Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ilmu nutrisi adalah proses untuk melengkapi sel-sel di dalam tubuh hewan
dengan bagian dari luar yang merupakan gabungan dari persenyawaan-
persenyawaan kimia yang diperlukan untuk fungsi optimum dari banyak reaksi-
reaksi kimia dalam proses metabolisme, termasuk proses-proses pertumbuhan
hisup pokok, kerja, dan reproduksi (Rudiansyah 2014).
Dari hasil percobaan didapatkan informasi-informasi mengenai ilmu
nutrisi ternak unggas sehingga dapat diketahui formulasi ransum yang tepat.
Peningkatan produksi ungggas perlu dilakukan khususnya dengan pemenuhan
pakan ungags secara efektif. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nutrisi
unggas yang baik dapat diketahui dengan memperhitungkan formulasi ransum
yang tepat. Hasil perhitungan ransum tersebut akan mempertinggi nilai produksi
daging dan telur yang dihasilkan dari ketersediaan nilai gizi yang diperoleh
unggas tersebut. Ternak ungags akan berusaha memenuhi kebutuhan tubuhnya
akan energi, protein, mineral, dan vitamin dari makanannya. Apabila disediakan
bahan - bahan makanan secara terpisah (cafetaria), ungags akan memakan bahan
makanan tersebut sesuai kebutuhannya. Ada beberapa bentuk bahan makanan
yaitu pelllet, mesh (tepung), crumble (butiran), cube (kubus), cake (lempengan),
chip (emping) atau hijauan yang juga mempengaruhi jumlah bahan yang akan
dikonsumsi. Cafetaria feeding merupakan salah satu metode untuk mengetahui
tingkat kebutuhan dan kesukaan ternak unggas terhadap makanan tersebut.
Dengan mengetahui jumlah pakan yang dibutuhkan, maka diharapkan mampu
memformulasi ransum secara efisien.
Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui jumlah konsumsi energi, protein dan


mineral yang dibutuhkan ternak unggas dengan menggunakan metode pemberian
pakan cafetaria feeding, dan mengetahui konsumsi masing-masing bahan pakan
yang diberikan secara terpisah.
MATERI DAN METODE

Materi

Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan, wadah pakan,
kandang baterai, plastik, sekam
Bahan

Bahan yang digunakan adalah ayam 24 ekor, dedak padi, jagung, bungkil
kedelai, tepung ikan, kapur, crumble, mash.

Metode

Ditimbang ayam sebelum melakukan perlakuan. Setelah itu, timbang bahan


pakan dedak padi dan jagung 100 gram, tepung ikan dan bungkil kedelai 50 gram,
dan 10 gram kapur. Kemudian bahan pakan dimasukkan kedalam masing-masing
wadah pakan yang disediakan dengan 1 wadah 1 bahan pakan. Diletakkan air
minum dalam wadah dibagian dalam kandang. Bahan pakan tersebut diberikan
pada pagi dan sore, dengan menghitung sisa pakan pada pagi hari. Kemudian
dihitung konsumsi energi, protein, dan kalsium dari tiap bahan pakan yang
dikonsumsi dengan menggunakan tabel NRC unggas.
TINJAUAN PUSTAKA

Dedak padi
Dedak padi merupakan salah satu dari limbah hasil pertanian yang
ketersediaannya cukup banyak dan mudah untuk didapatkan. Selain harga dedak
padi yang relatif murah, menjadi salah satu pertimbangan penggunaan dedak
sebagai pakan ternak. Menurut Utami (2011), dedak padi mengandung nutrisi
bahan kering 88,93%, protein kasar 12,39%, serat kasar 12,59%, kalsium 0,09%
dan posfor 1,07%. Anggorodi (1995) menyatakan bahwa dedak padi selain
mengandung serat kasar yang tinggi, juga mengandung asam fitat yang cukup
tinggi yaitu 2,42% yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak.

Bungkil kedelai
Bungkil kedelai merupakan salah satu bahan pakan utama untuk ternak
non ruminansia seperti babi dan unggas. Bungkil kedelai digunakan sebagai pakan
ternak karena kandungan proteinnya yang tinggi serta kandungan asam aminonya
yang lengkap. Di balik kelebihan-kelebihan tersebut bungkil kedelai diketahui
memiliki beberapa antinutrisi, salah satunya adalah asam fitat. Asam fitat
merupakan bentuk utama penyimpanan fosfor dalam biji-bijian yang dapat
mengikat fosfor serta nutrien lain yang penting bagi tubuh. Ikatan fitat pada biji-
bijian dapat menyebabkan terbentuknya kompleks mineral dalam saluran
pencernaan, mencegah absorbsi nutrien sehingga kecernaan nutrien menurun
(Kerovuo, 2000). Asam fitat juga berikatan dengan protein sehingga asam amino
pada pakan tidak dapat terserap dengan baik oleh ternak non ruminansia. Interaksi
fitat-protein dapat menurunkan aktifitasenzim dalam saluran pencernaan,
menurunkan kelarutan protein, serta menurunkan kecernaan protein (Greiner dan
Konietzny 2011).

Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan limbah ikan kecil atau ikan besar yang tidak
diikutsertakan dalam pengalengan. Tepung ikan adalah salah satu sumber protein
hewani. Bentuk fisik tepung ikan adalah partikelnya halus, warna coklat dan bau
tidak begitu menyengat (Kushartono 2000). Kandungan nutrien tepung ikan
berdasarkan 100% BK adalah Abu 14,3%, PK 65,8%, LK 7,3%, SK 9%, dan
BETN 4,5% (Hartadi 1997).

Tepung Jagung
Tepung jagung merupakan butiran jagung yang digiling sampai halus atau
berbentuk mash. Jagung adalah bahan pakan sumber energi. Jagung adalah salah
satu bahan baku yang tersedia cukup memadai tetapi belum dimanfaatkan secara
optimal sebagai pakan ternak (Indraningsih et al. 2004).

Kapur
Kapur atau tepung batu merupakan bongkahan kapur yang diolah melalui
proses pengecilan ukuran (crushing, grinding, milling) sehingga diperoleh produk
dalam bentuk tepung. Tepung batu memiliki potensi untuk komponen pakan
ternak sebagai sumber mineral (Khalil dan Anwar 2005).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu total
konsumsi pakan dan sisa pakan. Data tersebut diperoleh dari perlakuan yang
pemberian pakan yang berbeda dari setiap bahan pakan. Sisa pakan diukur dengan
timbangan.
Tabel 1. Konsumsi Rata-Rata Bahan Pakan
Tanggal Kelompok Perlakuan Nama Pemberian Penambahan Konsumsi Sisa (gr)
bahan (gr) (gr) (gr)
4 2 P1 Jagung 50 50 4.9 95.1
Novem
ber
2019
P1 Tepung Ikan 50 - 0.8 49.2
P1 Bkl. Kedelai 50 - 0.9 49.1
P1 Kapur 50 - 0.4 9.6
P2 Dedak Padi 50 50 70 30
P2 Tepung ikan 50 - 2.0 48.0
P2 Bkl. Kedelai 50 - 1 49.0
P2 Kapur 10 - 0.2 9.8
P3 Jagung 50 50 93.2 6.8
P3 Dedak Padi 50 50 30 70.0
P3 Tepung Ikan 50 - 0.5 49.5
P3 Kapur 10 - 0.2 9.8
P4 Dedak Padi 50 50 20.0 80.0
P4 Jagung 50 50 40.0 60.0
P4 Bkl. Kedelai 50 - 0.7 49.3
P4 Kapur 10 - 0 10.0
P5 Jagung 50 50 30.0 70.0
P5 Dedak Padi 50 50 0 100
P5 Tepung ikan 50 - 2.0 48.0
P5 Bkl. Kedelai 50 - 1.0 49.0
P6 Ransum 50 - 0.3 49.7
Mash
P6 Ransum 50 50 78.0 22.0
Crumble

Tabel 2. Konsumsi Energi Rata-Rata Bahan Pakan


Perlakuan Nama Bahan Konsumsi Konsumsi Energi
P1 Jagung 4.9 16.415
Tepung ikan 0.8 22.56
Bungkil kedelai 0.9 2.007
Kapur 0.4 0
P2 Dedak padi 70 208.6
Tepung ikan 2.0 5.64
Bungkil kedelai 1.0 2.23
Kapur 0.2 0
P3 Jagung 93.2 312.22
Dedak padi 30 89.4
Tepung ikan 0.5 1.41
Kapur 0.2 0
P4 Dedak padi 20.0 59.6
Jagung 40.0 134
Bungkil kedelai 0.7 1.561
Kapur 0 0
P5 Jagung 30.0 100.5
Dedak padi 0 0
Tepung Ikan 2.0 5.64
Bungkil kedelai 1.0 2.23
P6 Ransum mash 0.3 0.9
Ransum crumble 78.0 234

