Anda di halaman 1dari 23

Masalah Normal,

Abnormal & Patologi


Sudut pandang untuk
penilaian normalitas

 kasus 1: R remaja kelas 2


SMA,
 tidak mau tahu apa yg terjadi
di luar kamar tidurnya
 tiap pulang sekolah R masuk
kamar, dan hanya keluar untuk
makan atau keperluan
pribadinya,
 tidak mau mengantar adiknya
ke dokter, tidak peduli
apakah ada tamu atau keluarga
yg datang berkunjung
 Kasus 2: M, mahasiswa
 sudah belajar intensif
 mengeluh nilai tidak
memuaskan
 teman yg menyontek
dapat nilai bagus
 Lebih baik menyontek
saja karena sudah umum?
 Kasus 3 mahasiswa G,
 Bemetaran menghadapi
teman yg sering
mengejeknya
 Berusaha melawan
perasaan tak aman dan
cemas itu
 Namun belum berhasil
 G sering menyendiri dan
tidak mempunyai teman
 Kasus 4 Ibu H merasa
sejak dia hamil anak ke
3, ia dapat merasakan apa
yg terjadi di masa depan
 hanya dg melihat wajah
orang, H tahu orang itu
baik atau jahat.
 menganggu ketenangannya.
 ia mengaku bahwa kemampuan
sp itu juga dimiliki ibunya
sebelum meninggal
 ibunya masih ada hubungan
dg kiai sakti dari Cirebon
Pertanyaan yg
diajukan pd psikolog
klinis

 ‘Apakah R, M, G, dan H
normal atau abnormal?’
 ‘Apakah mereka sakit
jiwa?’
 ‘Apakah ada kelainan pada
mereka?’
 ‘Adakah sesuatu yg
patologis pd mereka?’
 ‘Ataukah mereka sekedar
aneh?’
Kecenderungan untuk
mengelompokkan normal
& abnormal, patologis

 Abnormal = tidak normal,


menyimpang dari standar yg
bisa di atas normal atau di
bawah normal
 Patologis: keadaan sakit,
tidak sehat, tinjauan dari
sudut pandang medis
 Abnormal tidak selalu
patologis,
misal IQ (WB) 120: abnormal
yg tidak patologis
2 pendekatan:
kuantitatif &
kualitatif

 Pendekatan kuantitatif:
 Didasarkan atas sering atau

tidaknya sesuatu terjadi,


 diperkirakan secara subyektif

mengikuti pemikiran awam


 perkiraan dilakukan secara

teliti dan menghasilkan angka


rata-rata
 Pendekatan kualitatif:
 Menegakkan pedoman normatif atas

observasi empirik pada tipe-tipe


ideal
 Wanita melahirkan anak I pd

usia < 25 th
 Pria menikah jika sudah punya

penghasilan
Kasus R dan M

 kasus R,
 perilaku R yg kelas 2 SMA tidak

sesuai dg apa yg ideal menurut


ibunya
 Remaja yg berperilaku demikian

cukup banyak
 Jika prestasi sekolah dan

hubungan antar manusia (selain


di rumah) tidak ada hal yg
mengganggu
 Kasus R secara kuantitatif
dianggqap normal meski tidak
ideal.
 Kasus M,
 Perilak menyontek: meyimpang

dalam arti ‘patologis’ walau


diperkirakan banyak terjadi
 Kasus G:
 contoh dari kurangnya integrasi
atau pengendalian atas keadaan
faal dari subyek tsb.
 Selama keadaan masih dapat
diatasi dan tidak mengganggu,
maka masih dianggap normal meski
tidak ideal
 Kasus H:
 Contoh tentang peran faktor
sosiokultural dalam mempelajari
masalah subyek.
Normal (Stern (1964)

 4 aspek untuk menilai normal


atau tidaknya seseorang:
 daya integrasi

 ada atau tidaknya simtom

atau gejala gangguan


 kriteria psikoanalisis

 determinan sosio-kultural
daya integrasi

 fungsi ego dalam


mempersatukan,
mengkoordinaasi kegiatan
ego ke dalam maupun ke
luar diri
 makin terkoordinasi dan
terintegrasi suatu
perilaku atau pemikiran,
makin baik
ada tidaknya
simtom gangguan

 = pendekatan medis
 Kesulitan: pd kasus
tertentu, mis. gangguan
kepribadian, simtomnya
sering tidak jelas &
subyek tidak punya
keluhan
kriteria
psikoanalisis

 tingkat kesadaran:
 makin tinggi tingkat kesadaran,

makin baik/sehat jiwanya


 jika terlalu banyak dikuasai

oleh alam tidak sadar, sso


kurang sehat jiwanya
 jalannya perkembangan psikoseksual
 berhubungan erat dg perkembangan

fisik dan perkembangan libido


 Perkembangan yg optimal: anak

tidak terlalu banyak mengalami


frustrasi, & tidak terlalu
berlebihan dalam mendapatkan
kepuasan
 -- akan lebih menjamin
kesehatan jiwa anak di masa
dewasanya.
determinan sosio-
kultural

 Lingkungan: mempunyai peranan


besar dalam penilaian suatu
gejala sbg normal atau tidak
 Halusinasi:
 pd suku Indian di Amerika dianggap
normal bahkan dianggap suci
 Psikiatri” gejala patologis
 hysterical reaction:
 pd suku Indian dianggap sbg
peristiwa yg suci
 psikiatri: gejala neurotik
 kesurupan: tidak selalu bisa
sama dg depersonalisasi –nya
kasus psikotis
Ada hubungan antara jenis neurosis dg
keadaan sosial-ekonomi masyarakat
 tingkatan sosial-ekonomi yg
tinggi:>>> banyak psikoneurosis
verbal
 pada tingkatan sosial-ekonomi rendah
>>> banyak neurosis fisik.
Ada hubungan antara zaman, Zeitgeist
dg macam gangguan.
Stern (1964):
 abad 20 hysteria di Eropa jarang
terjadi, yg sering terlihat adalah
personality disorder.
 abad 19 gangguan hysteria sangat
banyak terjadi.
Normal menurut Ulmann
dan Krasner (1980)

 tingkahlaku manusia tidak


dapat dilihat secara
dikotomis sbg normal atau
abnormal, tapi
 dilihat dalam hubungannya dg
suatu prinsip: tingkahlaku
merupakan hasil dari keadaan
masa lalu dan masa kini
definisi legal

 ada definisi legal, selain


definisi statistik, medis,
psikoanalisis, dan
sosiokultural thd abnormalitas
 definisi legal menghubungkan
tingkahlaku manusia dg
kompetensi, tanggungjawab atas
perbuatan kriminal serta
komitmen
 Digunakan untuk menentukan
apakah sso sudah harus
dimasukkan ke rumah sakit
jiwa, penjara, isntitusi
khusus atau tidak
 kompeten: mempunyai kemampuan
yg memungkinkan untuk
melakukan kegiatan, sp
menandatangani kontrak,
memilih, dsb
 criminal responsibility:
 hubungan antara penyakit dg
tanggungjawab atas
perbuatan kriminal
 Melakukan tindakan kriminal
dalam keadaan sadar & memiliki
IQ normal, meski sakit flu,
secara hukum dianggaap
bertanggungjawab atas perbuatan
kriminalnya
 Commitment, mengacu pd penentuan
kapan sso harus diamankan ke dalam
rumah sakit jiwa atau ke tempat
perawatan khusus
 definisi operasional:
 Secara implisit terungkap bahwa

jika individu menunjukkan suatu:


 tingkahlaku yg berbeda,

 tidak mengikuti aturan yg

berlaku,
 tidak pantas,mengganggu &

 tidak dapat dimengerti dg

kriteria yg biasa
 -- tingkahlaku itu dianggap
abnormal
Normal Menurut
Gladstone (1978)

 7 aspek yg merupakan
tingkahlaku penyesuaian diri
(adaptability), yi:
 ketegangan,
 suasana hati,
 pemikiran,
 kegiatan (aktivitas),
 organisasi diri,
 hubungan antarmanusia,
 keadaan fisik
Kriteria tingkahlaku
yg dijadikan pegangan
penilaian ‘normal’ –
nya penyesuaian

 5 tingkatan:
 penyesuaian diri yg normal,
 penyesuaian ‘darurat’
 penyesuaian neurotik (neurotic
coping style),
 kepribadian atau karakter neurotik
 gangguan berat
 masing-masing dapat diberi skor
antara 10 - 50
Kesimpulan

 untuk penilaian tingkahlaku


normal, abnormal, atau sakit:
kriteria kuantitatif, atau
kualitatif
 ada bbrp aspek yg dapat
diperhatikan untuk penilaian
ini sbg mana dikemukakan oleh
Stern, Gladstone, dan Ulmann
& Krasner,
 penilaian normal-abnormal itu
tidak dapat menyeluruh

Anda mungkin juga menyukai