaranya
Indonesia (2001), panti asuhan langsung mendapatkan pekerjaan
merupakan sebuah tempat untuk begitu menyelesaikan pendidikan
merawat dan memelihara anak-anak formalnya, hal ini karena spirit surat
yatim atau yatim piatu. Pengertian Al-mau’n yang menggerakan
yatim adalah tidak memiliki seorang Muhammadiyah selaku organisasi
ayah, sedangkan yatim piatu adalah keagamaan yang besar, sehingga
tidak memiliki seorang ayah dan ibu. sebagai amal usaha yang bergerak di
Namun, tidak hanya untuk anak bidang sosial ini akan dapat
yatim maupun yatim piatu, panti membantu kiprah Muhammadiyah
asuhan juga terbuka untuk anak- untuk negeri ini, dan jumlah anak
anak selain mereka, seperti anak yatim yang bertempat tinggal di panti
terlantar. Anak- anak yang kurang asuhan tersebut adalah 50 anak
beruntung seperti yang dipaparkan di dengan rincian 25 anak tinggal di
atas juga dapat bertempat tinggal di panti dan 25 dirumahkan serta
panti asuhan. Jumlah panti asuhan di memiliki 2 pengasuh.
seluruh Indonesia diperkirakan Panti asuhan Muhammadiyah
antara 5.000-8.000 yang mengasuh Juwiring Klaten ini membantu

1
keluarga yang memiliki kekurangan. Remaja di dalam panti akan
Seperti beberapa remaja panti asuhan berinteraksi dan melebur dengan
Muhammadiyah Juwiring ini yang orang-orang yang berada dalam
terpaksa harus tinggal di dalam panti lembaga tersebut, bisa atau tidaknya
asuhan karena faktor ekonomi tergantung oleh individu yang
keluarganya yang kurang mampu menjalani sendiri. Dalam hal ini
untuk mencukupi kebutuhan sehari- pengasuh juga berperan karena
hari, kemudian anak yang tidak disebut sebagai orang yang
memiliki ke dua orang tua (yatim menggantikan peran orang tua,
piatu) dan anak yang mengalami karena pengasuhlah yang mengurus
korban perceraian oleh ke dua orang semua kebutuhan dan keperluan
tuanya yang mengakibatkan anak, saat itulah remaja
berdampaknya masa depan anak, membutuhkan perlindungan dan
dengan permasalahan tersebut panti tempat mengadukan segala persoalan
asuhan adalah tempat bagi remaja yang ia hadapi. Rasa diterima
yang mengalami permasalahan kehadirannya oleh semua pihak ini
tersebut. Nantinya di dalam panti menyebabkan remaja merasa aman,
asuhan remaja akan dibimbing dan karena remaja merasa bahwa ada
dididik oleh pengasuh agar dukungan dan perhatian terhadap
kehidupan mereka mendapatkan hak dirinya. Namun harapan ini sering
yang sama, seperti dapat merasakan sulit dicapai secara memuaskan, hal
bagaimana bersekolah, dan memiliki ini disebabkan adanya kondisi-
keluarga. Pada kenyataannya tidak kondisi dimana pengasuh tersebut
semua anak dapat tinggal bersama tidak dapat sepenuhnya menjadi
dengan keluarganya dan dapat orang tua, seperti kurangnya
merasakan cinta dan kasih sayang, perhatian pengasuh, kurangnya
terutama orangtuanya. fasilitas fisik seperti kebutuhan
Banyak sebab yang pribadi remaja, ketatnya disiplin dan
mendasari setiap anak-anak dan aturan, tidak dapat menyesuaiakan
remaja tersebut diserahkan pada diri dengan lingkungan dan jumlah
suatu lembaga yang diasuh oleh anak asuh dengan pengasuhnya
pemerintah atau swasta yaitu panti sendiri tidaklah seimbang. Hasil
asuhan. Beberapa anak yang diasuh wawancara data awal yang dilakukan
di panti asuhan tersebut karena dengan penghuni panti asuhan
orangtuanya ada yang menghendaki, adalah:
ada juga yang memang berada di “jika remaja panti asuhan
panti asuhan tersebut sudah tidak sering merasa sedih apabila
memiliki orang tua atau yatim piatu, mengingat keberadaan orang tua dan
atau salah satu, dan ada juga yang keluarga yang jauh, merasa cemas
masih memiliki orangtua namun ketika pertama kali datang ke dalam
terpaksa berada di panti asuhan panti asuhan.”
karena ketidakmampuan orangtua Cukup banyak remaja yang
dalam memberikan kasih sayang dan dibesarkan di panti asuhan dengan
memenuhi kebutuhan hidup anak- berbagai alasan yang berbeda-beda.
anaknya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sahuleka, (2003) ada beberapa hal

