Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM MK.

PENGANTAR ILMU NUTRISI

CAFETARIA FEEDING UNGGAS

Oleh : Kelompok 2 / G1 1. Novalina Inka Puspitasari 2. Edwin Cardinal Situmeang 3. Yunita Silvia Ningtyas 4. Dwi Andaruwati 5. M. Dwi Noer Hasyim (D14100009) (D14100015) (D14100025) (D14100057) (D14100046)

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak apapun jenisnya membutuhkan pakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi. Seperti halnya ayam broiler yang merupakan tarnak yang diambil dagingnya, sehingga tentu membutuhkan ransum atau pakan yang berbeda dengan ayam produksi jenis lainnya. Secara morfologi untuk mencukupi kebutuhannya semua jenis ternak akan memilih pakan yang dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Ternak unggas akan berusaha memenuhi kerbutuhan tubuhnya akan energi, protein, mineral, dan vitamin dari makanannya. Apabila disediakan

bahan-bahan makanan secara terpisah (cafetaria). Unggas akan memakan bahan makanan tersebut sesuai kebutuhannya. Bentuk bahan makanan (tepung/ mash atau butiran/ crumble), juga mempengaruhi jumlah bahan makanan yang dimakan. Oleh karena itu, pengamatan ini bertujuan untuk menghitung konsumsi bahan makanan yang diberikan secara terpisah dan menghitung konsumsi energi, protein dan kalsium berdasarkan bahan makanan yang dikonsumsi.

Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk untuk menghitung konsumsi bahan makanan yang diberikan secara terpisah dan menghitung konsumsi energi, protein dan kalsium berdasarkan bahan makanan yang dikonsumsi.

METODE Materi Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum cafetaria feeding ini adalah enam ekor ayam broiler, bahan pakan ayam (jagung, dedak padi, tepung ikan, bungkil kedelai, kapur, ransum mash, ransum crumble), kandang baterey, tempat makan dan air minum, timbangan, plastik sebagai wadah pakan sementara, plastik atau koran bekas sebagai alas kandang, dan sekam.

Prosedur Sebelum diberi perlakuan, ternak terlebih dahulu dipuasakan selama 24 jam dan hanya diberi air minum untuk menghilangkan pengaruh makanan sebelumnya. Selanjutnya bobot badan ayam dan bahan makanan ditimbang sebelum perlakuan. Bahan makanan yang diberikan adalah: 100 gram untuk jagung dan dedak padi, 50 gram untuk tepung ikan dan bungkil kedelai, 10 gram untuk kapur, 100 gram untuk ransum mash dan crumble, dan dimasukan dalam plastik terpisah, pada saat mulai pemberian. Setelah itu tiap-tiap bahan disimpan dalam tempat makanan, sebanyak separuh dari jumlah dalam plastik (1 bahan dalam 1 tempat makan). Lalu tempat makanan disimpan pada kandang sesuai perlakuan (1 ekor ayam mendapatkan 1 perlakuan). Perlakuan (P) yang digunakan untuk P1: jagung, tepung ikan, bungkil kedelai, dan kapur. P2: dedak padi, tepung ikan, bungkil kedelai, dan kapur. P3: jagung, dedak padi, tepung ikan, dan kapur. P4: jagung, dedak padi, bungkil kedelai, dan kapur. P5: jagung, dedak padi, tepung ikan, bungkil kedelai, dan kapur. P6: ransum mash dan ransum crumble. Selain itu, air minum diberikan ad libitum pada tempat terpisah. Bahan makanan dapat ditambahkan dengan ditimbang terlebih dahulu. Setelah 24 jam, dilakukan penimbangan terhadap sisa makanan yang ada di dalam tempat makan. Konsumsi tiap-tiap bahan pakan dan ransum dihitung pada tiap perlakuan. Konsumsi energi, protein dan kalsium dari tiap bahan yang dikonsumsi dihitung pada tiap perlakuan dengan menggunakan data kandungan nutrien bahan makanan dari Tabel NRC 1994.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi pakan adalah dengan cara mengetahui perkembangan bobot badan (peningkatan atau penurunan) pada ternak yang diberi suatu perlakuan. Data hasil penimbangan bobot badan pada masing-masing ayam dengan perlakuan P1, P2, P3, P4, P5, dan P6 tercantum dalam tabel 1. Tabel 1. Bobot badan ayam broiler di kandang A Bobot Tubuh Ayam A (gram) Perlakuan Awal P1 P2 P3 P4 P5 P6 1636 1025 1346 1585 1511 1598 Akhir 1457 1412 1649 1354 1424 2042

