Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

‘’KEAMANAN PANGAN’’

BTP CARRIER & PRESERVATIVE

Di Susun Oleh Kelompok 9 :

1. Nurul Aida_P21120053
2. Kartika Yuniati_P21120055
3. Nova Hartini_P21120057
4. Sindi Anastasya Bawiling_P21120075
5. Fifayanti Syafri_P21120089
6. Sri Gustina_P21120065

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. kami juga mengucapkan terimakasih
kepada Dosen, teman-teman, dan semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan
kepada kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas dari mata kuliah Keamanan Pangan. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun
isinya. Seperti pepatah mengatakan “Tiada Gading Yang Tak Retak”. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun, demi
sempurnanya makalah ini.

Palu, 25 Februari 2022

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Fungsi BTP Pembawa (carrier) & Pengawet (preservative)...............................3

2.2 Karakteristik dari BTP Pembawa (carrier ) & Pengawat (preservative)............5

2.3 Jenis BTP Pembawa (carrier) & Pengawet (preservative).................................6

2.4 Jurnal Kasus BTP Pembawa (carrier) & Pengawet (preservative)...................21

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................24

3.2 Saran....................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah
yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.

Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu
dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan Tambahan Pangan, selanjutnya disingkat BTP,
adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan. Nama BTP atau jenis BTP, selanjutnya disebut jenis BTP, adalah nama
kimia/generik/umum/lazim yang digunakan untuk identitas bahan tambahan pangan, dalam
bahasa Indonesia atau dalam bahasa Inggris.

Sediaan BTP adalah bahan tambahan pangan yang dikemas dan berlabel dalam ukuran yang
sesuai untuk konsumen. Asupan harian yang dapat diterima atau Acceptable Daily Intake,
yang selanjutnya disingkat ADI, adalah jumlah maksimum bahan tambahan pangan dalam
miligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa
menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa fungsi dari BTP Pembawa (carrier) & Pengawet (Preservative) ?


2. Apa saja karakteriktik dari BTP Pembawa (carrier) & Pengawet (Preservative) ?
3. Apa saja jenis dari BTP Pembawa (carrier) & Pengawet (Preservative) ?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui fungsi dari BTP Pembawa (carrier) & Pengawet (Preservative) ?
2. Untuk mengetahui karakteristik dari BTP Pembawa (carrier) & Pengawet (Preservative)
?
3. Untuk mengetahui jenis dari BTP Pembawa (carrier) & Pengawet (Preservative) ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi BTP Pembawa (carrier) & Pengawet (preservative)

Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu
dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan Tambahan Pangan, selanjutnya disingkat BTP,
adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan. Nama BTP atau jenis BTP, selanjutnya disebut jenis BTP, adalah nama
kimia/generik/umum/lazim yang digunakan untuk identitas bahan tambahan pangan, dalam
bahasa Indonesia atau dalam bahasa Inggris.

Sediaan BTP adalah bahan tambahan pangan yang dikemas dan berlabel dalam ukuran yang
sesuai untuk konsumen. Asupan harian yang dapat diterima atau Acceptable Daily Intake,
yang selanjutnya disingkat ADI, adalah jumlah maksimum bahan tambahan pangan dalam
miligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa
menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan.

a) BTP Pembawa (carrier)

Pembawa (Carrier) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk


memfasilitasi penanganan, aplikasi atau penggunaan bahan tambahan pangan lain
atau zat gizi di dalam pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan,
mendispersikan atau memodifikasi secara fisik bahan tambahan pangan lain atau zat
gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak mempunyai efek teknologi pada pangan.

BTP Pembawa hanya diizinkan digunakan sebagai pembawa BTP dan atau zat gizi.
Keberadaan BTP Pembawa dalam pangan dinyatakan sebagai BTP Ikutan (carry
over). Penggunaan BTP Pembawa dibuktikan dengan sertifikat analisis kuantitatif.
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) “BTP Pembawa
hanya diizinkan digunakan sebagai pembawa BTP dan atau zat gizi”. untuk
penggunaan BTP pada Kategori Pangan dengan Batas Maksimum CPPB dibuktikan
dengan sertifikat analisis kualitif.

