KEL1
KEL1
Disusun oleh :
1. Abrian Aziz Koorniawan (P07134214001)
2. Iffan Febri K. (P07134214018)
3. Irene Beta Y. (P07134214020)
4. Ulfa Nurul M. (P07134214039)
5. Yunia Kurniawati (P07134214040)
KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2016
MAKALAH
BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Analisis Air Makanan dan Minuman (Amami)
Disusun oleh :
6. Abrian Aziz Koorniawan (P07134214001)
7. Iffan Febri K. (P07134214018)
8. Irene Beta Y. (P07134214020)
9. Ulfa Nurul M. (P07134214039)
10. Yunia Kurniawati (P07134214040)
KEMENTRIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2016
i
KATA PENGANTAR
.
Puji dan syukur penulis panjatkan bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul BAHAN
TAMBAHAN PANGAN (BTP).
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas praktik mata kuliah
Pendidikan Budaya Antikorupsi (PBAK). Di samping itu, penulis juga berharap
makalah ini mampu memberikan kontribusi dalam menunjang pengetahuan para
orangtua pada khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, dan bantuan. Dengan terselesaikannya karya
tulis ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Kepala Jurusan yaitu Ir. Roosmarinto, M. Kes.
2. Dosen Pembimbing yaitu Ir. Roosmarinto, M. Kes. dan Muji
Rahayu, S.Si, Apt, M.Sc yang telah membimbing penulis dalam
proses pembuatan makalah ini.
3. Orangtua dan keluarga yang telah mendukung dan memberi saran-
saran selama penulis mengerjakan makalah ini.
4. Teman-teman Prodi D-IV Jurusan Analis Kesehatan yang telah
membantu memberi saran kepada penulis dalam pembuat makalah
ini.
Penulis pun menyadari penulisan Laporan ini masih jauh dari sempurna,
oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak penulis
harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..............1-2
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................3
BAB : PEMBAHASAN
A. Antibuih.......................................................................................................4-18
B. Bahan Pengkarbonasi...............................................................................18- 21
C. Antikempal...............................................................................................21- 26
BAB : PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................27
B. Saran...............................................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BTP dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja
ditambahkan ke dalam pangan untuk tujuan teknologis pada pembuatan,
pengolahan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan dan/atau
pengangkutan pangan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan
suatu komponen atau mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik secara
langsung atau tidak langsung.
Asupan harian yang dapat diterima atau Acceptable Daily Intake, yang
selanjutnya disingkat ADI, adalah jumlah maksimum bahan tambahan
pangan dalam miligram per kilogram berat badan yang dapat dikonsumsi
setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap
kesehatan.
iv
ADI tidak dinyatakan atau ADI not specified/ADI not limited/ADI
acceptable/no ADI Allocated/no ADI necessary adalah istilah yang
digunakan untuk bahan tambahan pangan yang mempunyai toksisitas
sangat rendah, berdasarkan data (kimia, biokimia, toksikologi dan data
lainnya), jumlah asupan bahan tambahan pangan tersebut jika digunakan
dalam takaran yang diperlukan untuk mencapai efek yang diinginkan serta
pertimbangan lain, menurut pendapat Joint FAO/WHO Expert Committee
on Food Additives (JECFA) tidak menimbulkan bahaya terhadap
kesehatan.
v
mengempalnya produk pangan. Antibuih (Antifoaming Agent)adalah
adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau mengurangi
pembentukan buih.