Data konsumsi pakan pada semua perlakuan unggas sebagai dasar perhitungan konsumsi nutrien, tercantum pada tabel 2. Tabel 2. Tabel hasil konsumsi pakan pada enam perlakuan Bahan Makanan Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Konsumsi (gram) P3 P4 80 90 71 100 63 87 56 36 60 23 2 16 27 28 99 39 59 59 Jumlah

Jagung

P1 95 97 72 99 98 144 94 71 43

P2 -

P5 40 79 95 62 82 73 75 92 54

P6 -

10 11 Jumlah Konsumsi Rata-Rata Konsumsi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Tepung Ikan

Jumlah Konsumsi Rata-Rata Konsumsi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Dedak

Jumlah Konsumsi Rata-Rata Konsumsi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Bungkil Kedelai

Jumlah Konsumsi Rata-Rata Konsumsi

58 6 15 56 70 58 45 147 941 581 538 857 85,55 52,82 48,91 77,91 15 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 25 19 8 0 2 0 1 0 0 0 0 0 1 9 0 1 1 1 1 2 1 2 2 1 40 49 13 4 3,64 4,45 1,18 0,36 10 0 15 0 0 0 0 6 11 7 0 0 6 16 0 0 1 2 0 1 4 1 2 2 7 1 1 6 42 15 10 6 18 5 4 12 0 0 1 2 30 2 8 39 129 49 41 74 11,73 4,45 3,73 6,73 30 47 0 15 29 48 0 29 22 49 41 10 9 49 17 20 4 43 24 4 6 35 34 10 2 47 45 12 8 47 13 0 9 47 6 0 9 32 11 3 36 47 46 6 164 491 237 109 14,91 44,64 21,55 9,91

2917 48,30

106 2,41

293 6,66

1001 22,75

Kapur

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Jumlah Konsumsi Rata-Rata Konsumsi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Mash

Jumlah Konsumsi Rata-Rata Konsumsi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Crumble

Jumlah Konsumsi Rata-Rata Konsumsi

0 0 0 0 0 0 3 1 3 0 9 16 1,45 -

0 0 0 0 2 2 0 0 2 0 1 7 0,64 -

2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 1 6 0,55 -

2 3 5 0 2 1 2 0 1 3 1 20 1,82 -

0 0 0 0 0 2 0 2 1 0 2 7 0,64 -

0 0 0 9 1 5 1 10 38 0 4 538 48,91 65 99 99 85 65 66 1 32 0 3 23 68 6,19

56 1,02

538 48,91

68 6,19

Data konsumsi pakan energi, protein dan kalsium yang dikonversi dari total konsumsi pakan berfungsi untuk mengetahui kebutuhan ternak akan nutrien tersebut. Data konsumsi energi, protein dan kalsium pada P1, P2, P3, P4, P5, dan

P6 secara berturut turut disajikan dalam tabel 3, tabel 4, tabel 5, tabel 6, tabel 7, dan tabel 8. Tabel 3. Konsumsi pakan energi, protein, dan kalsium pada perlakuan ayam P1 Konsumsi Bahan Makanan EM (kkal) Protein Kasar (gram) 7,27136 2,18364 6,56000 16,01500

Kalsium (gram)

Jagung Tepung Ikan Dedak Padi Bungkil Kedelai Kapur Crumble Mesh Total

286,57727 10,25455 33,24727 330,07909

0,01711 0,18582 0,04324 0.55273 0,79889

Tabel 4. Konsumsi pakan energi, protein, dan kalsium pada perlakuan ayam P2 Konsumsi Bahan Makanan EM (kkal) Protein Kasar (gram) 2,67495 4,50820 19,64000

Kalsium (gram)

Jagung Tepung Ikan Dedak Padi Bungkil Kedelai

12,56182 34,94727 99,53909

0,22736 0,00821 0,12945

Kapur Crumble Mesh Total

147,04818

26,82351

0,24182 0,60710

Tabel 5. Konsumsi pakan energi, protein, dan kalsium pada perlakuan ayam P3 Konsumsi Bahan Makanan EM (kkal) Protein Kasar (gram) 4,48955 0,70968 1,71244 6,91164

Kalsium (gram)

Jagung Tepung Ikan Dedak Padi Bungkil Kedelai Kapur Crumble Mesh Total

176,94091 3,33273 13,27455 193,54818

0.01056 0,06039 0,00312 0,20727 0,28135

Tabel 6. Konsumsi pakan energi, protein, dan kalsium pada perlakuan ayam P4 Konsumsi Bahan Makanan EM (kkal) Protein Kasar (gram)

Kalsium (gram)

Jagung Tepung Ikan Dedak Padi Bungkil Kedelai Kapur Crumble Mesh Total

163,84545 11,10727 48,04636 222,99909

4,15727 1,43284 9,48000 15,07011

0,00978 0,00261 0,06248 0,69091 0,76578

Tabel 7. Konsumsi pakan energi, protein, dan kalsium pada perlakuan ayam P5 Konsumsi Bahan Makanan EM (kkal) 260,99545 1,02545 20,04727 22,09727 304,16545 Protein Kasar (gram) 6,62227 0,21836 2,58610 4,36000 13,78673

Kalsium (gram) 0,01558 0,01858 0,00471 0,02874 0,00185 0,06945

Jagung Tepung Ikan Dedak Padi Bungkil Kedelai Kapur Crumble Mesh Total

Tabel 8. Konsumsi pakan energi, protein, dan kalsium pada perlakuan ayam P6 Konsumsi Bahan Makanan EM (kkal) Protein Kasar (gram) 11,00455 1,39091 12,39545

Kalsium (gram)

Jagung Tepung Ikan Dedak Padi Bungkil Kedelai Kapur Crumble Mash Total

146,72727 18,54545 165,27273

0,48909 0,06182 0,55091

Pembahasan Tabel 1 menunjukkan data tentang penambahan dan pengurangan bobot badan pada ayam dengat masing-masing perlakuan yang berbeda. Terjadi perbedaan perkembangan bobot badan pada ayam P1, P2, P3, P4, P5, dan P6. Bobot awal P1 adalah 1636 gram, dan bobot akhirnya adalah 1457 gram. Terjadi penurunan bobot badan sebesar 179 gram. Bobot awal P2 adalah 1025 gram, dan bobot akhirnya adalah 1412 gram. Terjadi peningkatan bobot badan sebesar 387 gram. Bobot awal P3 adalah 1346 gram, dan bobot akhirnya adalah 1649 gram. Terjadi peningkatan bobot badan sebesar 303 gram. Bobot awal P4 adalah 1583 gram, dan bobot akhirnya adalah 1354 gram. Terjadi penurunan bobot badan sebesar 231 gram. Bobot awal P5 adalah 1511 gram, dan bobot akhirnya adalah 1424 gram. Terjadi penurunan bobot badan sebesar 87 gram. Bobot awal P6 adalah 1598 gram, dan bobot akhirnya adalah 2042 gram. Terjadi peningkatan bobot badan sebesar 444 gram. Peningkatan bobot badan tertinggi terjadi pada ayam P6 yang banyak mengkonsumsi pakan buatan berbentuk crumble. Hal

tersebut karena pakan buatan tersebut telah diolah oleh industri dengan proporsi komposisi gizi yang telah diperhitungkan untuk ternak. Penurunan bobot tertinggi terjadi pada ayam P4 dengan pakan tertinggi yang dipilih adalah jagung. Hal tersebut karena konsumsi jagung yang tinggi dapat menurunkan daya produksi daging pada ayam broiler. (Tim Laboratorium Jurusan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB, 2000). P1 dengan bobot awal 1.636 gram dan bobot akhir 1.457 gram. Jadi, ayam P1 mengalami penurunan berat badan sebesar 179 gram (Tabel 1). Perlakuan yang diberikan terhadap ayam P1 adalah pemberian pilihan pakan berupa biji jagung, tepung ikan, bungkil kedelai dan kapur. Terlihat pada Tabel 2, bahwa konsumsi pakan tertinggi pada ayam P1 adalah biji jagung. Jumlah konsumsi jagung ayam P1 selama kurun waktu 11 hari membentuk grafik yang fluktuatif. Kenaikan konsumsi cenderung terjadi pada hari pertama sampai hari keenam, cenderung turun pada hari ke-7 sampai hari ke-10, dan naik kembali dari hari ke10 sampai hari ke-11. Tingginya palatabilitas ternak terhadap jagung, disebabkan karena jagung memiliki xantophyl yang tinggi. Selama masa praktikum, ayam P1 juga mengkonsumsi pakan lain meskipun tidak sebanyak biji jagung. Konsumsi bungkil kedelai mengalami penurunan pada hari pertama sampai hari ke-7, dan mengalami kenaikan yang cukup drasis hingga hari ke-11. Tepung ikan hanya dikonsumsi pada hari pertama, ke-6, ke-7, ke-9, ke-10, dan ke-11. Kapur hanya dikonsumsi pada hari ke-7 sampai hari ke-11. Penurunan bobot badan yang terjadi pada ayam P1 disebabkan karena konsumsi jagung yang terlalu tinggi. Sesuai dengan pendapat dari Tim Laboratorium Jurusan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2011), penggunaan jagung yang tinggi dalam ransum dapat menyulitkan ternak untuk berproduksi, dalam hal ini prouksi daging pada ayam P1. Ayam dengan label P2 mengalami kenaikan bobot 387 gram (Tabel 1). Konsumsi pakan tertinggi adalah bungkil kedelai. Terlihat pada tabel 4 bahwa konsumsi energi, protein dan kalsium pada ayam P2 secara berturut-turut sebesar 147,04818 kkal/kg; 26,82351 gram; dan 0,60710 gram. Kenaikan bobot badan yang cukup besar tersbut dapat disebabkan oleh tingginya konsumsi bungkil kedelai sebagai sumber protein yang cukup baik, yakni sebesar 491 gram selama masa percobaan. Selain itu, konsumsi bungkil kedelai ini juga diimbangi dengan

konsumsi dedak padi yang juga cukup tinggi, yakni sejumlah 129 gram selama perlakuan. Selain sebagai sumber energi, dedak padi kualitas baik mempunyai protein rata-rata dalam bahan kering adalah 12,2 %, lemak 13,6 %, dan serat kasar 11,6%. Dedak padi kaya akan thiamin dan tinggi niasin (Tim Laboratorium Jurusan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB, 2011). Kualitas protein yang baik dibutuhkan untuk ternak dalam produksi (Hermana dkk, 2007). Konsumsi protein yang cukup dan diimbangi dengan konsumsi bahan pakan sumber energi dan kalsium yang seimbang menyebabkan peningkatan bobot tubuh ayam P2 lebih baik daripada ayam perlakuan lain selain P6. Selain itu, total konsumsi kapur juga cukup tinggi, yakni 7 gram selama masa perlakuan, sehingga konsumsi kalsiumnya sebesar 0,60710 gram (Tabel 4). Fungsi kalsium adalah salah sebagai mineral yang berperan dalam pembentukan tulang dan gigi (Hermana dkk, 2007). Ayam dengan label P3 mengalami kenaikan bobot 303 gram (Tabel 1). Konsumsi pakan tertinggi adalah jagung. Terlihat pada tabel 5 bahwa konsumsi energi, protein dan kalsium pada ayam P3 secara berturut-turut sebesar 193,54818 kkal/kg; 6,91164 gram; dan 0,28135 gram. Kasus pada ayam P3 bertolak