3
Fungsing BTP Pembawa (carrier) adalah :

b) BTP Pengawet (preservative)

Adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat proses
fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan
oleh mikroorganisme.

Bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing
yang masuk bersama bahan pangan yang dikonsumsi. Apabila pemakaian bahan
pangan dan dosisnya tidak diatur dan diawasi, kemungkinan besar akan
menimbulkan kerugian bagi pemakaiannya baik secara langsung, misalnya
keracunan maupun yang bersifat tidak langsung atau kumulatif, misalnya apabila
bahan pengawet yang digunakan bersifat karsinogenik (Cahyadi, 2008).

Di sisi lain, bahan pengawet adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk
mencegah atau menghambat fermentasi, penguraian, atau pengasaman yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Zat pengawet dipergunakan untuk mengawetkan
makanan atau memberikan kesan segar pada makanan agar tidak mudah rusak
(Irianto, 2004).

Fungsing dari BTP Pengawet adalah mencegah atau menghambat fermentasi,


pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang
disebabkan oleh mikroorganisme.

4
2.2 Karakteristik dari BTP Pembawa (carrier) & Pengawet (preservative)

5
2.3 Jenis BTP Pembawa (carrier) & Pengawet (preservative)

a. Jenis BTP Pembawa (carrier)

Pembawa (Carrier) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk


memfasilitasi penanganan, aplikasi atau penggunaan bahan tambahan pangan lain
atau zat gizi di dalam pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan,
mendispersikan atau memodifikasi secara fisik bahan tambahan pangan lain atau zat
gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak mempunyai efek teknologi pada pangan.

Jenis BTP Pembawa yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri atas:
1. Sukrosa asetat isobutirat (Sucrose acetate isobutyrate);
2. Trietil sitrat (Triethyl citrate);
3. Propilen glikol (Propylene glycol);
4. dan Polietilen glikol (Polyethylene glycol).

Batas Maksimum penggunaan BTP Pembawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3


untuk setiap Kategori Pangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

BTP Pembawa hanya diizinkan digunakan sebagai pembawa BTP dan atau zat gizi.
Keberadaan BTP Pembawa dalam pangan dinyatakan sebagai BTP Ikutan (carry over).
Penggunaan BTP Pembawa dibuktikan dengan sertifikat analisis kuantitatif.
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk penggunaan
BTP pada Kategori Pangan dengan Batas Maksimum CPPB dibuktikan dengan
sertifikat analisis kualitatif.

Jenis BTP Pembawa yang tidak dapat dianalisis, Batas Maksimum dihitung
berdasarkan penambahan zat yang menggunakan BTP Pembawa dalam pangan. BTP
Pembawa dapat digunakan secara tunggal atau campuran pada BTP dan atau zat gizi.
Dalam hal BTP Pembawa digunakan secara campuran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), perhitungan hasil bagi masing-masing BTP dengan batas maksimum
penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari 1 (satu). Contoh perhitungan
hasil bagi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) seperti tercantum pada Lampiran III

6
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini. Dikecualikan dari
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk penggunaan BTP pada Kategori
Pangan dengan Batas Maksimum CPPB.

Jenis dan penggunaan BTP Pembawa selain yang tercantum dalam Lampiran I hanya
boleh digunakan sebagai BTP Pembawa setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Kepala Badan. Untuk mendapatkan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Badan disertai
kelengkapan data dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Keputusan
persetujuan/penolakan dari Kepala Badan diberikan paling lama 6 (enam) bulan sejak
diterimanya permohonan secara lengkap.