2
positif dari panti asuhan, antara lain sepanjang tahun 2011 meningkat
panti asuhan merupakan tempat 98% dari tahun sebelumnya. Laporan
bernaung bagi anak-anak maupun Komisi Nasional Perlindungan Anak
remaja yang terlantar dimana mereka tersebut turut mengindikasikan
mendapatkan bimbingan dalam terdapat peningkatan gangguan stress
bidang pendidikan dan pekerjaan pada anak di Indonesia
maupun dalam pembentukan (Psikologizone, 2012).
karakter dan penyesuaian diri di Kemudian menurut data
masyarakat, dan merupakan suatu Komnas Perlindungan Anak (dalam
lingkungan theurapeutic bagi anak- Suara Karya Online, 2012), dari
anak serta remaja yang awal hingga tengah tahun 2012
membutuhkan. terdapat 20 kasus bunuh diri pada
Akan tetapi panti asuhan juga anak dengan rentang usia 13-17
memiliki hal-hal negatif karena tahun, sebanyak delapan kasus bunuh
kehidupan panti asuhan diri dilatari masalah cinta, tujuh
memungkinkan remaja mengalami kasus akibat ekonomi, empat kasus
penurunan emosi yang masalah disharmoni keluarga, dan
mengakibatkan gangguan satu kasus masalah sekolah.
kepribadian seperti sikap menarik Mengacu pada salah satu
diri, tidak mampu membentuk penelitian di tahun 2007 yang
hubungan yang hangat dan dekat dilakukan oleh United States
dengan orang lain, kurang dapat Department of Health and Human
menyesuaikan diri, sehingga Services (Bruskas, 2008),
hubungan mereka bersifat dangkal menunjukkan bahwa lebih dari
dan tanpa perasaan. (Sahuleka, separuh anak-anak di panti asuhan
2003). mungkin mengalami setidaknya satu
Penelitian Hartini, N, (2000) atau lebih gangguan mental dan 63%
yang hasil penelitiannya diantaranya adalah korban
menunjukkan gambaran kebutuhan penelantaran.
psikologis anak Panti Asuhan Putra Berdasarkan fakta yang
Immanuel Surabaya memiliki diproleh dan fenomena yang terjadi
kepribadian yang inferior, pasif, dan dihadapi pada remaja di panti
apatis, menarik diri, mudah putus asuhan, khususnya yang paling
asa, penuh dengan ketakutan dan mendominasi yaitu pada masalah
kecemasan. Sehingga anak panti peralihan tempat tinggal, dari yang
asuhan akan sulit menjalin hubungan tinggal di rumah bersama keluarga
sosial dengan orang lain. Disamping lalu masuk ke sebuah panti asuhan.
itu, mereka menunjukkan perilaku Proses peralihan ini meliputi
yang negative, takut melakukan bagaimana cara remaja bergaul,
kontak dengan orang lain, lebih suka bersikap serta berinteraksi dengan
sendirian, menunjukkan rasa tema-teman dan pengasuh, dalam hal
bermusuhan dan lebih egosentrisme. ini remaja dituntut untuk dapat
Pada tahun 2012, Komisi menyesuaikan diri dengan suasana di
Nasional Perlindungan Anak panti asuhan misalnya dapat mentaati
melaporkan menerima rata-rata 200 segala peraturan yang diterapkan di
laporan kasus anak stress per bulan panti asuhan, yang tentunya berbeda

3
dengan peraturan saat tinggal Menurut Schneiders (2008)
dirumah bersama keluarga. individu dengan penyesuaian diri
Lingkungan panti asuhan yang tinggi memiliki ciri-ciri antara
menjadi lingkungan sosial yang lain: mampu beradaptasi, mampu
utama dalam mengadakan berusaha mempertahankan diri
penyesuaian diri. Keberadaannya di secara fisik, mampu menguasai
panti asuhan membuat mereka dorongan emosi, perilakunya
mampu belajar mendapatkan menjadi terkendali dan terarah,
pengalaman bersosialisasi pertama motivasi tinggi dan sikapnya
kalinya baik dengan teman-teman berdasarkan realitas. Sedangkan
panti atau pengasuh. Remaja dituntut individu dikatakan tidak mampu
dapat berkembang dan menyesuaikan menyesuaikan diri apabila perasaan
diri agar menjadi modal utama sedih, rasa kecewa, atau rasa putus
mereka ketika berada dalam asa berkembang dan mempengaruhi
masyarakat luas. Apabila remaja fungsi-fungsi fisiologi serta
tidak dapat menyesuaikan diri psikologinya, sehingga menjadi tidak
dengan lingkungannya, maka remaja mampu menggunakan pikiran dan
akan memiliki sikap negatif dan sikap dengan baik, serta tidak
tidak bahagia. mampu mengatasi tekanan-tekanan
Penyesuaian diri merupakan yang muncul dengan cara yang baik.
kemampuan individu meleburkan Selanjutnya menurut Gunarsa
diri dalam lingkungan yang (2006), individu dengan penyesuaian
dihadapinya (Walgito, 2003), definisi diri yang rendah cenderung menarik
lain menurut Schneiders (2008) diri dari lingkungan, sulit bergaul
individu dikatakan tidak mampu dengan orang-orang disekitarnya,
menyesuaikan diri apabila perasaan memiliki sedikit teman, serta merasa
sedih, rasa kecewa, atau rasa putus rendah diri. Kondisi tersebut
asa berkembang dan mempengaruhi menyebabkan individu melupakan
fungsi-fungsi fisiologi serta tanggungjawabnya, sehingga dapat
psikologinya. Individu menjadi tidak berpengaruh terhadap prestasinya.
mampu menggunakan pikiran dan Menurut Hurlock (1999)
sikap dengan baik, sehingga tidak masa remaja dikatakan sebagai masa
mampu mengatasi tekanan-tekanan transisi, sebagai periode peralihan,
yang muncul dengan cara yang baik. sebagai periode perubahan, sebagai
Willis (dalam Kumalasari, usia bermasalah, sebagai masa
2012) menyatakan bahwa mencari identitas, sebagai usia yang
penyesuaian diri menuntut menimbulkan ketakutan, sebagai
kemampuan remaja untuk hidup dan masa yang tidak realistic dan sebagai
berinteraksi secara wajar terhadap ambang masa dewasa, karena belum
lingkungan, sehingga remaja merasa mempunyai pegangan, sementara
puas terhadap diri sendiri dan kepribadianya masih mengalami
lingkungannya. Penyesuaian diri suatu perkembangan, remaja masih
akan menjadi salah satu pegangan belum mampu untuk menguasai
penting dalam membantu remaja fungsi-fungsi fisiknya. Remaja masih
pada saat terjun dalam masyarakat labil dan mudah terpengaruh oleh
luas. lingkungan sekitarnya, sehingga di

