Anda di halaman 1dari 14

ETIKA KONSELING

Dr. Anizar Rahayu. M.Si., Psikolog


1. ETIKA KONSELING
Etika adalah aturan atau norma yang secara alamiah mengatur prinsip-prinsip hubungan antar individu yang
berinteraksi. Etika dalam interaksi interpersonal dimaksudkan untuk memberikan kesan positif pada orang Iain dan untuk
membangun sebuah kepercayaan. Dalam proses konseling, etika konseling yang dimaksud adalah aturan atau norma yang
mengatur prinsip-prinsip hubungan antara konselor dan konseli atau klien. Etika konseling selalu lebih ditekankan pada beberapa
kondisi yang tidak boleh dilakukan oleh seorang konselor. Tuiuan pemberlakuan etika adalah agar hubungan konselor dan konseli
menjadi harmonis sehingga kepercayaan hubungan antara konselor dan konseli dapat dijaga.

Empat hal utama etika konseling (1) menjaga rahasia (2) memahami batasan kerja profeisonalme (3)
menomorsatukan klien (4)memperlakukan klien sesuai dengan potensi dan kemampuannya.

Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan Oleh Seorang konselor terhadap konseli atau kliennya adalah:
Pelanggaran Rahasia

Seorang konselor harus mampu menjaga kepercayaan yang telah diberikan Oleh konseli. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah menjaga hal-hal yang disepakati oleh konselor dan konseli sebagai suatu rahasia.
Konselor harus berusaha agar ruang rahasia ini semakin sempit sehingga permasalahan konseli dapat terselesaikan.
Dalam menjaga rahasia konseli, konselor harus mempertimbangkan:
1. Pemanfaatan dan penyampaian hasil pemeriksaan
2. Kerahasiaan data
a. Data hanya diberitahukan pada yang berwenang, yaitu konseli/klien yang bersangkutan
b. Dikomunikasikan secara lisan/tertulis dengan bijaksana
c. Pihak ketiga harus dengan persetujuan konseli/klien
d. Memberikan perlindungan dan mengutamakan kesejahteraan konseli/klien
Konselor memang wajib menjaga kerahasiaan data konseli. Akan tetapi, Berger (1982) berpendapat
bahwa ada beberapa situasi di mana kewajiban menjaga kerahasiaan harus dikesampingkan, yakni:
1. Ketika klien/konseli merupakan bahaya bagi dirinya sendiri maupun orang Iain.
2. Ketika klien/konseli terlibat dalam tindakan kriminal.
3. Ketika konselor diperintahkan Oleh pengadilan.
4. Ketika menyangkut kebaikan seorang anak korban kekerasan.
5. Ketika dibutuhkan konsultasi atau supervisi kasus.
Melampaui Batasan Kerja profesionalisme
Hubungan antara konselor dan konseli adalah hubungan profesionalisme dengan aturan yang telah ditentukan
selama proses konseling. Ada proses eksplorasi atau assessmen/, ada proses intervensi, dan ada proses pengakhiran suatu
hubungan. Kerja professional dibatasi dalam beberapa perilaku sebagai berikut.
1. Perilaku dan citra profesi
2. Hubungan profesional
3. Pelaksanaan tugas sesuai dengan batas keahlian dan kewenangan
4. Sikap profesional dan perlakuan pada klien

Melalaikan atau Menelantarkan


Seorang konselor tidak diperbolehkan menghancurkan kepercayaan konselinya. Menghancurkan kepercayaan
antara lain adalah melalaikan janji atau komitmen yang telah disepakati. Jika seorang konselor akan membatalkan janji, maka ia
harus memberitahukan maksimal 24 jam sebelumnya kepada konselinya. Selain membatalkan janji, perbuatan konselor yang
memojokkan atau menyalahkan klien atau konseli selama proses konseling juga dapat dimasukkan dalam kategori melalaikan atau
menelantarkan.

