Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Nama : Rika Qoriyah


NIM : 1440120021
D3 Keperawatan tk 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BLADDER TRAINING


Pengertian
Bladder training adalah salah upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang
mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik.
Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif diantara terapi non farmakologis.
Tujuan
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan pola
normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih.
Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik
distraksi atau tekhnik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali per
hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih.
Tujuan yang dapat di capai dalam sumber yang lain adalah :
1. Klien dapat mengontrol berkemih
2. Klien dapat mengontrol buang air besar
3. Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia
4. Menghindari isolasi social bagi klien
Kebijakan
Menggunakan kateter yang lama
1. Pasien yang mengalami inkontinensia urin.
2. Klien yang akan di lakukan pelepasan dower kateter
3. Pada klien post operasi. (Suharyanto, 2008).
Pengkajian
Sebelum Anda melakukan tindakan ini, maka Anda harus melakukan pengkajian antara
lain :
1. Pola berkemih
Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan
waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari.
2. Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab
Bila terdapat ISK atau penyakit yang lainnya maka harus diobati dalam waktu yang sama.
Peralatan
1. Jam.
2. Air minum dalam tempatnya.
3. Obat diuretik jika diperlukan.
4. Klem kateter.
5. Penampung urin.
6. Sarung tangan bersih.

Prosedur Pelaksanaan
1. Persiapan pasien
1. Jelaskan maksud dan tujuan dari tindakan tersebut
2. Jelaskan prosedur tindakan yang harus dilakukan klien
2. Tahap pelaksanaan
1. Tentukan pola berkemih pasien dan dorong pasien untuk berkemih pada saat itu.
Ciptakan jadwal berkemih regular dan bantu pasien untuk mempertahankannya,
baik pasien merasakan keinginan untuk berkemih ataupun tidak. ( contoh : sesaat
setelah bangun, tiap 1 hingga 2 jam selama siang hari, sebelum tidur, setiap 4 jam
pada malam hari). Rangkaian peregangan-relaksasi dalam jadwal tersebut dapat
meningkatkan tonus otot dan kontrol volunter. Instruksikan pasien untuk
mempraktikkan nafas dalam hingga rasa keinginan berkemih berkurang atau
hilang.
2. Ketika pasien sudah mampu merasakan dapat mengontrol berkemih, jangka waktu
bisa diperpanjang tanpa adanya inkontinensia.
3. Atur asupan cairan, terutama pada siang hari, untuk membantu mengurangi
kebutuhan berkemih pada malam hari.
4. Dorong pasien untuk minum Antara pukul 06.00 – 18.00.
5. Hindari konsumsi berlebihan dari jus sitrus, minuman berkabonasi (khususnya
minuman dengan pemanis buatan), alkohol dan minuman yang mengandung
kafein, karena dapat mengiritasi bladder, meningkatkan resiko inkontinensia.
6. Bila pasien mendapatkan terapi diuretik, jadwalkan pemberian pada pagi hari.
7. Jelaskan pada pasien untuk minum air secara adekuat, hal ini dibutuhkan untuk
memastikan produksi urin adekuat yang dapat menstimulasi refleks berkemih.
8. Gunakan pengalas untuk mempertahankan tempat tidur dan linen tetap kering.
Hindari penggunaan diaper, menghindari persepsi boleh mengompol.
9. Bantu pasien dengan program latihan untuk meningkatkan tonus otot dan program
latihan otot pelvis yang bertujuan untuk menguatkan otot dasar panggul.
10. Berikan reward positif untuk mendorong kemampuan berkemih. Puji pasien bila
dapat melakukan berkemih di toilet dan mempertahankan untuk tidak
mengompol.
1. FASE PRA INTERAKSI
a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis (baca identitas pasien, kondisi pasien,
perhatikan catatan keperawatan shift sebelumnya)
b. Sebutkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
c. Cuci tangan sebelum menyiapkan alat
d. Persiapan alat
e. Cuci tangan sebelum ke pasien

2. FASE ORIENTASI
a. Ucapkan salam dan perkenalkan diri.
b. Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan umur serta cek gelang identitas pasien.
c. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang dilakukan kepada pasien (sampaikan
kepada pasien, tujuan dari bladder training yang akan dilakukan yaitu untuk
mengembalikan control terhadap keinginan berkemih).
d. Lakukan tindakan pengurangan nyeri (non farmakologis) pada saat tindakan
(sampaikan pada pasien, apabila pada saat tindakan nanti pasien terasa nyeri atau
tidak nyaman, dianjurkan tarik nafas dan hembuskan untuk mengurangi rasa nyeri).
e. Sampaikan kontrak waktu
f. Beri kesempatan pasien untuk bertanya
g. Dekatkan alat didekat pasien
h. Jaga privasi (tutup tirai), keamanan (pasang/lepas side rail), dan kenyamanan pasien
(posisi dan lingkungan).

3. PELAKSANAAN
a. Cuci tangan 6 langkah
b. Gunakan handscoon
c. Atur posisi pasien senyaman mungkin
HARI PERTAMA
- Penguncian menggunakan klem pada selang kateter pasien sekitar 1-2 jam, jika
sebelum 2 jam terasa nyeri dibagian kandung kemih atau perut bagian bawah
terasa ingin buang air kecil, panggil perawat.
- Setelah 2 jam cek dan buka klem, lihat apakah urin mengalir atau tidak lalu
istirahatkan selama 15 menit.
- Setelah 15 menit, lakukan kembali penguncian dengan klem pada selang kateter
selama 2 jam, lalu buang urin didalam penampungan.
- Setelah 2 jam, cek dan buka kembali apakah ada urin yang keluar atau tidak.
- Lakukan secara berkala dalam 24 jam
- Evaluasi tindakan kepada pasien “Apakah sudah merasakan sensasi ingin
berkemih?”
HARI KEDUA
- Penguncian menggunakan klem pada selang kateter pasien sekitar 2-3 jam.
- Setelah 3 jam cek dan buka klem, lihat apakah urin mengalir atau tidak lalu
istirahatkan selama 15 menit.
- Setelah 15 menit, lakukan kembali penguncian dengan klem pada selang kateter
selama 3 jam, lalu buang urin didalam penampungan.
- Setelah 3 jam, cek dan buka kembali apakah ada urin yang keluar atau tidak.
- Lakukan secara berkala dalam 24 jam
- Evaluasi tindakan kepada pasien “Apakah sudah merasakan sensasi ingin
berkemih?”
HARI KETIGA
- Penguncian menggunakan klem pada selang kateter pasien sekitar 3-4 jam.
- Setelah 4 jam cek dan buka klem, lihat apakah urin mengalir atau tidak lalu
istirahatkan selama 15 menit.
- Setelah 15 menit, lakukan kembali penguncian dengan klem pada selang kateter
selama 4 jam, lalu buang urin didalam penampungan.
- Setelah 4 jam, cek dan buka kembali apakah ada urin yang keluar atau tidak.
- Lakukan secara berkala dalam 24 jam
- Evaluasi tindakan kepada pasien “Apakah sudah merasakan sensasi ingin
berkemih?”

4. FASE TERMINASI
a. Simpulkan hasil kegiatan (Menyarankan untuk minum sebanyak 1000-1500 per hari/
6 gelas perhari agar buang air kecil normal)
b. Manajemen post prosedur (nyeri masih terasa, akan hilang dengan berjalannya waktu)
c. Evaluasi respon pasien
d. Berikan terinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
e. Doakan kesembuhan pasien
f. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya melakukan kegel exercise
g. Akhiri kegiatan dengan mengucapkan salam
h. Buang sampah atau bahan yang sudah tidak terpakai pada tempat sampah
i. Cuci tangan 6 langkah

5. DOKUMENTASI
a. Tanggal dan jam pelaksanaan
b. Data (DS/DO sebelum tindakan)
c. Action (tindakan keperawatan yang dilakukan : Bladder Training)
d. Respon (DS/DO sesudaha tindakan)
e. Nama dan tanda tangan ners
Latihan I
a. Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul
b. Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian memulainya
kembali. 166
c. Praktikan setiap kali berkemih

Latihan II
a. Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri
b. Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus
Latihan III
a. Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan otot
anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat
b. Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan
c. Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan
Latihan IV
a. Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk) kepada klien
Evaluasi
a. Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7 kali perhari atau 3-4 jam sekali
b. Bila tindakan tersebut dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan :
1. Maka metode diatas dapat di tunjang dengan metode rangsangan dari eksternal
misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam.
2. Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan kandung 167
kemih secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas dalam.
3. Menghindari minuman yang mengandung kafein.
4. Minum obat diuretik yang telah diprogramkan atau cairan untuk meningkatkan
diuretik.
REFERENSI

Berman, Audrey, et all. 2008. Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing Concepts, Process, dan
Practice – 8th ed. New Jersey : Pearson Education.

Smith, Sandra Fuchi. 2008. Clinical Nursing Skills : Basic to advanced skills – 7th ed. New
Jersey : Pearson Education.

Anda mungkin juga menyukai