PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
awam atau produsen, dan upaya promosi serta pendampingan praktik keamanan
Berbeda dengan racun, bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan yang
makanan. Penggunaan BTP itu bisa memiliki nilai gizi, tetapi bisa pula tidak.
tambahan pangan (BTP) menjelaskan bahwa BTP adalah bahan yang biasanya
tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas
makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
(Rahman, 2018).
Kesehatan RI Nomor 033 Tahun 2012. Sampai dengan saat ini banyak
penyalahgunaan dalam BTP, misalnya zat pewarna tekstil dan kulit dipakai untuk
B. Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu: Untuk menentukan golongan obat bahan
khusus, dan mengenali jenis obat golongan bahan tambahan pangan dari sampel
C. Prinsip percobaan
Adapun prinsip percobaan ini adalah analisis senyawa obat tambahan pangan
A. Teori umum
Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen,
spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain,
analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu
analit yang dituju dalam suatu sampel (Cartika, 2016).
Kimia analisis adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang cara-
cara mengenal (identifikasi) dan penetapan kadar suatu zat. Analisa kualitatif
menentukan ada atau tidaknya sebuah senyawa, tapi tidak massa atau
kosentrasinya. Analisa kualitatif tidak menghitung jumlah (Supandi,2019).
Pangan memiliki beberapa parameter kualitas yang meliputi kualitas kimia,
fisik, mikrobilogi dan organoleptik. Analisis pada bahan dan produk pangan dapat
berupa analisis nutrisi, analisis fisik, mikrobiologi, kontaminan dan bahan
tambahan pangan. Nutrisi pangan merupakan suatu parameter kualitas komponen
kimia yang penting pada bahan dan produk pangan (Atma, 2018).
Kualitas pangan dapat ditinjau dari aspek mikrobiologis, fisik (warna, bau,rasa
dan tekstur) dan kandungan gizinya. Pangan yang tersedia secara alamiah tidak
selalu bebas dari senyawa yang tidak diperlukan oleh tubuh, bahkan dapat
mengandung senyawa yang merugikan kesehatan orang yang mengkonsumsinya
(Haliva Lesbassa. 2018)
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan dinyatakan
bahwa pemerintah berkewajiban untuk menjamin terwujudnya penyelenggaraan
keamanan pangan yang salah satunya dilaksanakan melalui pengaturan
penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) untuk menjaga pangan yang
dikonsumsi masyarakat tetap aman dan higienis. Menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 28 tahun 2004, yang dimaksud bahan tambahan pangan (BTP) adalah
bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pangan atau produk makanan (Wahyudi, 2017)
Berdasarkan Permenkes Nomor 033 Tahun 2012, BTP dibedakan menjadi
BTP yang diizinkan dan BTP yang dilarang/berbahaya untuk digunakan. Untuk
BTP yang diizinkan, penggunaannya harus diberikan dalam batasan dimana
konsumen tidak menjadi keracunan dengan mengkonsumsi tambahan zat tersebut
yang dikenal dengan istilah ambang penggunaan. Sementara untuk kategori BTP
yang dilarang, penggunaan dengan dosis sekecil apapun tetap tidak diperbolehkan
(Wahyudi, 2017).
Zat aditif atau bahan tambahan pangan (BPT) didefenisikan sebagai bahan
yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu proses pengolahan makanan untuk
meningkatkan mutu, sifat atau bentuk pangan (Permenkes RI No
329/Menkes/PER/ XII / 76 dalam Amalia, Rizky 2016)Maka dapat disimpulkan
zat aditif adalah bahan tambahan pada pangan yang ditambahkan baik dalam
pemrosesan, pengolahan, pengemasan, atau penyimpanan makanan untuk
meningkatkan mutu, sifat, atau bentuk pangan (Asnur, 2021).
Dari jenisnya zat aditif terbagi 2 macam, yaitu; 1. Zat aditif alami zat
tambahan makanan yang diperoleh dari alam tanpa dibuat terlebih dahulu, zat
aditif alami ini mudah didapat dan aman digunakan meski dalam jumlah yang
besar. 2. Zat aditif buatan adalah zat yang diperoleh dengan cara buatan baik
secara laboratorium ataupun industri atau pabrik dari bahan-bahan kimia yang
sifatnya hampir sama dengan bahan alami yang sejenis (Asnur, 2021).
Peraturan Menteri Kesehatan No.772/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan
tambahan. pangan (BTP) menjelaskan bahwa BTP adalah bahan yang biasanya
tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas
makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja
ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,
pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan.
Sedangkan tujuan penggunaan BTP adalah dapat meningkatkan atau
mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan
lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan (Rahman
2018).
Secara umum BTP dapat dibagi menjadi dua golongan besar. Pertama, BTP
yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan, dengan mengetahui
komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat mempertahankan
kesegaran, cita rasa, dan membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet,
pewarna, dan pengeras. tidak Kedua, BTP yang sengaja ditambahkan, yaitu bahan
yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak
sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama
proses produksi, pengolahan, dan pengemasan (Rahman,2018).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722
Menkes/Per/IX/88 terhadap bahan tambahan makanan, bahan tambahan makanan
terdiri dari dua golongan, yaitu bahan tambahan pangan yang diizinkan dan bahan
tambahan pangan yang dilarang (Listina, 2021).
Bahan tambahan pangan yang diizinkan: a). Pengawet, yaitu bahan tambahan
makanan yang dapat mencegah atau menghambat tumbuhnya bakteri, sehingga
tidak terjadi pembusukan, serta pengasaman yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroba.b). Pewarna, yaitu bahan tambahan makanan yang digunakan untuk
memperbaiki atau memberi warna pada makanan. dan minuman. c). Pemanis,
yaitu bahan tambahan makanan yang dapat memberikan rasa manis atau dapat
membantu mempertajam penerimaan lidah terhadap rasa manis. d). Penyedap
rasa, aroma serta penguat rasa, yaitu bahan tambahan makanan yang dapat
memberikan, menambah, mempertegas rasa, dan aroma pada makanan. e).
Antioksidan, yaitu bahan tambahan makanan yang berfungsi mencegah atau
menghambat proses oksidasi akibat lemak sehingga mencegah agar makanan tidak
tengik. f). Anti kempal, yaitu bahan tambahan makanan yang dapat mencegah
menggumpalnya makanan yang berupa serbuk atau bubuk.. g). Pengatur
keasaman, yaitu bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan,
menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman pada makanan. h). Pemutih
tepung, yaitu bahan tambahan makanan yang dapat mempercepat proses
pemutihan tepung. i). Pengemulsi, pemantas, dan pengental adalah bahan
tambahan makanan yang membantu terbentuknya dan memantapkan sistem
dispersi yang homogen pada makanan. j). Pengeras adalah bahan tambahan
makanan yang digunakan untuk mengeraskan atau mencegah melunaknya
makanan (Listina, 2021).
Bahan tambahan makanan yang dilarang dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.722 Menkes/Kep/X/1999 adalah: Natrium tetra borat
(Boraks); Formalin (Formaldehida); Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated
Vegetable Minyak); Kloramfenikol (Klorampenikol); Kalium klorat (Kalium
Klorat); Dietilpirokarbonat (Dietthylpyrocabonate, DEPC); g) Nitrofurazon
(Nitrofurazon); h) Asam salsilat dan garamnya (Salicyl Acid dan Salt) (Listina,
2021).
B. Uraian Bahan
RM/BM : H2O/18,02
Rumus struktur :
Rumus struktur :
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; bauh khas,
Rumus struktur :
Pemerian : Cairan; tidak berwarna; berasap, bau merangsang.
hilang
penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
Rumus struktur :
menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam Wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
RM/BM : BaCl2/-
Rumus struktur :
Pemerian : Hablur; tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air
Penyimpanan : Dalam Wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
6. Besi (III) Klorida (Dirjen POM edisi III, 1979, Hal: 659)
Rumus Struktur :
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; hitam kehijauan, bebas
jingga.
minyak menguap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya;
Rumus Struktur :
RM/BM : NaOH/40,00
Rumus struktur :
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)
RM/BM : NaNO2/-
Rumus struktur :
kekuningan; merapuh
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam
etanol (95%) P.
BAB III
METODOLOGI KERJA
1. Alat
pengaduk, corong kaca, corong pisah, cawan porselin, erlenmeyer, gelas ukur,
gelas kimia, kertas saring, oven, pipet tetes, statif dan klem, sendok tanduk,
2. Bahan
BaCl2, NaOH, Hcl, Eter, FeCl3, H2SO4, Metanol, BaCl2, dan, NaNO2.
B. Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian ditimbang sampel
beberapa tetes FeCl3 0,5% lalu diamati perubahan warna yang terjadi.
2. Uji Boraks
cawan porselin lalu dioven selama 2 jam pada suhu 180 o C, lalu dipijarkan
dalam tanur pada suhu 600o C selama 1 jam, kemudian diteteskan 1-2 tetes
H2SO4 dan 5-6 tetes metanol lalu di bakar, kemudian diamati perubahan nyala
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian ditimbang sampel
sebanyak 100 mL, selanjutnya disaring dan ditambahkan 10 mL Hcl 10% dan
NaNO 10% sebanyak 10 mL dan dipanaskan selama 2 jam pada suhu 100 o C,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Pengamatan
Endapan
Uji Natrium NaOH 10% + HCl +
1 Feribenzoat Positif
Benzoat FeCl3 0,5%
(Kecoklatan)
B. PEMBAHASAN
spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain,
analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu
Dalam percobaan analisis kualitatif senyawa obat bahan tambahan pangan ini
sampel yang di gunakan adalah coca cola untuk uji natrium benzoat, marimas
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu batang pengaduk,
corong kaca, corong pisah, cawan porselin, erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia,
kertas saring, oven, pipet tetes, statif dan klem, sendok tanduk, tanur, dan
timbangan digital.
Pada uji natrium benzoat, disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
ditambahkan beberapa tetes FeCl 0,5% setelah diamati hasil yang di peroleh yaitu
3
(kecoklatan).
Pada uji boraks, disiapkan alat dan bahan yang digunakan, kemudian
dimasukkan kedalam cawan porselin lalu dioven selama 2 jam pada suhu 180 C, o
lalu dipijarkan dalam tanur pada suhu 600 C selama 1 jam, kemudian diteteskan
o
1-2 tetes H SO dan 5-6 tetes metanol lalu di bakar, setelah diamati hasil yang
2 4
diperoleh yaitu negatif karna tidak terjadi perubahan nyala hijau yang terjadi.
Pada uji natrium siklamat, disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
ditambahkan 10 mL Hcl 10% dan 10 mL BaCl 10%, lalu diinkubasi selama 30
2
selama 2 jam pada suhu 100 C, setelah diamati hasil yang diperoleh yaitu positif
o
PENUNTUN
A. Kesimpulan
1. BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
sampel yang digunakan yaitu coca cola untuk uji natrium benzoat, bakso untuk
3. Hasil dari percobaan ini yaitu pada uji natrium benzoat di dapatkan hasil positf
didapatkan hasil negatif karna tidak terjadi perubahan nyala biru, dan pada uji
natrium siklamat didapatkan hasil postif ditandai dengan adanya endapan putih.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Atma, Yoni, 2018. “Prinsip Analisis Komponen Pangan Makro dan Mikro
Nutrien” Deepublish; Yogyakarta
Asnur, Lise, 2021. “Tata Boga I (Masakan Nusantara)” Qiara Media; Jawa Timur
Dirjen POM, 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Depkes RI; Jakarta.
Dirjen POM, 1995.” Farmakope Indonesia Edisi IV”. Depkes RI; Jakarta
Listina, Osie, 2021. “Studi Lieratur: Efek Toksik methanyl Yellow” Pustaka
Rumah Cinta; Magelang
LAMPIRAN
A. Skema Kerja
1. Uji Natrium Benzoat
Sampel
(Coca Cola)
NaCH 10%
HCl 1 m
Eter 15 ml
FeCl3 0,5%
2. Uji Boraks
Sampel
(Bakso)
Ditimbang sampai sebanyak 10g, kemudian
di potong kecil-kecil, dimasukan kedalam
cawan porsilin lalu dioven selama 2 jam
dalam suhu 180°c, selanjutnya dipijarkan
dalam tarus suhu 600°c selama 1 jam
H2SO4
Metanol
3. Uji Natrium
Sampel
(Matimas)
Ditimbang sampel sebanyak 50 g,
kemudian dimasukan kedalam gelas kimia
danditambahkan 100 ml aquadest
HCl 10%
BaCl2 10%
NaNo2 10%
B. foto pengamatan
Ket : Dioven selama 2 jam pada Ket : Dipijarkan dalam tanur selama
suhu 120oC 1 jam pada suhu 600oC