Anda di halaman 1dari 5

Hasil dan Pembahasan

Daya Mereduksi

Uji Benedict. Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gugus reduksi
pada karbohidrat. Prinsip kerja percobaan uji Benedict adalah Cu++¿¿ yang terdapat
dalam reagen Benedict, dapat direduksi oleh gugus reduksi pada monosakarida
menjadi Cu+¿¿ yang terlihat dengan terbentuknya endapan merah bata ( Cu2O) atau
cupro oksida yang berwarna merah bata. Reagen Benedict berfungsi untuk
menyediakan Cu2+ untuk direduksi oleh gula pereduksi. Pada uji Benedict dilakukan
perlakuan berupa pemanasan. Pemanasan pada uji Benedict bertujuan untuk memutus
ikatan-ikatan yang ada pada gugus karbohidrat sehingga menjadi turunannya.
Berdasarkan hasil uji Benedict dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Hasil uji Benedict pada Daya Mereduksi

No. Tabung Sampel Hasil (Endapan Merah


Bata)
1 Glukosa 0,01 M + (sedikit)
2 Glukosa 0,02 M ++ (banyak)
3 Glukosa 0,04 M +++ (sangat banyak)

Berdasarkan data di atas bahwa pada ketiga tabung terdapat endapan merah
bata. Pada tabung 1 terdapat endapan merah bata yang sedikit, tabung 2 terdapat
endapan merah bata banyak, dan pada tabung 3 terdapat endapan merah bata yang
sangat banyak. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi pada
larutan maka akan semakin banyak endapan merah bata yang terbentuk. Kusbandari
(2015) menyatakan bahwa pada uji Benedict endapan yang terbentuk dapat berwarna
hijau, kuning atau merah bata tergatung pada konsentrasi gula reduksinya. Semakin
berwarna merah bata maka gula reduksinya semakin banyak. Hasil percobaan yang
telah dilakukan sudah sesuai dengan literatur.

Uji Luff. Uji Luff bertujuan untuk mengetahui adanya gugus reduksi bebas pada
karbohidrat. Prinsip kerja pada uji Luff adalah Cu++¿¿ yang terdapat pada reagen Luff,
dapat direduksi oleh gugus reduksi bebas pada monosakarida menjadi Cu+¿¿ yang
terlihat dengan terbentuknya endapan merah bata ( Cu2O). Reagen Luff berfungsi untuk
mengindentifikasii adanya glukosa pada larutan. Pada uji Luff dilakukan perlakuan
berupa pendidihan selama 15 menit. Pendidihan selama 15 menit tersebut bertujuan
untuk memecah atau memutus ikatan pada gugus karbohidrat sehingga dapat bereaksi
dengan reagen Luff. Berdasarkan hasil uji Luff dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Hasil uji Luff

No. Tabung Sampel Hasil


1 Fruktosa 0,02 M endapan banyak
2 Glukosa 0,02 M endapan banyak
3 Laktosa 0,02 M endapan sedikit
4 Sukrosa 0,02 M tidak ada endapan
5 Pati 0,02 M berwarna biru

Berdasarkan data di atas tabung 1 dan tabung 2 memiliki endapan merah bata
yang banyak karena fruktosa (ketosa) dan glukosa (aldosa) mempunyai gugus reduksi
bebas yang dapat mereduksi Cu++¿¿ menjadi Cu +¿¿ membentuk Cu2O atau cupro oksida
yang berwarna merah bata. Glukosa dan fruktosa tidak fruktosa harus mengalami
hidrolisis terlebuh dahulu sehingga dalam waktu yang sama glukosa dan fruktosa akan
membentuk endapan yang lebih banyak.

Pada tabung 3 yang berisi laktosa terdapat sedikit endapan merah bata karena
laktosa merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa dengan ikatan (1-
4)-α-glikosidik, laktosa masih mempunyai gugus reduksi bebas (aldehid) pada C1
sehingga dapat mereduksi Cu++¿¿ menjadi Cu+¿¿ membentuk Cu2O. Sedangkan pada
tabung 4 yaitu tabung yang berisi sukrosa 0,02 M tidak terdapat endapan merah bata.
Hal tersebut terjadi karena sukrosa tidak memiliki gugus reduksi bebas (aldehid).
Sadava et al. (2014) menyatakan bahwa sukrosa memiliki monomer glukosa dan
fruktosa dengan ikatan (1-2)-a-glukosidik sehingga tidak ada gugus reduksi bebasnya.
Pada tabung 5 yang berisi pati atau amilum tidak terdapan endapan merah bata, dan
justru larutan berubah menjadi warna biru. Hal tersebut terjadi karena amilum
merupakan larutan polisakarida. Hasil percobaan yang telah dilakukan sudah sesuai
dengan literatur.

Pengaruh Asam (Dehidrasi)

Uji Molisch. Uji Molisch bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam pada
karbohidrat (indentifikasi umum karbohidrat). Pada uji Molisch ini memiliki prinsip kerja
berupa monosakarida apabila dipanaskan dengan asam kuat akan mengalami
dehidrasi menghasilkan furfural yang kemudian bereaksi dengan alfa-naftol atau timol
dalam alcohol membentuk senyawa yang berwarna. Fungsi reagen Molisch yaitu
sebagai penyedia molekul fenol atau biasanya alfa-naftol atau timol yang akan bereaksi
dengan furfural. Pada uji Molisch terdapat perlakuan yang berupa penambahan H 2 SO 4
yang bertujuan untuk mengdehidrasi gugus karbohidrat. Berdasarkan uji Molisch dapat
dilihat melalui tabel berikut ini.

Tabel 3. Hasil uji Molisch

No. Tabung Sampel Hasil


1 Furfural 0,01 M cincin ungu
2 Glukosa 0,02 M cincin ungu tipis
3 Selulosa 0,01 M cincin ungu tipis
4 Pati 0,7 M cincin ungu tebal

Berdasarkan data di atas hasil yang didapat menyebutkan bahwa tabung 1 yang
berisi Furfural 0,01 M memiliki cincin ungu. Pada tabung 2 dan 3 yang berisi Glukosa
0,02 M dan Selulosa 0,01 M menghasilkan menghasilkan cincin ungu tipis. Sedangkan
pada pati atau amilum menghasilkan cincin ungu yang tebal. Dari hasil diatas dapat
dilihat bahwa pada Pati atau Amilum mengasilkan cincin ungu yang paling tebal dan
pada Furfural menghasilkan cincin ungu yang paling sedikit. Padahal, seharusnya pada
tabung 1 yang berisikan Furfural terbentuk cincin ungu paling banyak karena furfural
langsung berkondensasi dengan reagen molisch tanpa harus hidrolisis terlebih dahulu.
Untuk tabung 3 dan 4 tabung yang berisikan Selulosa dan Pati seharusnya terdapat
sedikit cincin ungu karena Selulosa dan Pati merupakan polisakarida yang harus
dipecah menjadi monosakarida (glukosa) terlebih dahulu baru menjadi furfural.

Ketebalan cincin ungu secara urut dari yang paling tebal adalah furfural, glukosa,
amilum, dan selulosa. Hal tersebut dapat terjadi karena furfural tidak perluu mengalami
dehidrasi terlebih dahulu seperti glukosa, selulosa, dan pati. Oleh karena itu, furfural
dapat langsung membentuk cincin ungu, sedangkan glukosa adalah monosakarida,
tidak seperti selulosa dan pati yang tergolong dalam polisakarida. Hal tersebut
mengakibatkan glukosa lebih mudah mengalami dehidrasi menjadi furfural daripada
seulosa dan pati untuk membentuk cincin ungu.

Hasil percobaan yang telah dilakukan kurang sesuai dengan literatur. Sumardjo
(2008) menyatakan heksosa atau pentose mengalami hedidrasi oleh pengaruh asam
sulfat pekat menjadi hidrosimetifurfural atau furfural dan kondensasi aldehida yang
terbentuk dengan –naftol membentuk senyawa yang berwarna khusus untuk
polisakarida dan disakarida. Reaksi ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu hidrolisis
polisakarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentose, dan proses dehidrasi dan
proses kondensasi.

Uji Seliwanof. Uji Seliwanof bertujuan untuk mengetahui adanya gugus keton
pada karbohidrat yang misalnya yaitu fruktosa sehingga dapat digunakan untuk
membedakan glukosa dan fruktosa. Pada uji Seliwanof terdapat prinsip kerja yaitu
fruktosa akan diubah menjadi hidrosimetilfurfural yang selanjutnya bereaksi dengan
resorsinol membentuk senyawa berwarna merah. Reagen Seliwanoff memiliki isi yang
berupa larutan resorsinol dan alcohol. Dalam uji Seliwanof ini dilakukan perlakuan
berupa penambahan HCl pekat dan pemanasan. Penambahan HCl pekat bertujuan
untuk mendehidrasi fruktosa dan pemanasan untuk mempercepat proses dehidrasi.

Tabel 4. Hasil uji Seliwanof

No. Tabung Sampel Hasil


1 Fruktosa 0,01 M Warna tetap
2 Glukosa 0,01 M Berubah warna menjadi
merah

Berdasarkan data di atas, tabung 1 yang berisikan Fruktosa 0,01 M hasilnya


tidak berubah warna atau warna tetap. Seharusnya warna yang terbentuk adalah warna
merah karena di dalam fruktosa terdapat gugus keton dengan reaksi Seliwanoff
membentuk hidrosimetifurfural yang menunjukan warna merah. Pada tabung 2 yang
berisikan larutan Glukosa 0,01 M menunjukan perubahan warna menjadi warna merah.
Seharusnya pada Glukosa tidak terbentuk warna merah karena di dalam glukosa tidak
terdapat gugus keton tetapi gugus aldehid.

Hasil percobaan yang telah dilakukan kurang sesuai dengan literatur. Sumardjo
(2008) menyatakan bahwa pereaksi Seliwanoff adalah resorsinol dalam asam klorida
encer. Pendidihan fruktosa dengan pereaksi Seliwanof menghasilkan larutan berwarna
merah. Dehidrasi fruktosa oleh HCl yang ada dalam pereaksi Seliwanoff membentuk
hidrosimetilfurfural dan kondensasi hidroksimetifurfural yang terbentuk dengan
resorsinol yang membentuk senyawa berwarna merah.

Anda mungkin juga menyukai