Tabel 3. Konsumsi Protein Rata-Rata Bahan Pakan


Perlakuan Nama Bahan Konsumsi Konsumsi Protein
P1 Jagung 4.9 4.165
Tepung ikan 0.8 0.4804
Bungkil kedelai 0.9 0.396
Kapur 0.4 0
P2 Dedak padi 70 9.03
Tepung ikan 2.0 1.201
Bungkil kedelai 1.0 0.44
Kapur 0.2 0
P3 Jagung 93.2 7.922
Dedak padi 30 3.87
Tepung ikan 0.5 0.30025
Kapur 0.2 0
P4 Dedak padi 20.0 2.58
Jagung 40.0 3.4
Bungkil kedelai 0.7 0.308
Kapur 0 0
P5 Jagung 30.0 2.55
Dedak padi 0 0
Tepung ikan 2.0 1.201
Bungkil kedelai 1.0 0.44
P6 Ransum mash 0.3 0.066
Ransum crumble 78.0 17.16

Tabel 4. Konsumsi Kalsium Rata-Rata Bahan Pakan


Perlakuan Nama Bahan Konsumsi Konsumsi
Kalsium
P1 Jagung 4.9 0.00098
Tepung ikan 0.8 0.04088
Bungkil kedelai 0.9 0.00261
Kapur 0.4 0.152
P2 Dedak padi 70 0.049
Tepung ikan 2.0 0.1022
Bungkil kedelai 1.0 0.0029
Kapur 0.2 0.076
P3 Jagung 93.2 0.01864
Dedak padi 30 0.021
Tepung ikan 0.5 0.02555
Kapur 0.2 0.076
P4 Dedak padi 20.0 0.014
Jagung 40.0 0.008
Bungkil kedelai 0.7 0.00203
Kapur 0 0
P5 Jagung 30.0 0.006
Dedak padi 0 0
Tepung ikan 2.0 0.1022
Bungkil kedelai 1.0 0.0029
P6 Ransum mash 0.3 0.003
Ransum crumble 78.0 0.78

Pembahasan
Cafetaria feeding merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengetahui konsumsi unggas dengan memberikan bahan pakan secara terpisah-
pisah (cafeteria). Metode ini juga biasa digunakan untuk melihat palabilitas ternak
terhadap bahan pakan. Dengan metode ini, unggas bisa memenuhi kebutuhan
nutriennya sendiri. Cafetaria feeding yang dilakukan membagi enam ayam
dengan enam perlakuan yang berbeda. Ayam yang diberikan perlakuan satu (P1),
diberi pakan jagung, tepung ikan, bungkil kedelai, dan kapur. Ayam yang
diberikan perlakuan dua (P2), diberi pakan dedak padi, tepung ikan, bungkil
kedelai, dan kapur. Ayam yang diberikan perlakuan tiga (P3), diberi pakan
jagung, dedak padi, tepung ikan, dan kapur. Ayam yang diberikan perlakuan
empat (P4), diberi pakan dedak padi, jagung, bungkil kedelai, dan kapur. Ayam
yang diberikan perlakuan lima (P5), diberi pakan jagung, dedak padi, tepung
ikan, dan bungkil kedelai. Ayam yang diberikan perlakuan enam (P6), diberi
pakan ransum mash dan ransum crumble
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, bahan pakan sumber
energi dengan tingkat konsumsi dari yang paling tinggi adalah jagung. Hal ini
disebabkan karena jagung memiliki beberapa kelebihan, diantaranya merupakan
bahan baku sumber energi yang mudah dicerna, palatable, mengandung karoten
sehingga membuat warna jagung berwarna kuning yang merupakan daya tarik
bagi ayam broiler (Brata et al. 2016), dan termasuk dalam pakan berbentuk
crumble (Ramli et al. 2015). Jagung memiliki energi metabolis sebesar 3350
kkal/kg dan dedak padi memiliki energy metabolis sebesar 2980 kkal/kg (Haryono
dan Ujianto 2000). Selain itu, kandungan xantophyl dan asam amino metionin
yang tinggi pada jagung juga memberikan nilai tambah pada ternak (Winarno
1997). Bahan pakan sumber protein dengan tingkat konsumsi dari yang paling
tinggi adalah tepung ikan. Tepung ikan merupakan bahan pakan sumber protein
bagi ternak. Kandungan protein kasar tepung ikan berturut-turut adalah 92%
(Natawihardja 2002) . Pada perlakuan terakhir, ayam diberikan ransum mash dan
crumble. Pada perlakuan ini, ayam lebih banyak mengkonsumsi ransum yang
berbentuk crumble daripada berbentuk mash. Hal ini bisa disebabkan karena
bentuk crumble lebih mudah dipatuk oleh paruh ayam dibandingkan bentuk mash
(Ramli et al. 2015).
Berdasarkan data hasil pengamatan, bahan pakan yang paling memenuhi
kebutuhan energi pada ayam adalah dedak padi dan jagung. Bungkil kedelai dan
tepung ikan berperan dalam bahan pakan sumber protein yang dibutuhkan oleh
ayam, walaupun tidak menutup kemungkinan ayam juga dapat memenuhi energi
dari bungkil kedelai dan tepung ikan yang dikonsumsinya. Kapur adalah salah
satu bahan pakan sumber mineral. Kapur banyak mengadung calcium (Ca) yang
merupakan salah satu mineral esensial makro. Dalam data hasil pengamatan,
konsumsi kapur paling sedikit dibandingkan bahan pakan lain. Hal ini disebabkan
warna merah dan kuning dapat meningkatkan aktivitas dan konsumsi pakan
karena warna merah dan kuning mempunyai intensitas cahaya yang tinggi.
Sedangkan kapur berwarna putih, sehingga tingkat kesukaan ayam terhadap kapur
tidak sama dengan pakan lainnya (Surya 2007).
PENUTUP

