(Glukosa 0,01M, Fruktosa 0,01M, Laktosa 0,01M, Laktosa 0,03M, Sukrosa 0,01M,
Sukrosa 0,03M, Filtrat Pisang Mentah, Filtrat Pisang Matang)
I. TUJUAN
Mengetahui adanya kemampuan mereduksi pada sampel (larutan glukosa 0,01M;
larutan fruktosa 0,01M; larutan laktosa 0,01M; larutan laktosa 0,03M; larutan sukrosa
0,01M; larutan sukrosa 0,03M; filtrat pisang mentah; dan filtrat pisang matang dengan uji
Barfoed dan memahami prinsipnya
D. Fungsi Perlakuan
- Larutan Barfoed ditambahkan untuk menjadi indikator dalam mengidentifikasi
adanya gugus reduksi pada monosakarida di sampel. Asam asetat yang terkandung
dalam larutan Barfoed berguna untuk memberikan suasana asam pada reaksi.
- Pemanasan dalam penangas air berfungsi untuk membuka cincin puran dan puran
pada monosakarida dan isomerase pada C1 dan C2 dan dapat digunakan untuk
mempercepat reaksi dengan meningkatkan energi kinetik molekul dalam larutan
- Pendinginan dilakukan untuk menghambat terbentuknya anhidra gula, asam
linoleate, dan turunan furfural karena adanya pemanasan berlebih dan
menghambat hidrolisis disakarida
- Pengamatan warna dan endapat digunakan untuk mengetahui perbedaan masing-
masing sampel.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Uji Barfoed berfungsi untuk membedakan monosakarida dan disakarida.
Monosakarida akan dioksidasi oleh ion Cu2+ membentuk endapan karboksil dan tembaga
(I) oksida yangberwarna merah bata dan mengendap. Munculnya endapan merah
menunjukkan reaksi positif. Reaksi dilakukan dalam suasana asam pada pH 4 dan 6
sehingga asam asetat digunakan untuk membuat reagen Barfoed. Hasil menunjukkan
tidak ada endapan merah dan larutan tetap biru.
Disakarida pereduksi dapat juga bereaksi dengan reagen barfoed (menghasilkan
endapan merah pula) namun dalam waktu pemanasan yang lebih lama. Oleh karena itu,
ketepatan waktu dalam uji ini sangat penting untuk membuahkan hasil yang valid. NaCl
dan beberapa zat lainnya dapat menjadi penghambat dalam reaksi yang terjadi.
Tembaga oksida akan bereaksi dengan gula reduksi, dan ion Cu2 + dalam oksida
tembaga akan direduksi menjadi Cu +, yang terakhir akan diendapkan dalam bentuk
oksida tembaga, dan aldosa akan teroksidasi menjadi aldehida. Mengamati waktu
pembentukan endapan merah juga dapat membedakan antara reduksi monosakarida dan
reduksi disakarida. Diantaranya, monosakarida akan membentuk endapan tembaga merah
dalam waktu 2-3 menit, sedangkan disakarida harus dihidrolisis terlebih dahulu selama
lebih dari 10 menit. Endapan tembaga-merah terbentuk dalam jangka waktu tertentu
(Welker, 1915).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel hasil percobaan Uji Barfoed
No Sampel Hasil Akhir Intensitas
V. KESIMPULAN
Urutan sampel gula berdasarkan dari intensitas endapan paling tinggi yaitu
fruktosa 0.01 M dengan intensitas endapan +3 dan berwarna menjadi biru, serta glukosa
0.01 M dengan intensitas +1 dan berwarna menjadi biru. Pada sampel laktosa dan sukrosa
tidak ditemukan endapan. Pada sampel filtrat pisang intensitas endapan pisang matang
lebih tinggi daripada filtrat pisang mentah. Pisang matang memiliki intensitas endapan
+5, sedangkan pisang mentah memiliki intensitas endapan +4
VI. DAFTAR PUSTAKA
Jahangirpuria., S.A. Makwana, dan C.G. Patel. 2017. Identification of carbohydrates. The
World Journal of Engineering & Applied Science, Vol 3(6) : 1-17.
Katoch, R. (2011). Analytical Techniques in Biochemistry and Molecular Biology. New
York: Springer Science+Business Media.
Nollet, L., & Toldrá, F. (2015). Handbook of Food Analysis. Boca Raton: CRC Press.
Schreck, J.O., dan W.M. Loffredo. 1994. Qualitative testing for carbohydrates. Chemical
Education Resources, Vol 22(8) : 220 – 357.
Welker, W.H. 1915. A disturbing factor in Barfoed’s test. J. Am. Chem. Soc, Vol 37(9) :
2227-2230