belakang dengan ayam P1. P1 mengkonsumsi pakan sumber energi dan protein yang cukup tinggi namun mengalami penurunan bera badan yang cukup signifikan. Akan tetapi ayam P3 yang mengkonsumsi pakan lebih sedikit (Tabel 2) mengalami peningkatan berat badan yang cukup baik. Konsumsi jagung yang terlalu tinggi dan tidak dibatasi memang menyebabkan kemunduran produksi dan penimbunan lemak, seperti kasus pada P1. Namun kemampuan (baik atau tidaknya) produksi daging pada ayam juga dapat dipengaruhi oleh kesehatan ayam. Selain itu, ada faktor lain seperti pada pendapat Hermana dkk (2007) yakni satu individu dengan individu lain pada hewan yang sejenis akan mempunyai respon tidak sama terhadap pemanfaatan zat makanan. Perbedaan tersebut disebabkan adanya sistem pencernaan yang berbeda antar individu, kecepatan tumbuh antar individu dan respon selera makan yang berbeda. Ayam dengan label P4 mengalami penurunan bobot badan sebesar 231 gram (Tabel 1), lebih besar penurunannya daripada P1. Konsumsi pakan tertinggi adalah jagung, sebesar 338 gram, namun konsumsi bungkil kedelai juga cukup

tinggi, yakni 237 gram (Tabel 2). Terlihat pada tabel 6 bahwa konsumsi energi, protein dan kalsium pada ayam P4 secara berturut-turut sebesar 222,99909 kkal/kg; 15,07011 gram; dan 0,76578 gram. Kejadian pada P4 hampir sama dengan P1. Konsumsi pakan sumber energi dan protein tinggi, namun terjadi penurunan berat badan yang cukup signifikan perbedaannya dengan perlakuan lain. Namun ada perbedaan yang cukup terlihat dominan dari ayam P4 ini, yakni konsumsi kapur yang paling tinggi di antara semua perlakuan. Secara umum palatabilitas ayam terhadap kapur adalah rendah. Konsumsi yang paling tinggi terlihat pada hari ke 3 yakni 5 gram (Tabel 2). Penurunan bobot yang tinggi ini mungkin juga dapat disebabkan oleh konsumsi mineral kalsium yang terlalu tinggi juga. Merujuk pada pendapat Mc Dowell (1992), bahwa kelebihan mineral kalsium tanpa diimbangi dengan konsumsi phospor dapat menyebabkan Hypophosphatemia sebagai akibat turunnya absorbsi phospor. Kekurangan phospor menyebabkan pertumbuhan terhambat, fertilitas jelek penyakit rickets dan osteomalacia, serta penurunan nafsu makan (Mc Dowell, 1992). Terlihat pada tabel 2, bahwa konsumsi pakan sejak hari pertama hingga hari ke 11 cenderung mengalami penurunan, terutama pada jagung. Ayam dengan label P5 mengalami penurunan bobot badan sebesar 87 gram (Tabel 1). Konsumsi pakan tertinggi adalah jagung, sebesar 857 gram, namun konsumsi bungkil kedelai juga cukup tinggi, yakni 109 gram (Tabel 2). Terlihat pada tabel 7 bahwa konsumsi energi, protein dan kalsium pada ayam P5 secara berturut-turut sebesar 304,16545 kkal/kg; 13,78673 gram; dan 0,06945 gram. Hal ini sama seperti kasus pada ayam P1 dan P4. Faktor lain yang mungkin terjadi adalah kurangnya asam amino tertentu pada ternak. Meningkatkan produksi ternak dengan pendekatan asam amino lebih menguntungkan daripada pendekatan protein kasar. Jagung defisiensi asam amino lisin, sedangkan bungkil kedelai kekurangan asam amino methionin dan sistin. Selain itu, pada beberapa tepung bungkil kedelai yang penanganannya kurang baik,biasanya masih mngandung protease inhibitor penghambat trypsin dan chemotrypsin.