Simpulan
Jumlah konsumsi energi, protein, dan mineral yang dibutuhkan ternak
unggas berbeda-beda. Unggas memiliki kemampuan untuk memilih pakan yang
sesuai untuk memenuhi kebutuhan akan energi, protein, dan mineral. Bahan pakan
sumber energi yang paling banyak dikonsumsi adalah jagung dan dedak padi,
sedangkan bahan pakan sumber protein yang paling banyak dikonsumsi adalah
bungkil kedelai dan tepung ikan.

Saran
Perlu diadakannya pengawasan oleh pembimbing pada saat pemberian dan
penimbangan pakan agar tidak terjadi kesalahan dalam menimbang dan
meletakkan kembali pakan ke tempat semula, serta perlu diadakan pengaturan
jadwal agar praktikan tidak datang sewaktu-waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi.1994.Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan Pertama.Jakarta(ID):PT.


Gramedia Pustaka Utama.
Anwar S, Khalil.2005.Pemanfaatkan pakan lokal untuk industri pakan. Laporan
Hasil Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri. Padang (ID):
Universitas Andalas.
Brata B, Mega O, Setianto J. 2016. Penggantian sebagian ransum komersil oleh
jagung dan pengaruhnya terhadap kualitas fisik daging broiler. Jurnal
Ilmu-ilmu Peternakan. 19 (1) : 17 – 26
Hartadi.1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia.Yogyakarta:UGM Press.
Haryanto, Ujianto A. 2000. Penentuan energy metabolis (EM) bahan pakan ayam
di kandang percobaan uanggas ciawi. Temu Teknis Fungsional non
Peneliti. 185 - 191
Indraningsih, Yuningsih, Rachmat F. 2006. Residu Pestisida Pada Serum Sapi
Potong dan Kemungkinan Timbulnya Residu Pada Produk
Peternakan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner:
212- 219.
Kerovuo, J. 2000. A novel phytase from Bacillus: Characterization and
production of the enzyme, Ph.D dissertation.Finladia:University
Helsinki.
Konietzny, I. J., R. Grener.2002.Molecular and catalitic properties of phytate-
degrading enzymes (phytases).Intl.Journal Food Sci. Technol.37:791-
812.
Kushartono.2000.Penentuan Kualitas Bahan Baku Pakan DenganCara
Organoleptik.Bogor(ID):Balai Penelitian Bogor.
Natawihardja D. 2002. Perbandingan kebutuhan energy untuk hidup pokok pada
ayam broiler dan ayam petelur tipe medium pada umur yang sama
serta pengaruhnya terhadap efisiensi penggunaan energy. Jurnal
Bionatura. 4 (3) : 157 – 164.
Ramli N, Setiana I, Utomo DB. 2015. Pengaruh ukuran partikel jagung terhadap
kecernaan pati : in vitro. Bulletin Makanan Ternak. 102 (1) : 27 – 35.
Rusdiansyah. 2014. Pemberian level energi dan protein berbeda terhadap
konsumsi ransum dan air serta konversi ransum ayam buras fase
layer [skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.
Surya A. 2007. Pengaruh Warna Lampu Penerangan Terhadap Performa Ayam
Broileri [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Utami, Y. 2011. Pengaruh imbangan feed suplemen terhadap kandungan protein
kasar, kalsium dan fosfor dedak padi yang difermentasi dengan
Bacillus amyloliquefaciens[Skripsi].Padang(ID):Fakultas Peternakan
Universitas Andalas.Hal:32
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka
Utama.

Anda mungkin juga menyukai