Jenis BTP Pembawa yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri atas:
1. Sukrosa asetat isobutirat (Sucrose acetate isobutyrate);
2. Trietil sitrat (Triethyl citrate);
3. Propilen glikol (Propylene glycol);
4. dan Polietilen glikol (Polyethylene glycol).

7
8
9
10
b. Jenis BTP Pengawet (preservative)

Pengawet (Preservative) adalah BTP untuk mencegah atau menghambat fermentasi,


pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya terhadap Pangan yang disebabkan
oleh mikroorganisme.

Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan
untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, contohnya: mengawetkan pangan,
memberikan warna, mencegah ketengikan, dan meningkatkan cita rasa. Dengan kata
lain, BTP digunakan untuk mempengaruhi kualitas pangan.

Jenis BTP Pengawet yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri atas:
1. Asam sorbat dan garamnya (Sorbic acid and its salts);
2. Asam benzoat dan garamnya (Benzoic acid and its salts);
3. Etil para-hidroksibenzoat (Ethyl para-hydroxybenzoate);
4. Metil para-hidroksibenzoat (Methyl para-hydroxybenzoate);
5. Sulfit (Sulphites);
6. Nisin (Nisin);
7. Nitrit (Nitrites);
8. Nitrat (Nitrates);
9. Asam propionat dan garamnya (Propionic acid and its salts); dan
10. Lisozim hidroklorida (Lysozyme hydrochloride).

Jenis dan Batas Maksimum BTP Pengawet Ikutan (carry over) mengikuti ketentuan
jenis dan Batas Maksimum BTP seperti tercantum pada Lampiran I sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4.

Bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing
yang masuk bersama bahan pangan yang dikonsumsi. Apabila pemakaian bahan
pangan dan dosisnya tidak diatur dan diawasi, kemungkinan besar akan
menimbulkan kerugian bagi pemakaiannya baik secara langsung, misalnya
keracunan maupun yang bersifat tidak langsung atau kumulatif, misalnya apabila
bahan pengawet yang digunakan bersifat karsinogenik (Cahyadi, 2008).

11
Di sisi lain, bahan pengawet adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk
mencegah atau menghambat fermentasi, penguraian, atau pengasaman yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Zat pengawet dipergunakan untuk mengawetkan
makanan atau memberikan kesan segar pada makanan agar tidak mudah rusak
(Irianto, 2004)

Jenis BTP Pengawet yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri atas:
1. Asam sorbat dan garamnya (Sorbic acid and its salts);
2. Asam benzoat dan garamnya (Benzoic acid and its salts);
3. Etil para-hidroksibenzoat (Ethyl para-hydroxybenzoate);
4. Metil para-hidroksibenzoat (Methyl para-hydroxybenzoate);
5. Sulfit (Sulphites);
6. Nisin (Nisin);
7. Nitrit (Nitrites);
8. Nitrat (Nitrates);
9. Asam propionat dan garamnya (Propionic acid and its salts); dan
10. Lisozim hidroklorida (Lysozyme hydrochloride).

12
13
14
15
16
17
18
19
20
2.4 Jurnal Kasus BTP Pembawa (carrier) & Pengawet (preservative)

2.4.1 Jurnal Kasus BTP Pembawa (carrier)

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) dalam analisis fenilpiruvat pada urin