Kekurangan satu satu atau lebih asam amino sudah jelas mengakibatkan pertumbuhan dan tingkat produksi ternak menjadi terhambat. Dari ketiga kasus yang sama ini dapat disimpulkan bahwa kombinasi tingginya pakan jagung

sebagai sumber energi dengan bungkil kedelai sebagai sumber protein harus diberikan dengan proporsi yang tepat. Begitu pula dengan bahan pakan sumber nutrien lain. Terlihat dari tabel 2 bahwa tepung ikan sangat sedikit dikonsumsi karena palatabilitasnya yang rendah, padahal kandungan proteinnya cukup baik dan tingkat kecernaannya lebih tinggi dari bungkil kedelai. Oleh karena itu dalam pemberian pakan, lebih baik diberikan dalam bentuk ransum yang sudah dihitung proporsi idealnya untuk ternak (dalam hal ini ayam broiler), untuk meningkatkan efisiensi pakan. Selain itu perlu diberikan penambahan pakan suplemen dan additive untuk melengkapi kekurangan beberapa nutrien dan untuk meningkatkan kecernaan pakan. Ayam dengan label P6 mengalami peningkatan bobot badan sebesar 444 gram (Tabel 1), paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Konsumsi pakan tertinggi adalah bentuk crumble, sebesar 538 gram selama masa perlakuan, dan konsumsi bentuk mash sejumlah 68 gram selama masa perlakuan (Tabel 2). Terlihat pada tabel 8 bahwa konsumsi energi, protein dan kalsium pada ayam P6 secara berturut-turut sebesar 165,27279 kkal/kg; 12,39545 gram; dan 0,55091 gram. Peningkatan bobot badan yang tinggi tersebut disebabkan karena ayam memakan pakan yang sudah mengalami proses konfersi jumlah nutrien yang diperhitungkan dengan baik oleh produsen. Ternak tidak hanya membutuhkan satu atau dua jenis nutrien saja, namun berbagai macam nutrien untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, pakan yang sudah diformulasi dengan baik ini dapat memenuhi kebutuhan ternak akan nutrien karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral secara seimbang. Pemilihan crumble oleh ayam P6 ini disebabkan oleh ayam yang digunakan dalam percobaan ini berada dalam tahap grower, sehingga lebih menyukai bahan makanan yang berbentuk crumble yang mempermudah ayam untuk memasukkan makanan ke dalam paruhnya. Bahan makanan berbentuk mash pada umumnya digunakan untuk DOC atau ternak pada masa starter, karena memudahkan DOC dalam menelan makanannya. Selain itu, energi yang dibutuhkan untuk memakan pakan yang berbentuk mash atau tepung lebih besar daripada pakan yang berbentuk crumble atau butiran.

KESIMPULAN Cafetaria feeding bertujuan mengetahui palatabilitas ternak terhadap suatu bahan pakan. Secara keseluruhan, palatabilitas ayam terhadap jagung sangat tinggi karena mengandung xantophyl dan merupakan pakan sumber energi yang baik. Paka sumber protein yang dikonsumsi lebih banyak adalah bungkil kedelai, dan palatabilitas ternak terhadap tepung ikan sebagai sumber protein hewani sangat rendah. Konsumsi kapur juga relatif rendah namun masih dikonsumsi oleh ternak karena dibutuhkan untuk pertumbuhan. Sedangkan dalam hal tekstur atau bentuk pakan, ayam lebih menyukai bentuk crumble. Konsumsi nutrien yang seimbang dan lengkap sangat mempengaruhi pertumbuhan ayam. Selain itu, kesehatan dan kondisi ayam juga perlu diperhatikan unuk mencapai peningkatan produksi ternak yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai