Empat hal utama etika konseling (1) menjaga rahasia (2) memahami batasan kerja profeisonalme (3)
menomorsatukan klien (4)memperlakukan klien sesuai dengan potensi dan kemampuannya.
Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan Oleh Seorang konselor terhadap konseli atau kliennya adalah:
Pelanggaran Rahasia
Seorang konselor harus mampu menjaga kepercayaan yang telah diberikan Oleh konseli. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah menjaga hal-hal yang disepakati oleh konselor dan konseli sebagai suatu rahasia.
Konselor harus berusaha agar ruang rahasia ini semakin sempit sehingga permasalahan konseli dapat terselesaikan.
Dalam menjaga rahasia konseli, konselor harus mempertimbangkan:
1. Pemanfaatan dan penyampaian hasil pemeriksaan
2. Kerahasiaan data
a. Data hanya diberitahukan pada yang berwenang, yaitu konseli/klien yang bersangkutan
b. Dikomunikasikan secara lisan/tertulis dengan bijaksana
c. Pihak ketiga harus dengan persetujuan konseli/klien
d. Memberikan perlindungan dan mengutamakan kesejahteraan konseli/klien
Konselor memang wajib menjaga kerahasiaan data konseli. Akan tetapi, Berger (1982) berpendapat
bahwa ada beberapa situasi di mana kewajiban menjaga kerahasiaan harus dikesampingkan, yakni:
1. Ketika klien/konseli merupakan bahaya bagi dirinya sendiri maupun orang Iain.
2. Ketika klien/konseli terlibat dalam tindakan kriminal.
3. Ketika konselor diperintahkan Oleh pengadilan.
4. Ketika menyangkut kebaikan seorang anak korban kekerasan.
5. Ketika dibutuhkan konsultasi atau supervisi kasus.
Melampaui Batasan Kerja profesionalisme
Hubungan antara konselor dan konseli adalah hubungan profesionalisme dengan aturan yang telah ditentukan
selama proses konseling. Ada proses eksplorasi atau assessmen/, ada proses intervensi, dan ada proses pengakhiran suatu
hubungan. Kerja professional dibatasi dalam beberapa perilaku sebagai berikut.
1. Perilaku dan citra profesi
2. Hubungan profesional
3. Pelaksanaan tugas sesuai dengan batas keahlian dan kewenangan
4. Sikap profesional dan perlakuan pada klien
Klien adalah seseorang yang sedang menghadapi masalah dan merasa tidak mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri sehingga perlu bantuan dari seorang konselor. Seorang konseli menjadi
pihak yang lemah, sensitif, mudah tersinggung, dan merasa tidak berdaya. Maka, tidak etis bagi konselor
menanyakan kesanggupan kliennya untuk membayar jasa konseling. Dengan menanyakan hal ini secara
langsung, dapat mengurangi kepercayaannya kepada konselor sehingga mengganggu proses keberhasilan
konseling. Klien merasa bahwa konselor tidak tulus dan semata-mata bekerja demi mendapatkan uang. Untuk
mengantisipasi hal ini, konselor harus memiliki asisten agar tugas administrasi yang berada di luar proses
konseling merupakan tugas asisten.
1. Hak atas informed concern: klien perlu menerima informasi yang akurat dan akurat mengenai proses
terapeutik, peran, perjanjian biaya dan kontrak, pilihan penanganan alternatif, dan kualifikasi konselor.
2. Hak privasi: konselor harus membuat klien memahami tentang asas kerahasiaan dan komunikasi istimewa,
serta kapan hal itu dapat dilanggar, termasuk menjamin keamanan rekaman sesi konseling.
3. Hak perlindungan dari bahaya: selain konselor dilarang untuk melukai klien melalui kelalaian atau
penelantaran, konselor juga harus melindungi klien dari dirinya sendiri, terutama apabila klien adalah
individu dengan kecenderungan suicidal atau self-destructive.
4. Hak akan penanganan yang kompeten: klien berhak untuk mendapatkan penanganan dari konselor yang
terlatih secara profesional
2. TUJUAN ETIKA KONSELING
Etika konseling perlu ditegakkan untuk membangun kepercayaan yang tinggi antara konselor dan konseli. Konselor yang
memegang teguh etika konseling akan mampu menjadi konselor efektif dengan tingkat kepercayaan tinggi dari
konselinya. Etika konseling yang dipegang teguh Oleh seorang konselor adalah wujud dari:
Berikut ini adalah beberapa gambaran kondisi konseling dalam berbagai selling adalah sebagai
berikut.
Konseling SekoIah/Pendidikan
Konselor dalam setting sekolah atau pendidikan biasanya menangani berbagai macam permasalahan siswa yang terkait dengan
persoalan kompleks di sekolah. konselor pendidikan juga sering kali diminta memberikan masukan bagi sistem pendidikan untuk
mencari metode belajar dan mengajar yang paling tepat bagi siswa.
Konseling Pernikahan/KeIuarga
Konselor dalam setting pernikahan atau keluarga biasanya menangani berbagai masalah terkait dengan hubungan antara suami-istri
sebagai pasangan atau masalah yang lebih luas yang melibatkan keluarga sebagai sebuah sistem.
Konseling Organisasi
Konselor Organisasi memfokuskan diri pada berbagai masal ah yang terkait dengan peran individu sebagai bagian dari organisasi.
Misalnya: bagaimana jika konseli adalah pribadi yang menjadi salah satu koruptor di sebuah perusahaan.
Konseling Forensik
Konselor forensik adalah konselor yang membantu proses penyidikan sebuah kasus. Tugas konselor forensik biasanya berkaitan
dengan criminal profiling, yaitu pembuatan profil pelaku kriminal.
REFERENSI
Corey, G. 1995. Theory and prac/ice of Group Counseling
(4th ed.). Pacific Grove, CA; Brooks,'Cole.
Corey, G., Corey, M. and Callanan, P. 1993. Issues and Ethics
in Helping Professions (4th.ed.). Pacific Grove, CA:
Brooks/CoIe.
Gladding, S.T., 2000. Counseling: a Comprehensive Profession.
United States of America: Prentice- Hali, Inc.
Kotller, Jeffrey A. & Robert W. Brown, 1996. Introduclion
to Therapeutic Counseling , 3rd Edition. Pacific
Grove, Brooks/CoIe P ublishing Company.
TERIMA KASIH