4
peroleh suatu gambaran yang jelas dirinya sendiri, individu dengan
tentang dirinya dan supaya remaja orang lain, serta individu dengan
bisa menjalankan apa yang sudah lingkungan. Ketiganya memiliki
didapatkannya. Dalam melakukan hubungan timbal balik. Penyesuaian
suatu pekerjaan atau kegiatan, semua diri setiap individu berbeda-beda.
orang memiliki kemampuan dan Gerungan (2004)
keinginan yang berbeda. Salah satu mengungkapkan penyesuaian diri
faktor yang membuat seseorang adalah mengubah diri sesuai dengan
dapat melakukan apa yang dia ingin keadaan lingkungan atau autoplastis
lakukan adalah ketika ia dapat (auto=sendiri, plastis=dibentuk),
memiliki kecerdasan emosi yang tetapi juga mengubah lingkungan
baik, serta dapat menyesuaikan sesuai dengan keadaan diri atau
dirinya dilingkungan tempat dia aloplastis (alo=yang lain).
berada. Sedangkan (Kartono, K,
Penyesuaian diri atau 2002) menyebutkan penyesuaian diri
adaptasi sosial bagi seseorang adalah usaha manusia untuk
dengan lingkungannya adalah mencapai harmoni pada diri sendiri
sesuatu yang sangat penting, agar dan pada lingkungan, sehingga rasa
seseorang tidak mengalami permusuhan, dengki, iri hati,
keterasingan di lingkungannya prasangka, depresi, kemarahan dan
sendiri. Sedangkan interaksi sosial lain-lain emosi negatif sebagai
merupakan salah satu kunci dalam respon pribadi yang tidak sesuai dan
hubungan sosial yang mendorong kurang efisien bisa dikikis habis.
dinamika masyarakat. Namun jika Sarwono dan Meinarno (2009)
seorang individu dalam kondisi yang mengatakan remaja yang dapat
kompleks seperti remaja panti menyesuaikan diri yaitu remaja yang
asuhan yang memiliki status sosial mampu mengembangkan hati nurani,
yang notabene adalah status sosial tanggung jawab, moralitas dan nilai-
yang rendah dalam masyarakat nilai yang sesuai dengan lingkungan
mereka, ditambah dengan posisi dan kebudayaan setempat, mencapai
mereka sebagai pendatang yang posisi yang diterima oleh
membawa nilai-nilai baru, maka masyarakat.
penyesuaian diri atau adaptasi yang Dalam istilah Psikologi
mereka lakukan akan cenderung sulit penyesuaian diri biasa disebut
di dalam masyarakat. dengan adjustment dan menurut
Oleh karena itu, rumusan Chaplin (2006), adjustment dalam
masalah yang dapat disimpulkan artian pertama, yaitu variasi dalam
dalam penelitian ini adalah: kegiatan organisme untuk mengatasi
Bagaimana proses penyesuaian diri suatu hambatan dan memuaskan
atau adaptasi yang dilakukan oleh kebutuhan-kebutuhan. Dalam artian
remaja yang tinggal di Panti Asuhan kedua yaitu menegakan hubungan
Yatim Muhammadiyah Klaten? yang harmonis dengan lingkungan
fisik dan sosial.
Penyesuaian Diri Hurlock (2008) menyatakan
Penyesuaian diri merupakan bahwa individu yang memiliki
interaksi antara individu dengan penyesuaian diri yang baik memiliki

5
beberapa karakteristik sebagai c. Kemampuan mengatasi
berikut: (a) kenyamanan psikis ketegangan, konflik dan
(psychological comfort), penyesuaian frustrasi.
diri yang berhasil akan menimbulkan Yaitu kemampuan individu
kepuasan psikis, sedangkan yang untuk memenuhi kebutuhan
tidak berhasil akan menimbulkan dirinya tanpa terganggu oleh
rasa tidak puas, kecewa, gelisah, emosinya, kemudian
lesu, dan depresi; (b) penerimaan kemampuan memahami orang
sosial (social acceptance), lain dan keragamannya,
penyesuaian diri berhasil baik kemampuan mengambil
apabila menimbulkan sikap keputusan dan dapat mengatasi
penerimaan dari masyarakat. suatu permasalahan dengan
Terdapat dua kemampuan yang tenang.
dituntut dalam menyesuaikan diri, Jadi kesimpulanya aspek-
yaitu kemampuan yang dimiliki oleh aspek penyesuaian diri menurut
individu berkaitan dengan Schneiders yaitu antara lain pertama
penerimaan dirinya dan kemampuan keharmonisan diri pribadi yaitu
untuk menciptakan hubungan yang kemantapan suasana kehidupan
harmonis dengan lingkungannya. emosional, kemantapan suasana
kehidupan kebersamaan dengan
Aspek-aspek penyesuaian diri orang lain, kemampuan untuk santai,
Menurut Schneiders (2008), gembira dan menyatakan
mengungkapkan atau berpendapat kejengkelan, sikap dan perasaan
bahwa aspek-aspek penyesuaian diri terhadap kemampuan dan kenyataan
meliputi: diri sendiri. Kemudian kedua
a. Keharmonisan diri pribadi. keharmonisan dengan lingkungan
Yaitu kemampuan individu yaitu antara lain keterlibatan dalam
untuk menerima keadaan partisipasi sosial, kesediaan
dirinya, kemantapan suasana kerjasama, kemampuan
kehidupan emosional, kepemimpinan, sikap toleransi.
kemantapan suasana kehidupan Kemudian yang ke tiga kemampuan
kebersamaan dengan orang mengatasi ketegangan, konflik, dan
lain, kemampuan untuk santai, frustasi yaitu kemampuan memahami
gembira mampu dan menerima orang lain dan keragamannya,
kenyataan diri sendiri. kemampuan mengambil keputusan
b. Keharmonisan dengan dan dapat mengatasi suatu
lingkungan. permasalahan dengan tenang.
Yaitu kemampuan individu Menurut Fromm dan Gilmore
untuk menyesuaikan diri (dalam Desmita, 2010) ada empat
dengan lingkungan, aspek kepribadian dalam
keterlibatan dalam partisipasi penyesuaian diri antara lain :
sosial, kesediaan kerjasama, a. Kematangan emosional.
kemampuan kepemimpinan, Yaitu antara lain kematangan
sikap toleransi. suasana emosional individu,
kematangan suasana bersama
dengan lingkungan, dengan

6
orang-orang sekitar, dapat yang dihadapi secara realistik
merasakan kebahagiaan dan dan bersedia menerimanya
rasa kejengkelan. secara wajar, tidak
b. Kematangan intelektual. mengharapkan kondisi
Yaitu antara lain kemampuan kehidupan tersebut sebagai
mencapai wawasan diri suatu yang harus sempurna.
sendiri, kemampuan c. Mampu menilai prestasi yang
memahami orang lain dan diperoleh secara realistik.
keragamannya, kemampuan Individu dapat menilai
mengambil keputusan, prestasinya secara realistik dan
keterbukaan dalam mengenal menanggapinya secara
lingkungan. rasional, tidak menjadi
c. Kematangan sosial. sombong, angkuh apabila
Yaitu antara lain keterlibatan memperoleh prestasi yang
dalam partisipasi sosial, tinggi, atau kesuksesan dalam
kesediaan kerjasama, hidupnya. Pada saat mengalami
kemampuan kepemimpinan, kegagalan tidak
sikap toleransi. menanggapinya dengan
d. Tanggung jawab. frustrasi, namun dengan sikap
Yaitu antara lain sikap yang tetap optimis.
produktif dalam d. Menerima tanggung jawab.
mengembangkan diri, Individu yang sehat adalah
melakukan perencanaan dan individu yang bertanggung
melaksanakannya secara jawab, mempunyai keyakinan
fleksibel, sikap empati, terhadap kemampuannya untuk
bersahabat dalam hubungan mengatasi masalah-masalah
interpersonal, kesadaran akan kehidupan yang dihadapi.
etika dan hidup jujur. e. Kemandirian.
Hurlock (2008) Individu memiliki sikap
mengemukakan mengenai beberapa mandiri dalam cara berpikir
aspek penyesuaian diri adalah dan bertindak, memiliki
sebagai berikut: kemampuan untuk mengambil
a. Mampu menilai diri secara keputusan, mengarahkan dan
realistik. mengembangkan diri serta
Individu dengan kepribadian menyesuaikan diri secara
sehat dapat menilai dirinya konstruktif dengan norma yang
sesuai dengan kenyataan, baik berlaku di lingkungannya.
kelebihan maupun Berdasarkan uraian di atas
kelemahannya yang dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
menyangkut fisik (postur penyesuaian diri menurut Hurlock
tubuh, wajah, keutuhan dan meliputi mampu menilai diri secara
kesehatan) dan kemampuan. realistic, mampu menilai situasi secara
b. Mampu menilai situasi secara realistic, mampu menerima prestasi
realistik. secara realistic, tanggung jawab dan
Individu dapat menghadapi kemandirian.
situasi atau kondisi kehidupan

7
Faktor-faktor penyesuaian diri. akan dapat melatarbelakangi
Schneiders (2008) adanya hambatan dalam
mengungkapkan faktor-faktor yang penyesuaian diri. Keadaan
mempengaruhi penyesuaian diri mental yang baik akan
adalah: mendorong individu untuk
a. Keadaan fisik. memberikan respon yang
Yaitu antara lain Kondisi fisik selaras dengan dorongan
individu merupakan faktor internal maupun tuntutan
yang mempengaruhi lingkungannya. Variabel yang
penyesuaian diri, sebab termasuk dalam keadaan
keadaan sistem-sistem tubuh psikologis di antaranya adalah
yang baik merupakan syarat pengalaman, pendidikan,
bagi terciptanya penyesuaian konsep diri, dan keyakinan
diri yang baik. Adanya cacat diri.
fisik dan penyakit kronis akan d. Keadaan lingkungan.
melatarbelakangi adanya Yaitu antara lain keadaan
hambatan pada individu dalam lingkungan yang baik, damai,
melaksanakan penyesuaian tentram, aman, penuh
diri. penerimaan dan pengertian,
b. Perkembangan dan serta mampu memberikan
kematangan diri. perlindungan kepada anggota-
Yaitu antara lain, bentuk- anggotanya merupakan
bentuk penyesuaian diri lingkungan yang akan
individu berbeda pada setiap memperlancar proses
tahap perkembangan. Sejalan penyesuaian diri. Sebaliknya
dengan perkembangannya, apabila individu tinggal di
individu meninggalkan lingkungan yang tidak
tingkah laku infantil dalam tentram, tidak damai, dan
merespon lingkungan. Hal tidak aman, maka individu
tersebut bukan karena proses tersebut akan mengalami
pembelajaran semata, gangguan dalam melakukan
melainkan karena individu proses penyesuaian diri.
menjadi lebih matang. Hurlock (2008)
Kematangan individu dalam mengemukakan atau berpendapat
segi intelektual, sosial, moral, bahwa penyesuaian diri
dan emosi mempengaruhi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
bagaimana individu antara lain:
melakukan penyesuaian diri. a. Penilaian diri.
c. Keadaan psikologis. Individu yang dapat
Yaitu antara lain keadaan menyesuaikan diri mampu
mental yang sehat merupakan menilai dirinya dengan apa
syarat bagi tercapainya adanya, baik kelebihan maupun
penyesuaian diri yang baik, kekurangannya, yang
sehingga dapat dikatakan menyangkut fisik (postur
bahwa adanya frustrasi, tubuh, wajah, keutuhan dan
kecemasan dan cacat mental kesehatan) dan kemampuan.

8
Mampu menilai situasi secara dalam menghadapi tuntutan
realistik. Individu dapat dirinya dan masyarakat, serta
menghadapi situasi atau tidak mampu menemukan
kondisi kehidupan yang manfaat dari situasi baru
dihadapi secara nyata dan dalam memenuhi segala
bersedia menerima secara kebutuhan secara sempurna
wajar, tidak mengharapkan dan wajar.
kondisi kehidupan tersebut
sebagai suatu yang harus Pengertian remaja.
sempurna. Menurut Santrock (2007)
b. Kemandirian (autonomy). remaja (adolescence) diartikan
Individu memiliki sikap sebagai masa perkembangan transisi
mandiri dalam cara berpikir antara masa anak dan masa dewasa
dan bertindak, mampu yang mencakup perubahan biologis,
mengambil keputusan, kognitif dan sosial emosional. Ia
mengarahkan dan melanjutkan masa remaja awal (early
mengembangkan diri secara adolescence) kira-kira sama dengan
konstruktif dengan norma yang masa sekolah menengah pertama dan
berlaku di lingkungan. mencakup kebanyakan perubahan
pubertas. Papalia dan koleganya
Bentuk-bentuk penyesuaian diri. (2008) menyatakan bahwa masa
Fatimah (2006), menyatakan remaja dimulai pada usia 11 atau 12
bahwa terdapat pembagian pada tahun sampai masa remaja akhir atau
penyesuaian diri, yaitu: awal usia dua puluhan, dan masa
a. Penyesuain diri yang positif tersebut membawa perubahan besar
Individu yang saling bertautan dengan semua ranah
mempunyai penyesuaian diri perkembangan. Sarlito (2002)
yang positif adalah mampu mendefiniskan remaja sebagai masa
mengarahkan dan mengatur peralihan antara masa anak-anak ke
dorongan-dorongan dalam masa dewasa dengan berbagai
pikiran, kebiasaan, emosi, perubahan perilaku yang ditunjukkan
sikap dan perilaku individu seperti susah diatur, mudah
dalam menghadapi tuntutan terangsang perasaannya, dan
dirinya dan masyarakat, sebagainya. Selanjutnya menurut
mampu menemukan manfaat Monks (2002) masa remaja
dari situasi baru dan berlangsung antara usia 12 sampai 21
memenuhi segala kebutuhan tahun dan terbagi menjadi masa
secara sempurna dan wajar. remaja awal usia 12-15 tahun, masa
b. Penyesuaian diri yang negatif remaja pertengahan usia 15-18 tahun,
Individu dengan dan masa remaja akhir usia 18-21
penyesuaian diri yang negatif tahun.
adalah tidak mampu Berdasarkan uraian di atas
mengarahkan dan mengatur dapat disimpulkan bahwa remaja
dorongan-dorongan dalam adalah individu yang berusia belasan
pikiran, kebiasaan, emosi, tahun (12-21 tahun) yang tergolong
sikap dan perilaku individu

9
dalam masa transisi antara masa masa peralihan antara masa anak-
anak-anak menuju masa dewasa. anak ke masa dewasa dengan
berbagai perubahan perilaku yang
Pengertian remaja pantia asuhan. ditunjukkan seperti susah diatur,
Remaja yang tinggal di dalam mudah terangsang perasaannya, dan
panti asuhan merupakan remaja yang sebagainya.
memiliki masalah dalam Jika terdapat remaja panti
kehidupanya, seperti remaja yang asuhan yang merasa terasing dalam
tidak memiliki orang tua, korban lingkunganya maka akan menjadi
perceraian, ada juga remaja yang tertutup, takut, kurang bergaul, sulit
masih memiliki ke dua orang tua menyesuaiakan diri dengan orang
tetapi tidak sanggup untuk lain maka akan muncul rasa tidak
menyukupi kebutuhan ekonominya puas terhadap kualitas suatu
sehari-hari, dan usia mereka masih hubungan interpersonal dengan
tergolong remaja dan dari penjelasan orang lain dan akhirnya merasa
tersebut remaja yang tinggal di panti kurang berharga. Pengasuhan dan
asuhan yatim piatu muhammadiyah pendidikan di dalam panti asuhan
juwiring memiliki rentang usia yang sangat penting dan menentukan bagi
berbeda-beda, antara lain masih perkembangan remaja menuju ke
berusia remaja awal yaitu (12-15 arah pribadi yang utuh, sehat
tahun), remaja pertengahan (15-18 jasmani, rohani dan sosial (Budiman,
tahun), dan remaja akhir (18-21 2006). Hal ini selaras dengan tujuan
tahun) dan jika melihat usia rentang panti asuhan yang bertujuan untuk
remaja panti asuhan yang tinggal di memberikan pelayanan sebagaimana
dalam panti asuhan maka dapat mestisnya bagi remaja yang berada
diberikan kesimpulan remaja yang di di dalam panti asuhan.
dalam panti asuhan adalah remaja Berdasarkan uraian diatas
yang sedang mencari jatidirinya, disimpulkan remaja panti asuhan
masa berkembangnya seorang remaja yang berusia 12-21 tahun
remaja, hal ini harus diikuti dengan yang di serahkan kepada panti
pola asuh dari pengasuh panti asuhan asuhan sebagai akibat dari tidak
dimana seorang pengasuh sebagai memiliki keluarga perpecahan
salah seorang pengganti orang tua, keluarga, faktor ekonomi. Penerapan
pelindung, pendidik, memotivasi dan pengasuhan dan pendidikan panti
pembimbing bagi penghuni dengan asuhan penting perkembangan
selalu mengajari hal-hal yang remaja menuju arah pribadi yang
bersifat positive bagi remaja panti utuh sehat jasmani dan rohani.
asuhan, karena dalam usia-usia
tersebut adalah peralihan dari masa METODE PENELITIAN
kanak-kanak menuju masa dewasa
dan berbagai permasalahan muncul Penelitian ini dilaksanakan
pada masa ini. Permasalahan yang menggunakan pendekatan kualitatif
dihadapi seorang remaja panti dengan metode studi kasus. Moleong
asuhan adalah cara bergaul, sikap, (1995) menyatakan bahwa pada
dan kurangnya kepatuhan. Sarlito penelitian kualitatif yang terpenting
(2002) mendefiniskan remaja sebagai adalah membuat orang lain menjadi

10
paham ketika membacanya, baik pengelompokan terhadap aspek-
dalam bentuk gambar, film, maupun aspek yang diungkap.
kalimat. Jika orang lain dapat 3) Mendiskripsikan katagori
memahami fakta secara lengkap Katagori yang diperoleh
dengan sebuah tuturan model cerita, dideskripsikan untuk
maka untuk fakta tersebut menggambarkan sekaligus
menggunakan model cerita adalah menjelaskan proses penyesuaian
yang terbaik. Penelitian studi kasus diri remaja panti asuhan.
lebih mementingkan proses daripada 4) Pembahasan hasil penelitian
hasil, lebih mementingkan konteks Deskripsi yang diperoleh
daripada suatu variabel khusus, lebih dibahas dengan mengkaitkan teori-
ditujukan untuk menemukan sesuatu teori mengenai proses penyesuian
daripada kebutuhan konfirmasi diri remaja panti asuhan.
(Alsa, 2004).
Kasus yang diteliti yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk mengetahui bagaimana Berdasarkan apek-aspek
gambaran penyesuaian diri remaja penyesuaian diri menurut
yang tinggal di dalam panti asuhan Scheneiders (2008) dapat di analisis
yatim piatu Muhammadiyah sebagai beerikut :
Juwiring Klaten. Informan dalam
penelitian ini berjumlah 7 informan, 1. Keharmonisan diri pribadi
yang antara lain 6 diantaranya adalah (kemampuan individu untuk
penghuni panti asuhan yang berusia menerima keadaan dirinya).
12 – 21 tahun dan 1 adalah pengasuh Dari ke enam informan
panti asuhan sebagai informan menyatakan dalam kesimpulanya
chross check. yaitu pada awalnya yang dirasakan
Metode pengumpulan data ketika pertama kali berada dalam
yang digunakan dalam penelitian ini panti asuhan yaitu merasa takut dan
adalah meliputi; 1) Observasi, 2) cemas, akan tetapi seiring berjalanya
Wawancara, 3) Dokementasi. waktu semua informan sudah dapat
Berikut langkah-langkah analisis menerima keadaaanya dan sudah
data yang melalui beberapa tahapan merasa nyaman tinggal di dalam
sebagai berikut : panti asuhan kemudian ingin mencari
1) Membuat transkip wawancara ilmu dan membantu orang tua.
Metode pengumpulan data Berdasarkan uraian-uraian
yang dilakukan penulis adalah yang telah disampaikan diatas sesuai
wawancara dan observasi, hasil dengan yang disampaikan oleh
wawancara direkam dengan tape Schneiders (2008), bahwa yaitu
recorder dibuat ke dalam transkip kemampuan individu untuk
secara lengkap untuk memudahkan menerima keadaan dirinya antara
penulis dalam menganalisis data. lain seperti bisa merasakan
2) Mencari katagori kemantapan suasana kehidupan
Transkip wawancara dan emosional, kemantapan suasana
laporan hasil observasi yang telah kehidupan kebersamaan dengan
dibuat dikatagorikan, yaitu orang lain, kemampuan untuk santai,
mampu menerima perasaan terhadap

11
kemampuan dan kenyataan diri sekitar, dapat berkomunikasi dan
sendiri. Hal senada juga diutarakan interkasi dengan baik, dapat
menurut Hurlock (2008) menerima keadaan lingkungan
mengemukakan atau berpendapat dengan baik, menerima segala
bahwa penyesuaian diri dipengaruhi fasilitas yang ada, serta mampu
oleh beberapa faktor, antara lain: mengikuti semua aktivitas dan
a. Penilaian diri. kegiatan yang dilakukan secara
Individu yang dapat bersama-sama. Kemudian menurut
menyesuaikan diri mampu ke enam informan secara
menilai dirinya dengan apa keseluruhan kepribadian pengasuh
adanya, baik kelebihan maupun adalah orang yang baik dan tegas,
kekurangannya, yang tetapi memiliki sifat yang kurang
menyangkut fisik (postur disukai yaitu berwatak keras dan
tubuh, wajah, keutuhan dan mudah marah sehingga membuat
kesehatan) dan kemampuan. semua penghuni terkadang merasa
Mampu menilai situasi secara ketakutan.
realistik. Individu dapat Berdasarkan uraian-uraian
menghadapi situasi atau yang telah disampaikan diatas sesuai
kondisi kehidupan yang dengan yang disampaikan oleh
dihadapi secara nyata dan Schneiders (2008) individu dengan
bersedia menerima secara penyesuaian diri yang tinggi
wajar, tidak mengharapkan memiliki ciri-ciri antara lain: mampu
kondisi kehidupan tersebut beradaptasi, mampu berusaha
sebagai suatu yang harus mempertahankan diri secara fisik,
sempurna. mampu menguasai dorongan emosi,
b. Kemandirian (autonomy). perilakunya menjadi terkendali dan
Individu memiliki sikap terarah, motivasi tinggi dan sikapnya
mandiri dalam cara berpikir berdasarkan realitas dan juga
dan bertindak, mampu menurut Schneiders juga
mengambil keputusan, mengungkapkan dan menambahkan
mengarahkan dan yaitu kemampuan individu untuk
mengembangkan diri secara dapat menyesuaikan diri dengan
konstruktif dengan norma yang lingkungan, mampu untuk dapat
berlaku di lingkungan. terlibat dalam partisipasi sosial,
kesediaan kerjasama, kemampuan
2. Keharmonisan dengan lingkungan kepemimpinan, dan sikap toleransi.
(kemampuan individu untuk Lanjut lagi Schneiders
menyesuaikan dengan menambahkan salah satu faktor
lingkungan). penyesuain dirinya yaitu antara lain
Dari ke enam informan dalam keadaan lingkungan yang baik,
kesimpulanya menyatakan bahwa damai, tentram, aman, penuh
ketika pertama kali berada di dalam penerimaan dan pengertian, serta
panti asuhan yang dilakukan yaitu mampu memberikan perlindungan
harus dapat menyesuaikan diri kepada anggota-anggotanya
dengan baik dengan cara merupakan lingkungan yang akan
bersosialisasi dengan keadaan memperlancar proses penyesuaian

12
diri. Sebaliknya apabila individu kemampuan mengatasi ketegangan,
tinggal di lingkungan yang tidak konflik dan frustrasi adalah antara
tentram, tidak damai, dan tidak lain kemampuan individu untuk
aman, maka individu tersebut akan memenuhi kebutuhan dirinya tanpa
mengalami gangguan dalam terganggu oleh emosinya, kemudian
melakukan proses penyesuaian diri. kemampuan memahami orang lain
Hal senada juga diutarakan dan keragamannya, kemampuan
menurut Walgito (2003) penyesuaian mengambil keputusan dan dapat
diri merupakan kemampuan individu mengatasi suatu permasalahan
meleburkan diri dalam lingkungan dengan tenang. Sedangkan menurut
yang dihadapinya. Kemudian Hurlock (2008) salah satu aspek
diungkapkan oleh Willis (dalam penyesuaian diri adalah individu
Kumalasari, 2012) menyatakan yang sehat yaitu individu yang
bahwa penyesuaian diri menuntut bertanggung jawab, mempunyai
kemampuan remaja untuk hidup dan keyakinan terhadap kemampuannya
berinteraksi secara wajar terhadap untuk mengatasi masalah-masalah
lingkungan, sehingga remaja merasa kehidupan yang dihadapi.
puas terhadap diri sendiri dan
lingkungannya. Penyesuaian diri Kesimpulan
akan menjadi salah satu pegangan Kesimpulan yang didapat dari
penting dalam membantu remaja penelitian penyesuaian diri remaja
pada saat terjun dalam masyarakat yang tinggal dipanti asuhan yatim
luas. piatu adalah sebagai berikut :

3. Kemampuan mengatasi tegangan, 1. Keharmonisan diri pribadi


konflik, dan frustasi (kemampuan (kemampuan individu untuk
individu untuk mengatasi menerima keadaan dirinya).
masalah). Pada awalnya yang dirasakan
Dari ke enam informan dalam remaja panti asuhan ketika pertama
kesimpulanya menyatakan bahwa kali berada dalam panti asuhan yaitu
ketika mendapatkan masalah yang merasa takut dan cemas karena
akan dilakukan adalah dengan cara peralihan tempat tinggal, akan tetapi
meminta maaf jika memang bersalah, seiring berjalanya waktu yang
lalu bercerita dengan teman-teman berjalan akhirnya semua informan
yang lainya, menenangkan hatinya. sudah dapat menerima keadaaanya
Kemudian untuk cara yang sekarang dan sudah merasakan
menyelesaikanya adalah dengan cara kenyamanan untuk tinggal di dalam
kekeluargaan seperti mencari titik panti asuhan, kemudian disamping itu
temu dengan kepala jernih agar dapat juga informan ingin mencari ilmu
menyelesaikan masalah yang pendidikan dan agama serta ingin
dihadapi. membantu keluarga.
Berdasarkan uraian-uraian
yang telah disampaikan diatas sesuai 2. Keharmonisan dengan lingkungan
dengan yang disampaikan oleh (kemampuan individu untuk
Scheneiders (2008) yaitu salah satu menyesuaikan dengan
aspek penyesuaian diri tentang lingkungan).

13
Menurut informan dibantu oleh pengasuh dan teman-
menyatakan bahwa ketika pertama teman yang berada di dalam panti
kali berada di dalam panti asuhan asuhan. Dari segi emosi remaja panti
yang dilakukan yaitu harus dapat asuhan mampu untuk mengontrol
menyesuaikan diri dengan baik, dalam emosi dan mengendalikan emosi
hal ini semua informan melakukan hal seperti selalu mencurahkan hatinya
tersebut dengan cara ikut kepada teman-temanya jika sedang
bersosialisasi dengan keadaan sekitar, mengalami masalah atau problem.
dapat berkomunikasi dan interkasi Masalah utama yang menjadi
dengan lingkungan, dapat menerima hambatan penyesuain diri remaja
keadaan lingkungan dengan baik, panti asuhan adalah sikap pengasuh
mampu menerima hadirnya orang lain yang menurut semua informan
dalam kehidupanya, serta mampu adalah sangat keras, terlebih jika
mengikuti semua aktivitas dan pengasuh sedang marah, karena
kegiatan yang dilakukan secara membuat remaja panti asuhan
bersama-sama di lingkungan panti mengalami ketakutan. Secara
asuhan. keseluruhan ke enam remaja panti
asuhan yatim piatu muhammadiyah
3. Kemampuan mengatasi tegangan, memiliki penyesuaian diri yang
konflik, dan frustasi (kemampuan sehat.
individu untuk mengatasi Pada dasarnya remaja panti
masalah). asuhan adalah anak yang juga
Informan menyatakan bahwa memiliki cita-cita yang tinggi seperti
ketika mendapatkan masalah yang orang pada umumnya, tetapi karena
akan dilakukan adalah dengan cara keadaan kehidupanya yang akhirnya
saling meminta maaf satu sama lain, membuat mereka harus tinggal di
kemudian bercerita tentang masalah dalam panti asuhan. Namun dibalik
yang dihadapinya dengan teman- itu semua mereka memiliki semangat
teman yang lainya, menenangkan yang tinggi terhadap kehidupan
hatinya dengan cara masing-masing mereka selanjutnya agar dapat
seperti ada yang sholat dan berdoa. menjadi yang lebih baik untuk masa
Kemudian untuk cara mendatang, terlebih beberapa
menyelesaikanya adalah dengan cara diantara mereka mendapatkan
kekeluargaan seperti mencari titik rangking serta berprestasi
temu dengan kepala jernih agar dapat disekolahan masing-masing dan
menyelesaikan masalah yang merupakan suatu kebanggaan bagi
dihadapi. semua pengurus yang selalu bekerja
Dalam hal ini untuk keras demi menjunjung tinggi spirit
keseluruhanya semua informan dapat Al-Ma’un, terutama dan apalagi di
menerima keadaanya yang sekarang dalam lingkungan Muhammadiyah
dan kenyataan latar belakang yang notabenya organisasi yang
keluarganya tanpa ada rasa malu atau melopori semangat tersebut.
minder. Proses penyesuaian diri juga Saran
berjalan dengan baik ketika sedang Sebagai tindak lanjut dari
belajar menyesuaikan diri dengan penelitian ini, maka penulis
lingkungan panti asuhan selalu mengajukan saran sebagai berikut :

14
1. Bagi Remaja Panti Asuhan Daftar Pustaka
Yatim Piatu Muhammadiyah Alsa, A. (2004). Pendekatan
Dalam penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
penyesuaian diri remaja panti asuhan serta kombinasinya dalam
yatim piatu muhammadiyah ini Penelitian Psikologi.
sudah tergolong baik, tetapi perlu Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
lagi ditingkatkan rasa kepercayaan Budiman, R. 2006. Self Esteem Pada
diri, kebersamaan antar penghuni, Anak Panti Asuhan Tanah
dan keberanian diri remaja panti Putih Semarang Ditinjau Dari
asuhan agar lebih berani untuk Persepsi Terhadap Penerimaan
mengutarakan pendapat apapun Ibu Asuh. Skripsi (tidak
kepada pengasuh. diretbitkan). Semarang :
2. Bagi pihak Panti Asuhan Fakultas Psikologi Universitas
Yatim Piatu Muhammadiyah Khatolik Soegijapranata.
Bagi pihak panti asuhan Desmita, 2010. Psikologi
sudah mengasuh secara baik, seperti Perkembangan. Bandung :
dengan mengikutkan remaja panti Remaja Rosda Karya
dengan kegiatan masyarakat, tetapi Fatimah, E. 2006. Psikologi
perlu ditingkatkan mengenai Perkembangan (perkembangan
pendekatan kepada remaja panti peserta didik). Bandung :
asuhan secara lebih bersahabat lagi Pustaka Setia
agar remaja panti asuhan tidak Gerungan, WA, Social Psychology.
merasa tertekan dan merasa Bandung: PT Refika Aditama,
terkekang jika sedang ditegur oleh 2004.
pengasuh. Pihak panti juga Gunarsa, S.D. (2006). Psikologi
diharapkan juga dapat memberikan Sosial I. Bandung: Eresco.
perhatian lebih pada anak asuh tanpa Hartini, N. 2000. Deskripsi
memandang dari segi kecerdasanya. Kebutuhan Psikologi Pada Anak
Sehingga remaja panti asuhan tidak Panti Asuhan. Jurnal Dinamika
merasa memiliki batasan dengan Sosial. Volume 1. Nomor 1.
pengasuh dan agar semua penghuni Halaman 109-118.
merasakan fungsi pengsuh sama Hurlock, (2008). Psikologi
dengan orang tuanya ketika masih Perkembangan Sepanjang
berada di rumah. Rentang Kehidupan Edisi
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Kelima, Jakarta: Erlangga.
Bagi peneliti lain, sebaiknya
dapat menggali lebih dalam ___________. Alih Bahasa:
mengenai permasalahan yang ada di Istiwidayanti dan Soedjarwo.
dalam panti asuhan. Selain itu 1999. Psikologi Perkembangan:
sebaiknya peneliti lain lebih cermat Suatu Pendekatan Sepanjang
dalam memilih karakteristik subjek Rentang Kehidupan. Edisi
yang akan diteliti. Menggunakan Kelima. Jakarta: Penerbit
banyak literature dan sumber Erlangga.
referensi ketika sedang melakukan Kartini Kartono, 2002. Psikologi
analisis data yang diperoleh. Perkembangan. Jakarta : Rineka
Cipta

15
Kumalasari, F. & Latifah, N.A. Sarwono, S.W dan Meinarno E.
(2012). Hubungan antara (2009). Psikologi Sosial.
Dukungan Sosial dengan Jakarta: Salemba Humanika.
Penyesuaian Diri Remaja Di Sarlito, W.S. 2002. Psikologi sosial :
Panti Asuhan. Jurnal Psikologi individu dan teori – teori
Pitutur, 1 (1). paikologi sosial. Edisi 3.
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Jakarta : Balai Pustaka
Haditono, S.R. 2002. Psikologi Santrock, J. W. 2007. Adolescence:
Perkembangan Pengantar Perkembangan Remaja.
Dalam Berbagai Bagiannya. Jakarta: Edisi 11 Erlangga.
Yogyakarta: Gajah Mada Schneiders, A.A. (2008). Personal
University Press. Adjustment and Mental Health.
Moleong, L.J. (1995). Metodologi New York: Holtt. Renchart and
Penelitian Kualitatif. Bandung: Winston Inc.
PT. Remaja Sudrajat, T. (2008). Kurangnya
Rosdakarya. “Pengasuhan” di Panti Asuhan.
___________. (2002). “Metode [Online] Tersedia:
Penelitian Kualitatif”. http://www.kemsos.go.id
Bandung : Rosda Karya. (diakses: 24 Desember 2014,
Psikologizone. (2012). Waspada, 19:39 WIB).
Jumlah Anak Stres Semakin Walgito, B. (2003). Pengantar
Meningkat.[Online]. Tersedia: Psikologi Umum. Yogyakarta:
http://www.psikologizone.com ( Yayasan Penerbitan Fakultas
diakses: 15 Desember 2014, Psikologi UGM.
08.12 WIB).
Sahuleka, J. M. 2003. Panti Asuhan Willis, S.S. 2010. Remaja Dan
sebagai Suatu Lingkungan bagi Masalahnya : Mengupas
Perkembangan Anak. Skripsi Berbagai Bentuk Kenakalan
Sarjana. Jakarta: Fakultas Remaja Seperti Narkoba,
Psikologi Universitas Indonesia. Free Sex Dan
Pemecahannya. Bandung :
Alfabeta

16

Anda mungkin juga menyukai