menggunakan plat silika terimmobilisasi ferri amonium sulfat
Indrayati Indrayati
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2015
INDONESIA: Phenylketonuria ialah suatu penyakit genetik yang dikenali dengan
kurangnya atau bahkan tidak adanya enzim phenylalanin hidroksilase (PAH) yang
merubah asam amino fenilalanin menjadi tirosin. Kadar fenilalanin yang tinggi
pada tubuh akan dikonversi menjadi asam fenilpiruvat dan dikeluarkan lewat urin.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari larutan polietilen glikol
dalam analisis fenilpiruvat terhadap kompleks Fe-fenilpiruvat pada urin.
Penelitian ini meliputi preparasi sampel, preparasi bahan, penentuan panjang
gelombang optimum kompleks Fe-fenilpiruvat, penentuan jumlah konsentrasi
terbaik reagen Ferri Amonium Sulfat (NH4Fe(SO4)2.12H2O) dan polietilen
glikol (PEG), immobilisasi reagen NH4Fe(SO4)2.12H2O, polietilen glikol (PEG)
dan larutan buffer KCl-HCl pada plat silika gel untuk identifikasi fenilpiruvat,
penentuan konsentrasi terkecil fenilpiruvat pada pelarut air dan urin bayi sehat
dengan metode plat silika gel terimmobilisasi reagen identifikasi fenilpiruvat dan
analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa polietilen glikol (PEG)
berpengaruh terhadap kompleks Fe-fenilpiruvat yang berwarna hijau pada plat
silika gel dan diperoleh konsentrasi optimum yaitu 500 ppm, sedangkan
konsentrasi optimum ferri amonium sulfat yaitu 5000 ppm. Hasil identifikasi
fenilpiruvat menggunakan plat silika terimmobil reagen identifikasi terbaik
ditunjukkan oleh warna hijau yang jelas dan stabil cukup lama ketika ditetesi
natrium fenilpiruvat 500 ppm, warna bertahan selama kurang lebih 30 menit.
Kadar asam fenilpiruvat pada penderita PKU yaitu 300 – 2000 ppm dalam urin.
Konsentrasi terkecil fenilpiruvat pada pelarut air dan urin bayi sehat yang dapat
dideteksi pada penelitian ini menggunakan plat silika gel terimmobil reagen
identifikasi fenilpiruvat menujukkan hasil yang sama yaitu 75 ppm. ENGLISH:

21
Phenylketonuria is a genetic disease caused by deficiencies or inexistence
phenylalanine hidroxylase enzyme (PAH) which has function in changing
phenylalanine amino acid into tyrosine. The high concentration of phenylalanine
in body will be converted into phenylpyruvic acid and released through urine. The
purpose of this research was to know the effect of polyethylene glycol solution for
phenylpiruvat analysis in complex Fe-phenylpiruvat of the urine. This research
consists of sample preparation, materials preparation, determination the best
concentration of ferric ammonium sulphate (NH4Fe(SO4)2.12H2O) and
polyethylene glycol (PEG) reagents, immobilizes NH4Fe(SO4)2.12H2O,
polyethylene glycol (PEG) and KCl-HCl buffer into silica gel plate to identify
phenylpyruvate, determination of smallest concentration of phenylpyruvate in
water and healthy baby urine solvents with immobilized silica gel plate by
phenylpyruvate identified reagent method and data analyze. The result of this
research shows polyethylene glycol (PEG) affects the complex in the presence of
Fe-fenylpiruvate green on silica gel plate at a concentration of 500 ppm.
Phenylpiruvat identification results using silica plate immobilized give a clear
stable green color when dropped sodium phenylpiruvat 500 ppm, the green color
lasts for approximately 30 minutes. The concentration phenylpyruvate in patients
of PKU is 300 - 2000 ppm in urine.The smallest concentration of phenylpyruvate
in water and healthy baby urine solvents which able to detected show the same
result is 75 ppm.

22
2.4.2 Jurnal Kasus BTP Pengawet (preservative)

Perilaku Penggunaan Formalin Pada Pedagang dan Produsen Mie Basah dan Tahu
di Provinsi Dki Jakarta
Galih Prima Arumsari, Tri Krianto, Bambang Wispriyono
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas 11 (1), 39-48, 2017
Formalin telah digunakan secara luas dalam tahu dan mie basah sebagai pengawet
di Indonesia bahkan telah diklasifikasikan sebagai agen karsinogenik yang
dikonfirmasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku pedagang dan
produsen tahu dan mie basah dalam penggunaan formalin pada produknya di DKI
Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2015 dengan
menggunakan metode kualitatif, desain penelitian deskriptif, melalui studi
pustaka, wawancara dan observasi. Informan adalah produsen dan pedagang mie
basah dan tahu. Formalin diperiksa dengan analisis Rapid Test Kit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, persepsi terhadap formalin;
sarana dan prasarana, produksi dan pengawetan; hukuman, konseling, dukungan
sosial, pendapatan, dan strategi komunikasi memainkan peran penting dalam
perilaku penggunaan formalin. Komunikasi dan pengawasan bagi masyarakat,
pedagang, produsen masih terbatas. Penyaluran formalin yang dilakukan oleh
pemerintah belum berjalan secara optimal. Penyuluhan dan pengembangan kepada
masyarakat, pedagang dan produsen masih terbatas. Pengawasan terhadap
peredaran formalin belum berjalan maksimal. Sebagai rekomendasi kepada
sejumlah pihak untuk melakukan penelitian tentang bahan pengawet yang aman,
perlu dilakukan intensifikasi pembinaan pedagang dan produsen serta
pemberdayaan konsumen.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

BTP adalah campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku
pangan, tetapi lebih kepada sesuatu yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap
rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.

Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan bahwa BTP


adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan
merupakan ingredient khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada
pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan
atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi
sifat khas makanan tersebut.

Pembawa (Carrier) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memfasilitasi
penanganan, aplikasi atau penggunaan bahan tambahan pangan lain atau zat gizi di dalam
pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan, mendispersikan atau memodifikasi
secara fisik bahan tambahan pangan lain atau zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan
tidak mempunyai efek teknologi pada pangan.

BTP Pembawa hanya diizinkan digunakan sebagai pembawa BTP dan atau zat gizi.
Keberadaan BTP Pembawa dalam pangan dinyatakan sebagai BTP Ikutan (carry over).
Penggunaan BTP Pembawa dibuktikan dengan sertifikat analisis kuantitatif. Dikecualikan
dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) “BTP Pembawa hanya diizinkan
digunakan sebagai pembawa BTP dan atau zat gizi”. untuk penggunaan BTP pada
Kategori Pangan dengan Batas Maksimum CPPB dibuktikan dengan sertifikat analisis
kualitatif.

24
BTP Pengawet
Adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat proses
fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh
mikroorganisme.

Bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang
masuk bersama bahan pangan yang dikonsumsi. Apabila pemakaian bahan pangan dan
dosisnya tidak diatur dan diawasi, kemungkinan besar akan menimbulkan kerugian bagi
pemakaiannya baik secara langsung, misalnya keracunan maupun yang bersifat tidak
langsung atau kumulatif, misalnya apabila bahan pengawet yang digunakan bersifat
karsinogenik (Cahyadi, 2008).

3.2 Saran

Kepada para pengguna BTP, ketika menggunakan BTP hendaknya memperhatikan dosis
yang dianjurkan oleh undang-undang supaya tidak terjadi hal-hal yang bersifat fatal baik
itu bagi produsennya sendiri maupun bagi konsumen. Untuk para konsumen agar lebih
berhati-hati lagi dan lebih selektif dalam memilih makanan supaya terhindar dari
bahayanya BTP yang berlebihan.

25
DAFTAR PUSTAKA

[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. (2013). Batas Maksimum Penggunaan
Bahan Tambahan Pengawet, Peraturan kepala badan pengawasan obat dan makanan
Republik Indonesia nomor 36 tahun 2013.

[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. (2019). Batas Maksimum Penggunaan
Bahan Tambahan Pengawet, Peraturan kepala badan pengawasan obat dan makanan
Republik Indonesia nomor 11 tahun 2019.

Galih, dkk (2017). Perilaku Penggunaan Formalin pada Pedagang dan Produsen Mie Basah dan
Tahu di Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 11(1), 39–48.

Indrayati, I. (2015). Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) dalam analisis fenilpiruvat pada urin
menggunakan plat silika terimmobilisasi ferri amonium sulfat (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

26

Anda mungkin juga menyukai