B. Tujuan
C. Manfaat
vi
3. Dapat mengetahui batas penggunaan bahan tambahan pangan (BTP)
jenis bahan pengkarbonasi, antikempal, dan antibuih
BAB II
PENDAHULUAN
A. Antibuih
1. Definisi
Bahan Tambahan Pangan, selanjutnya disingkat BTP, adalah bahan
yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pangan. Antibuih (Antifoaming agent) adalah bahan tambahan
pangan untuk mencegah atau mengurangi pembentukan buih. Jenis
BTP Antibuih yang diizinkan digunakan dalam pangan terdiri atas:
Kalsium alginat (Calcium alginate) dan Mono dan digliserida asam
lemak (Mono- and di-glycerides of fatty acids).
vii
2. Tujuan Diizinkan
Tujuan penambahan BTP antibuih antara lain untuk :
a. Pengurangan efisiensi (kavitasi) dan kapasitas pompa dan tangki
penyimpanan
b. Pertumbuhan bakteri
c. Pengapungan kotoran (waste)
d. Mengurangi efektivitas dari fluida (cairan itu sendiri)
e. Membutuhkan extra waktu untuk membersihkan tanki
(memperlambat waktu
dalam proses produksi)
3. Tujuan Dilarang
Dilarang menggunakan BTP Antibuih sebagaimana yang dimaksud
dalam Lampiran I untuk tujuan:
a. Menyembunyikan penggunaan bahan yang tidak memenuhi
persyaratan;
b. Menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara
produksi pangan yang baik untuk pangan; dan/atau
c. Menyembunyikan kerusakan pangan.
4. Peraturan Perundang-undangan
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3821);
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
viii
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesi Nomor 5360);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3867);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4424);
f. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3
Tahun 2013;
g. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang
Bahan Tambahan Pangan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 757);
i. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;
ix
1) Nama Kimia
Calcium alginate
2) Sinonim
Chalk
3) ADI (Acceptable Daily Intake)
4) Peraturan BPOM
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013
5) Fungsi lain
Pembentuk gel, pengemulsi, pengental, penstabil.
6) Batas Penggunaan
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
01.4.2 Krim yang disterilkan atau secara UHT, krim “whipping” 5000
atau “whipped”, pudding, rendah lemak (plain)
x
01.5 Susu bubuk dan krim bubuk dan bubuk analog (plain) CPPB
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
02.1.3 Lemak babi, lemak sapi, lemak domba, minyak ikan dan CPPB
lemak hewani lain
02.3 Emulsi lemak tipe emulsi minyak dalam air, termasuk CPPB
produk campuran emulsi lemak dengan atau berperisa
03.0 Es untuk dimakan (edible ice), termasuk sherbet dan sorbet CPPB
04.2.1.2 Sayur, kacang dan biji – bijian segar yang permukaannya CPPB
dilapisi glasir atau lilin atau diberi perlakuan dengan
bahan tambahan pangan lain yang dapat berfungsi sebagai
xi
pelindung dan membantu mengawetkan
kesegaran dan kualitas sayuran
04.2.2.3 Sayur dan rumput laut dalam cuka, minyak, larutan garam 500
atau kecap kedelai
04.2.2.4 Sayur dalam kemasan kaleng, botol atau dalam retort CPPB
pouch
04.2.2.5 Puree dan produk oles sayur, kacang dan bijibijian CPPB
(misalnya selai kacang)
04.2.2.6 Bahan baku dan bubur (pulp) sayur, kacang dan biji-bijian CPPB
(misalnya makanan pencuci mulut dan saus sayur, sayur
bergula) tidak termasuk produk dari kategori 04.2.2.5
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
xii
08.2 Produk olahan daging, daging unggas dan daging hewan CPPB
buruan, dalam bentuk utuh atau potongan
09.2.1 Ikan, filet ikan dan produk perikanan meliputi moluska, 5000
krustasea dan ekinodermata yang dibekukan
09.4 Ikan dan produk perikanan awet, meliputi ikan dan produk CPPB
perikanan yang dikalengkan atau difermentasi, termasuk
moluska, krustasea dan ekinodermata
11.4 Gula dan sirup lainnya (xilosa, sirup maple, gula hias). 10000
Termasuk semua jenis sirup meja (misal sirup maple),
sirup untuk hiasan produk bakeri dan es (sirup karamel,
sirup beraroma) dan gula untuk hiasan kue (contohnya
kristal gula berwarna untuk kukis)
xiii
intensitas tinggi)
12.7 Produk oles untuk salad (misalnya salad makaroni, salad CPPB
kentang) dan sandwich, tidak mencakup produk oles
berbasis cokelat dan kacang dari kategori 04.2.2.5 dan
05.1.3
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
13.4 Pangan diet untuk pelangsing dan penurun berat badan CPPB
xiv
14.2.4 Anggur buah CPPB
14.2.6 Minuman spirit yang mengandung etanol lebih dari 15% CPPB
2) Sinonim
Glyceryl monostearate, glyceryl monopalmitate, glyceryl
monooleate, etc; monostearin, monopalmitin, monoolein,
etc.; GMS (for glyceryl monostearate).
3) ADI (Acceptable Daily Intake)
Tidak dinyatakan (not specified)
4) Peraturan BPOM
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013
xv
5) Fungsi lain
Pengemulsi, pengental, penstabil, peningkat volume
6) Batas Penggunaan
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
whey)
01.2 Susu fermentasi dan produk susu hasil hidrolisa enzim 5000
renin (plain), kecuali yang
termasuk kategori 01.1.2
01.4.2 Krim yang disterilkan atau secara UHT, krim “whipping” 5000
atau “whipped”, dan krim rendah lemak (plain)
01.5 Susu bubuk dan krim bubuk dan bubuk analog (plain) CPPB
xvi
01.6.2 Keju peram CPPB
02.1.3 Lemak babi, lemak sapi, lemak domba, minyak ikan dan 100000
lemak hewani lain
02.3 Emulsi lemak tipe emulsi minyak dalam air, termasuk CPPB
produk campuran emulsi lemak dengan atau berperisa
04.1.1.2 Buah utuh segar dengan permukaan diberi perlakuan CPPB (untuk
dekorasi pada
buah)
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
xvii
04.2.2.3 Sayur dan rumput laut dalam cuka, minyak, larutan garam CPPB
atau kecap kedelai
04.2.2.4 Sayur dalam kemasan kaleng, botol atau dalam retort CPPB
pouch
04.2.2.5 Puree dan produk oles sayur, kacang dan bijibijian CPPB
(misalnya selai kacang)
04.2.2.6 Bahan baku dan bubur (pulp) sayur, kacang dan biji-bijian CPPB
(misalnya makanan pencuci mulut dan saus sayur, sayur
bergula) tidak termasuk produk dari kategori 04.2.2.5
08.1.1 Daging, daging unggas, dan daging hewan buruan CPPB (untuk
mentah, dalam bentuk utuh atau potongan dekorasi pada
daging)
08.2 Produk olahan daging, daging unggas dan daging hewan CPPB
buruan, dalam bentuk utuh atau potongan
xviii
08.3 Produk-produk olahan daging, daging unggas dan daging CPPB
hewan buruan yang dihaluskan
09.3 Ikan dan produk perikanan termasuk moluska, krustase dan CPPB
ekinodermata yang semi awet
09.4 Ikan dan produk perikanan awet, meliputi ikan dan produk CPPB
perikanan yang dikalengkan atau
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
11.4 Gula dan sirup lainnya (misal xilosa, sirup maple, gula 6000
hias). Termasuk semua jenis sirup meja (misal sirup
xix
maple), sirup untuk hiasan produk bakeri dan es (sirup
karamel, sirup beraroma) dan gula untuk hiasan kue
(contohnya kristal gula berwarna untuk kukis)
12.7 Produk oles untuk salad (misalnya salad makaroni, salad CPPB
kentang) dan sandwich, tidak mencakup produk oles
berbasis cokelat dan kacang dari kategori 04.2.2.5 dan
05.1.3
13.4 Pangan diet untuk pelangsing dan penurun berat badan CPPB
13.5 Makanan diet (contohnya suplemen pangan untuk diet) 15000 (dalam
yang tidak termasuk produk dari kategori 13.1, 13.2, 13.3, basis berat
13.4 dan 13.6) kering)
xx
13.6 Suplemen pangan CPPB
No. Batas
Kategori Kategori Pangan Maksimum
Pangan (mg/kg)
14.1.5 Kopi, kopi substitusi, teh, seduhan herbal, dan minuman CPPB
biji-bijian dan sereal panas, kecuali cokelat
14.2.3 Anggur 18
14.2.6 Minuman spirit yang mengandung etanol lebih dari 15% CPPB
B. Bahan Pengkarbonasi
1. Definisi
Bahan Pengkarbonasi (Carbonating agent) adalah bahan tambahan
pangan untuk membentuk karbonasi di dalam pangan.
2. Tujuan Diizinkan
Jenis BTP Bahan Pengkarbonasi yang diizinkan digunakan dalam
pangan terdiri atas Karbon dioksida (Carbon dioxide)
3. Tujuan Dilarang
Dilarang menggunakan BTP Antibuih sebagaimana yang dimaksud
dalam Lampiran I untuk tujuan:
xxi
a. Menyembunyikan penggunaan bahan yang tidak memenuhi
persyaratan;
b. Menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara
produksi pangan yang baik untuk pangan; dan/atau
c. Menyembunyikan kerusakan pangan
4. Peraturan Perundang-undangan
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3821);
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3867);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4424);
f. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3
Tahun 2013;
xxii
g. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang
Bahan Tambahan Pangan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 757);
i. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;
5) Fungsi lain
Gas untuk kemasan
6) Batas Penggunaan
xxiii
xxiv
C. Antikempal
1. Definisi
Senyawa Anti kempal adalah senyawa anhidrat yang dapat mengikat
air tanpa menjadi basah dan biasanya ditambahkan ke dalam bahan
pangan yang bersifat bubuk atau partikulat seperti garam meja,
campuran kering (dry mixes), dan lain-lain.
xxv
2. Tujuan Diizinkan
Tujuan penambahan BTP antibuih antara lain untuk :
3. Tujuan Dilarang
Tujuan penambahan BTP antibuih antara lain untuk :
a. Menyembunyikan penggunaan bahan yang tidak memenuhi
persyaratan;
b. Menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara
produksi pangan yang baik untuk pangan; dan/atau
c. Menyembunyikan kerusakan pangan.
4. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2013 tentang antikempal
5. Contoh BTP antikempal
a. Kalsium Karbonat
1) Nama Kimia
Kalsium Karbonat (CaCO3)
2) Sinonim
Chalk
3) ADI (Acceptable Daily Intake)
Tidak dinyatakan (not specified)
4) Peraturan BPOM
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231
Tahun 2004;
5) Fungsi lain
Pengatur keasaman, pengemulsi, penstabil.
6) Batas Penggunaan
xxvi
No. Kategori Kategori Pangan Batas
Pangan Maksimum
(mg/kg)
01.1.2 Minuman berbasis susu yang CPPB
berperisa dan atau
difermentasi (contohnya susu
coklat, eggnog, minuman
yoghurt, minuman berbasis
whey)
01.3.2 Krimer minuman (bukan CPPB
susu)
01.5 Susu bubuk dan krim bubuk CPPB
dan bubuk analog (plain)
01.6.2.3 Bubuk keju (untuk CPPB
rekonstitusi contohnya dalam
pembuatan saus keju)
01.6.5 Keju analog CPPB
01.7 Makanan pencuci mulut CPPB
berbahan dasar susu
(misalnya puding, yoghurt
berperisa atau yoghurt dengan
buah)
01.8.2 Bubuk whey dan produknya, 10000
kecuali keju whey
xxvii
kelapa
04.2.2.2 Sayur, rumput laut, kacang, CPPB
dan biji-bijian kering
05.1.1 Kakao bubuk dan kakao CPPB
massa/keik kakao
05.0 Kembang gula / permen dan CPPB
cokelat
06.2 Tepung dan pati CPPB
06.3 Serealia untuk sarapan, CPPB
termasuk rolled oats
06.5 Makanan pencuci mulut CPPB
berbasis serealia dan pati
(misalnya puding nasi, puding
tapioka)
06.6 Tepung bumbu (misalnya CPPB
untuk melapisi permukaan
ikan atau daging ayam)
06.8 Produk-produk kedelai CPPB
b. Trikalsium fosfat
1) Nama Kimia
Trikalsium fosfat (Ca3PO4)
2) Sinonim
Kalsium fosfat, tribasic, precipitated calcium phosphate
3) ADI (Acceptable Daily Intake)
70 mg/berat badan sebagai Fosfor
4) Peraturan BPOM
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan
xxviii
Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231
Tahun 2004
5) Fungsi lain
Penstabil
6) Batas Penggunaan
No. Kategori Pangan Kategori pangan Batas Maksimum
(mg/kg) sebagai
total fosfor (P)
01.1.2 Minuman berbasis susu 1320
yang berperisa dan atau
difermentasi (contohnya
susu coklat, eggnog,
minuman yoghurt,
minuman berbasis whey)
01.4.2 Krim yang disterilkan atau 880
secara UHT, krim
“whipping” atau
“whipped”, dan krim
rendah lemak (plain)
01.5 Susu bubuk dan krim 500
bubuk dan bubuk analog
(plain)
04.1.2.9 Makanan pencuci mulut 220
(dessert) berbasis buah
termasuk makanan pencuci
mulut berbasis air
berflavor buah
05.1 Produk kakao dan cokelat 880
termasuk cokelat analog
dan pengganti cokelat
06.3 Serealia untuk sarapan, 900
xxix
termasuk rolled oats
11.1.1 Dekstrosa anhidrat, 3000
dekstrosa monohidrat,
fruktosa
11.1.2 Tepung gula, tepung 3000
dekstrosa
12.1.1 Garam 2000
12.2.2 Bumbu dan kondimen 880
(termasuk bubuk bumbu,
pasta dan minyak bumbu)
12.5.2 Bubuk atau campuran 500
untuk sup dan kaldu
13.4 Pangan diet untuk 2200
pelangsing dan penurun
berat badan
14.1.4.1 Minuman berbasis air 800
berperisa yang berkarbonat
14.1.4.2 Minuman berbasis air 1300
berperisa tidak
berkarbonat, termasuk
punches dan ades
14.1.5 Kopi, kopi substitusi, teh, 500
seduhan herbal, dan
minuman biji-bijian dan
sereal panas, kecuali
cokelat
xxx
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan pustaka dapat disimpulkan bahwa :
1. Bahan Tambahan Pangan, selanjutnya disingkat BTP, adalah bahan
yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pangan.
2. Antibuih (Antifoaming agent) adalah bahan tambahan pangan untuk
mencegah atau mengurangi pembentukan buih. Contoh BTP Antibuih :
Kalsium alginate dan Mono dan digliserida asam lemak (Mono- and
di-glycerides of fatty acids).
3. Bahan Pengkarbonasi (Carbonating agent) adalah bahan tambahan
pangan untuk membentuk karbonasi di dalam pangan.. Contoh BTP
Pengkarbonasi : Karbon dioksida.
4. Antikempal (Anticaking agent) adalah bahan tambahan pangan untuk
mencegah mengempalnya produk pangan. Contoh BTP Antikempal :
Kalsium Karbonat dan Trikalsium fosat.
B. Saran
Saran yang dapat penyusun berikan sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Mengingat Bahan Tambahan Pangan sangat beragam jenis dan
manfaatnya oleh karena itu mahasiswa diharapkan untuk lebih bijaksana
dan cermat dalam menggunakan bahan tersebut.
2. Bagi Badan Pengawas Obat dan Makanan
xxxi
Mengingat Mengingat Bahan Tambahan Pangan yang sangat
mudah ditemui di masyarakat, maka merupakan salah satu tugas Badan
Pengawas Obat dan Makanan untuk mengawasi berbagai Bahan
Tambahan Pangan yang ada atau beredar di masyarakat agar tidak
ditemui bahan berbahaya untuk Bahan Tambahan Pangan
xxxii