Menuntut Sesuatu di Luar Batas Kemampuan Klien


Setiap individu termasuk konseli pasti memiliki kelebihan dan keterbatasan baik secara materi maupun nonmateri.
Seorang konselor sangat tidak etis jika memaksakan suatu kesepakatan yang menyangkut keterbatasan konseli sehingga konseli
mengalami kesulitan untuk melaksanakan kesepakatan.
Memaksakan Nilai-NiIai kepada Klien
Setiap individu tumbuh dan berkembang dengan nilai- nilai yang diyakini kebenarannya secara
individual. Oleh karena itu, seorang konselor harus menempatkan dirinya pada posisi netral sehingga konseli
akan berusaha menyelesaikan persoalannya dengan didasarkan pada nilai- nilai individualnya.

Membuat Klien Tergantung


Hubungan antara konselor dan konseli yang efektif dapat dilihat dari menurunnya kuantitas dan
kualitas pertemuan seiring dengan keberhasilan proses konseling. Penurunan kualitas dan kuantitas pertemuan
ini menunjukkan bahwa konseli telah berkembang menjadi pribadi yang mandiri dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan yang dihadapi. Jika kuantitas dan kualitas interaksi antara konselor dan konseli terus-
menerus mengalami peningkatan maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi ketergantungan konseli terhadap
konselornya, dan hal ini adalah pelanggaran etika.

Melakukan Aktivitas Seksual dengan Klien


Proses konseling melibatkan hubungan yang intensif dan serius antara konselor dan konseli yang
terjadi dalam ruang tertutup sehingga memungkinkan munculnya aktivitas yang mengarah pada pelecehan
secura seksual, karena konseli berada pada kondisi yang pasrah untuk mendapatkan bantuan pemecahan
masalah dari konselor. Oleh karena itu, konselor perlu membatasi diri dengan memegang teguh profesionalitas
selama menjalankan kegiatan konseling.
Menanyakan Kesanggupan Membayar

Klien adalah seseorang yang sedang menghadapi masalah dan merasa tidak mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri sehingga perlu bantuan dari seorang konselor. Seorang konseli menjadi
pihak yang lemah, sensitif, mudah tersinggung, dan merasa tidak berdaya. Maka, tidak etis bagi konselor
menanyakan kesanggupan kliennya untuk membayar jasa konseling. Dengan menanyakan hal ini secara
langsung, dapat mengurangi kepercayaannya kepada konselor sehingga mengganggu proses keberhasilan
konseling. Klien merasa bahwa konselor tidak tulus dan semata-mata bekerja demi mendapatkan uang. Untuk
mengantisipasi hal ini, konselor harus memiliki asisten agar tugas administrasi yang berada di luar proses
konseling merupakan tugas asisten.

Mengiklankan Diri/Memasang Iklan untuk Membesarkan Diri

Kepercayaan merupakan media yang efektif dalam membantu menyelesaikan permasalahan


konseli. Menjaga kepercayaan merupakan tugas utama konselor yang dilandasi dengan ketulusan. Oleh karena
itu, tidaklah etis jika sesuatu yang baik dicampuri dengan sesuatu yang kurang tepat seperti mempromosikan
diri sendiri. Untuk mengantisipasinya, biarlah tugas promosi dipegang Oleh seorang marketing
Perlu pula mempertimbangkan hak-hak klien yang harus dilindungi, yakni sebagai berikut.:

1. Hak atas informed concern: klien perlu menerima informasi yang akurat dan akurat mengenai proses
terapeutik, peran, perjanjian biaya dan kontrak, pilihan penanganan alternatif, dan kualifikasi konselor.

2. Hak privasi: konselor harus membuat klien memahami tentang asas kerahasiaan dan komunikasi istimewa,
serta kapan hal itu dapat dilanggar, termasuk menjamin keamanan rekaman sesi konseling.

3. Hak perlindungan dari bahaya: selain konselor dilarang untuk melukai klien melalui kelalaian atau
penelantaran, konselor juga harus melindungi klien dari dirinya sendiri, terutama apabila klien adalah
individu dengan kecenderungan suicidal atau self-destructive.

4. Hak akan penanganan yang kompeten: klien berhak untuk mendapatkan penanganan dari konselor yang
terlatih secara profesional
2. TUJUAN ETIKA KONSELING
Etika konseling perlu ditegakkan untuk membangun kepercayaan yang tinggi antara konselor dan konseli. Konselor yang
memegang teguh etika konseling akan mampu menjadi konselor efektif dengan tingkat kepercayaan tinggi dari
konselinya. Etika konseling yang dipegang teguh Oleh seorang konselor adalah wujud dari:

1. Rasa tanggung jawab konselor kepada konseli


2. Kompetensi,
3. Objektivitas,
4. Kejuiuran dalam menerapkan kemampuan profesional
5. Menyadari konsekuensi tindakannya
6. Menomorsatukan klien

Etika konseling adalah jembatan kepercayaan konseli terhadap Konselor


3. KETERBATASANETIKA KONSELING
Etika konseling pada dasarnya memberikan pedoman mengenai apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
konselor dan konseli selama proses konseling berlangsung. Etika konseling menggambarkan kondisi ideal yang
diharapkan dari sebuah proses konseling. Oleh karena itu, etika konseling pun pada akhirnya tidak mudah untuk
dijaga dan dipertahankan gelama proseg konseling.

Beberapa keterbatasan etika konseling, yaitu sebagai berikut,


1. Etika konseling tidak bersifat 2. Etika konseling tidak bersifat 3. Aturan dalam etika konseling
roaktif bebas budaya terkadang kontradiktif
dengan hukum negara.

Etika konseling dijabarkan Etika konseling merupakan panduan


Konseling adalah sebuah
dalam kode etik Konseling umum yang disusun berdasarkan
yang bersifat formal mengikat kesepakatan bersama dalam profesi
profesi yang bertujuan untuk
bagi profesi konseling. konseling dan telah disesuaikan dengan membantu orang lain
hukum negaradi mana etika tersebut agarberkembang dan berfungsi
berlaku. secara optimal
4. PENERAPAN ETIKA KONSELING
Proses konseling bukanlah sebuah kegiatan yang dapat diterapkan semudah apa yang selama ini
disampaikan. Apalagi jika permasalahan konseli terkait dengan lingkungan yang melibatkan
banyak pihak. Sering kali konselor harus sangat berhati•hati dalam menjaga kerahasiaan konseli.
Di antara beberapa kondisi ambigu, konselor diharuskan bersentuhan dengan hukum.

Berikut ini adalah beberapa gambaran kondisi konseling dalam berbagai selling adalah sebagai
berikut.
Konseling SekoIah/Pendidikan
Konselor dalam setting sekolah atau pendidikan biasanya menangani berbagai macam permasalahan siswa yang terkait dengan
persoalan kompleks di sekolah. konselor pendidikan juga sering kali diminta memberikan masukan bagi sistem pendidikan untuk
mencari metode belajar dan mengajar yang paling tepat bagi siswa.

Konseling Pernikahan/KeIuarga
Konselor dalam setting pernikahan atau keluarga biasanya menangani berbagai masalah terkait dengan hubungan antara suami-istri
sebagai pasangan atau masalah yang lebih luas yang melibatkan keluarga sebagai sebuah sistem.

Konseling Organisasi
Konselor Organisasi memfokuskan diri pada berbagai masal ah yang terkait dengan peran individu sebagai bagian dari organisasi.
Misalnya: bagaimana jika konseli adalah pribadi yang menjadi salah satu koruptor di sebuah perusahaan.

Konseling Forensik
Konselor forensik adalah konselor yang membantu proses penyidikan sebuah kasus. Tugas konselor forensik biasanya berkaitan
dengan criminal profiling, yaitu pembuatan profil pelaku kriminal.
REFERENSI
Corey, G. 1995. Theory and prac/ice of Group Counseling
(4th ed.). Pacific Grove, CA; Brooks,'Cole.
Corey, G., Corey, M. and Callanan, P. 1993. Issues and Ethics
in Helping Professions (4th.ed.). Pacific Grove, CA:
Brooks/CoIe.
Gladding, S.T., 2000. Counseling: a Comprehensive Profession.
United States of America: Prentice- Hali, Inc.
Kotller, Jeffrey A. & Robert W. Brown, 1996. Introduclion
to Therapeutic Counseling , 3rd Edition. Pacific
Grove, Brooks/CoIe P ublishing Company.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai