Anda di halaman 1dari 4

RUANG KOLABORASI

TOPIK 1 – ETIKA DAN PROFESIONALISME GURU BK


KELOMPOK SMAN 1 MALANG

Anggota Kelompok:
1. Amelia Wahyuning Putri, S.Pd / NIM.233112712648
2. Bilgis Bayuti A.M, S.Pd / NIM.233112712561
3. Dewi Indah Dahlia, S.Pd/ NIM.233112712230
4. Femin Mahatma, S.Sos/ NIM.233112712575
5. Humaira Dwi Setiyowati, S.Pd/ NIM.233112712061
6. Ratna Afiah Awwalu Rohmah, S.Pd / NIM.233112711960

Video 1: Bullying Mahasiswa Berkebutuhan Khusus di Gunadarma


Dari video yang disiarkan oleh Berita Satu, berisi tentang kekerasan yang terjadi di
Universitas Gunadarma Depok. Dari video yang beredar digambarkan bahwa ada sekelompok
mahasiswa sedang melakukan perundungan terhadap salah satu mahasiswa berkebutuhan
khusus. Karena merasa jengkel, korban melempar tempat sampah kepada mahasiswa yang
merundungnya. Ironisnya, di tempat kejadian ada banyak mahasiswa yang menyaksikan
kejadian akan tetapi mereka hanya menonton tanpa melakukan sesuatu seperti menolong
korban, melerai atau melaporkan ke pihak yang berwajib.
Jika dilihat dari perspektif Kode Etik Mahasiswa Universitas Negeri Malang
khususnya, perilaku perundungan tidaklah dibenarkan dan tidak mencerminkan sebagai
seorang mahasiswa, terlebih korban merupakan mahasiswa berkebutuhan khusus. Disebutkan
dalam Peraturan Rektor Universitas Negeri Malang No. 26 Tahun 2018 tetang Kode Etik
Mahasiswa Universitas Negeri Malang pada Bab 3 Pasal 8 bahwa,
“Mahasiswa memiliki etika yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dalam berinteraksi
tanpa diskriminasi terhadap agama, ras, latar belakang sosial, dan ekonomi”.
Dan Bab 3 Pasal 11, “Mahasiswa menghindari diri dari tindakan perundungan, kekerasan fisik,
kekerasan psikis, kejahatan seksual, dan/ atau kejahatan lainnya terhadap sesama mahasiswa”.
Dapat diambil kesimpulan bahwa, perilaku perundungan baik itu pelaku perundungan
maupun penonton yang melihat kejadian secara langsung dan tidak segera mengambil tindakan
seperti menolong, melerai ataupun melaporkan kepada pihak yang berwajib, maka tidaklah
dibenarkan dan dapat dikatakan bahwa mereka telah melanggar kode etik sebagai seorang
mahasiswa yang di mana mereka memiliki kewajiban untuk mematuhi dan menjaga ketertiban
kampus serta menjunjung tinggi integritas akademik yang mencakup kejujuran, kebenaran,
keadilan, dan rasa bertanggung jawab dalam lingkungan kampus khususnya, dan dalam
lingkungan kehidupan bermasyarakat umumnya.
Video 2: Buntut Perundungan Murid, 4 Guru SMA di Bengkulu Terancam Dicopot!
Dari video yang telah disiarkan oleh Kompas TV, berisi berita tentang perundungan
yang dilakukan oleh empat guru dan beberapa murid kepada murid yang ada di salah satu SMA
di Bengkulu. Akhirnya pihak sekolah melakukan pertemuan yang dilakukan oleh orangtua
murid yang diduga menjadi korban perundungan dengan para guru yang diduga terlibat kasus
ini. Salah satu orang tua tampak emosional menumpahkan keluh kesah karena anaknya diduga
dibully oleh 4 guru dan sejumlah murid yang tak lain adalah teman korban sendiri. Apalagi
anaknya yang berinisial K menderita penyakit autoimun dan diduga kembali kambuh karena
mendapat perlakuan tak menyenangkan selama duduk di sekolah menengah atas ini. Pihak
sekolah membenarkan kejadian itu dan mengaku sudah memediasi kasus ini. Meski begitu
pihak pemerintah Provinsi Bengkulu akan memberikan sanksi tegas terhadap 4 guru yang
terlibat dengan memindahkan mereka ke sekolah lain. Namun mereka juga terancam akan
dicopot karena dinilai melenceng dari etika seorang tenaga pendidik. Sanksi tegas yang
diberikan diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak agar peristiwa semacam ini
tak terulang kembali.
Bullying termasuk pada pelanggaran HAM yang berat. Bullying sangat merugikan
orang lain atau korban. Jika dilihat dari perspektif kode etik guru Indonesia, bullying yang
dilakukan oleh guru kepada siswa merupakan salah satu pelanggaran kode etik guru Indonesia,
seperti tidak memeliharan hubungan professional antara guru, siswa, orang tua dan
Masyarakat, tidak menciptakan suasana sekolah yang mendukung dan memelihara hubungan
antara orang tua, guru dan siswa, menciptakan dan memelihara lingkungan sekolah secara
positif.
Dapat disimpulkan bahwa guru yang telah melakukan bully atau perundungan pada
siswa termasuk kategori pelanggaran yang berat, pelanggaran HAM berat dan pelanggaran
kode etik guru Indonesia. Tidak seharusnya seorang guru melakukan bully kepada siswa karena
seharusnya guru harus menciptakan lingkungan yang positif untuk mendukung perkembangan
siswa. Sanksi yang diberikan oleh pihak provinsi Bengkulu sudah tegas namun harapannya
sanksi tersebut dapat diimplementasikan sebagai Tindakan tegas atas pelanggaran yang
dilakukan oleh guru.

Video 3: Etika Mahasiswa Didalam Kelas Perkuliahan


Dari video yang dipaparkan oleh Ayo Media Indonesia tentang etika mahasiswa di
dalam kelas perkuliahan, dijelaskan bahwa terdapat beberapa aturan yang dapat dilakukan dan
diterapkan oleh setiap mahasiswa baik pada saat sebelum perkuliahan berlangsung maupun
pada saat proses perkuliahan berlangsung. Adapun etika mahasiswa di dalam kelas antara lain
sebagai berikut : datang minimal 5 menit sebelum jadwal perkuliahan dimulai, ketika sedang
dilakukan presentasi, usahakan setiap mahasiswa memperhatikan dan tidak mengganggu,
membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan, membuat kesepakatan antara
mahasiswa dengan dosen pengajar mengenai penggunaan gadget, menghindari pemakaian
gadget untuk kepentingan diluar akademis saat jam perkuliahan, usahakan gadget dalam mode
diam atau hening selama kelas berlangsung, menggunakan bahasa yang sopan, baik dan formal
kepada dosen selama perkuliahan berlangsung, hindari mengobrol atau berdiskusi saat dosen
sedang menjelaskan materi di depan kelas, usahakan tidak memotong pada saat dosen
menjelaskan, mengangkat tangan terlebih dahulu sebagai bentuk izin untuk mengajukan
pertanyaan, mengajukan pertanyaan dengan singkat padat dan jelas, jika ingin keluar kelas
pada saat jam perkuliahan atau saat dosen sedang memaparkan materi, angkat tangan sebagai
bentuk izin untuk keluar kelas, usahakan tidak meminta izin pada saat dosen memaparkan
materi dan usahakan tidak keluar kelas lebih dari 10 menit.
Dapat disimpulkan dari video tersebut adalah pentingnya menjaga etika ketika berada
di dalam kelas atau pada saat jam perkuliahan berlangsung bagi mahasiswa. Karena dengan
memiliki etika atau aturan yang ada, maka proses perkuliahan akan berjalan dengan efektif dan
menciptakan suasana yang kondusif.

Video 4: Guru yang Beretika dan Tidak Beretika


Dari video yang dipaparkan oleh mahasiswa semester 2 Program Studi Pendidikan
Guru SD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cokroaminoto Palopo
2023/2024 mengenai guru yang memiliki etika dan tidak memiliki etika. Bahwasannya etika
guru memiliki dampak yang signifikan kepada peserta didik. guru yang beretika merupakan
guru yang menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan yang berlaku, dengan mengikuti
pronsip-pronsip moral dan etika seorang guru profesional. Mereka memegang teguh nilai-nilai
integritas, kejujuran, rasa hormat, tanggung jawab dan profesionalisme guru. Selain itu,
seorang guru yang memiliki etika juga mampu bersikap adil, menghargai perbedaan,
menghormati privasi peserta didik dan menjaga batasan dalam hubungan mereka dengan
peserta didik, wali murid dan rekan kerja.
Selanjutnya, guru yang tidak memiliki etika merupakan guru yang melanggar prinsip-
prinsip moral dan etika dalam menjalankan pekerjaannya. Mereka mungkin ikut terlibat dalam
tindakan tidak etis seperti melindungi kekerasan, plagiarism, penipuan dalam penghakiman
atau pelanggaran privasi peserta didik. Mereka juga mungkin tidak menjaga profesionalisme
seorang guru dalam menjalin hubungan dengan peserta didik, wali murid dan rekan kerja.
Seperti yang telah ditayangkan dalam video, bahwasannya guru tidak menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi, tidak memberikan arahan atau penjelasan mengenai materi
pembelajaran, hanya serta merta dalam memberikan tugas kepada peserta didik. Sehingga hal
tersebut berdampak pada hasil belajar peserta didik yang kurang maksimal dan peserta didik
memiliki padangan negative kepada guru tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa, tidak semua sempurna dan mungkin terjadi kesalahan.
Namun, penting bagi guru untuk senantasa berusaha dalam memperbaiki diri, belajar dari
kesalahan dan terus meningkatkan praktik mengajar agar tetap beretika dalam menjalankan
tugasnya dalam mendidik. Karena guru merupakan telada bagi peserta didik, sehingga guru
yang baik akan membentuk karakter baik pula pada generasi penerus bangsa.

Anda mungkin juga menyukai