Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui berbagai jenis obat anestesi, dosis, dan kontraindikasinya pada hewan kecil
dan hewan laboratorium
2. Memahamiteknik anestesi pada hewan kecil dan hewan laboratorium
3. Memahami tahapan atau stadium anestesi
4. Mengetahu tanda-tanda vital penting yang perlu diperhatikan selama anestesi
Tanggal Praktikum : 02 November 2021
1. Drh. Budhy Jasa Widyananta, M.Si 1. drh. Fitria Senja murtiningrum, M.Si
2. 2. drh. Bintang Nurul Iman
A. HEWAN KECIL
Lengkapi keterangan dalam tabel berikut mengenai obat anestesi pada hewan kecil!
6. Halothane liquid Halothan 0,5-3% Hewan dengan Dapat digunakan Mudah menguap
99,9% kelainan jantung untuk
Rute inhalasi dan paru-paru maintenance
anestesi general
B. HEWAN LABORATORIUM
Lengkapi keterangan dalam tabel berikut mengenai obat anestesi pada hewan
laboratorium!
1. Anamnesa hewan
2. Puasa
Apakah terdapat perbedaan teknik anestesi pada hewan kecil dengan hewan laboratorium?
Jika ada, jelaskan!
Perbedaan teknik anestesi terdapat pada rute pemberian obat tersebut. Pada hewan
kecil dilakukan secara subkutan, intramuscular, dan intravena. Sedangkan pada hewan
laboratorium dilakukan secara subkutan, intramuscular, intravena, dan intraperitoneal.
Selain itu pada hewan laboratorium, dosis anestesi biasanya lebih tinggi ketimbang hewan
kecil karena tingkat metabolismenya lebih tinggi sehingga waktu onset, withdrawal, dan
toleransinya lebih pendek (Suryanto 2012).
Sebutkan obat premedikasi dan kombinasi anestesi yang sering digunakan, baik pada hewan
kecil maupun hewan laboratorium!
Sebutkan tanda-tanda vital yang perlu dikenali pada saat melakukan anestesi!
1. Frekuensi napas
2. Frekuensi jantung
3. Saturasi oksigen
4. Suhu tubuh
2. Involuntary Movement
Tahap ini disebut juga tahap delirium. Tahap ini dimulai dari pasien kehilangan kesadaran
hingga pernafasan pasien kembali teratur. Refleks kelopak mata sudah tidak ada, dan
merupakan tahap eksitasi, sehingga bahaya untuk memulai prosedur medis pada tahap ini.
3. Surgical Anesthesia
Tahap ini dimulai dari pasien sudah memiliki pola pernafasan yang teratur hingga
penurunan respirasi. Pada tahap inilah prosedur medis dapat dilakukan.
4. Medullary Paralysis
Tahap ini dimulai dari penurunan respirasi hingga kegagalan sirkulasi. Hal ini terjadi karena
depresi sistem syaraf pusat sudah berlebih.
C. PERCOBAAN PADA HEWAN
Kombinasi anestesi (hewan kecil)
Obat : Atropin Sulfate
Dosis : 0,02-0,04 mg/kg BB, dipakai 0,025 mg/kg BB
Rute : Injeksi subkutan
Perhitungan dosis pemberian
Berat badan (kg)x Dosis obat (mg/kg)
Dosis pemberian =
Konsentrasi (mg/ml)
= 0,39 ml
TUGAS:
2. Interaksi obat
Kombinasi antara ketamin dan xylazin merupakan kombinasi terbaik bagi kedua agen
itu untuk menghasilkan anestesi. Anestesi dengan ketamin-xylazin memiliki efek yang lebih
pendek jika dibandingkan dengan pemberian ketamin saja tetapi kombinasi ini menghasilkan
relaksasi muskulus yang baik tanpa konvulsi (Pirade 2015).
Kombinasi antara xylazin dan propofol. Propofol masuk dalam golongan fenol.
Dibandingkan dengan ketamin, waktu induksi dan masa pulih (recovery) lebih lembut pada
propofol, selain itu redistribusi propofol ke jaringan juga lebih cepat dibanding ketamin.
Namun, seperti halnya ketamin propofol juga mempunyai kekurangan, yaitu dapat
menyebabkan depresi pernapasan dan penggunaannya pada kucing harus hati-hati karena
akan menyebabkan penundaan masa pulih. Untuk metabolisme propofol dibutuhkan enzim
glukoronidase dan pada kucing relatif sangat kecil kandungan glukuronil transferase hepatik
sehingga dibutuhkan waktu lebih lama untuk eliminasi obat dari tubuh sebagai akibatnya
terjadi penundaan waktu masa pulih (Pascoe et al. 2006).
3. Onset, durasi dan withdrawal time dan gejala klinis yang terlihat selama onset obat
Jumlah pulsus pada pemberian ketamin-acepromacin dan zoletil-acepromacin
masing-masing mengalami penurunan setelah 30 menit penyuntikan, sedangkan pada menit
ke-60 setelah penyuntikan mengalami peningkatan pulsus (Yunani et al. 2015). Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Stoelting (2006), bahwa efek ketamin terhadap kardiovaskuler dapat
meningkatkan tekanan darah arteri paru dan sistemik, begitu pula dengan zoletil.
Pemberian ketamin dan xylazin. Onset: 10–12 menit, Durasi: 45–48 menit,
Withdrawal time: 20–21 menit, gejala klinis yang terlihat: Tekanan darah, detak jantung,
suhu tubuh dan tingkat pernapasan menurun.
5. Pengaruh obat anestesi yang digunakan terhadap frekuensi jantung, frekuensi pernapasan
suhu tubuh, mukosa, pupil dan refleks digit
Pemberian ketamin dapat menimbulkan efek yang membahayakan, yaitu takikardia,
hipersalivasi, meningkatkan ketegangan otot, nyeri pada tempat penyuntikan, dan bila
berlebihan dosis akan menyebabkan pemulihan berjalan lamban dan bahkan
membahayakan (Yusuf et al. 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Pascoe PJ, Ilkiw JE, Frischmeyer KJ. 2006. The effect of the duration of propofol administration
on recovery from anesthesia in cat. Veterinary Anaesthesia and Analgesia. 33: 2-7
Pirade PF. 2015. Perbandingan pengaruh anestesi ketamin-xylazin dan ketamin-zoeletil terhadap
fisiologis kucing lokal (Felis domestica)[Skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin,
Fakultas Kedokteran Hewan
Stoelting H. 2006. Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice. Philadelpia (AS) :
Williams and Walkins
Suryanto BR. 2012. Pemeliharaan dan penggunaan marmut seabagai hewan percobaan. Buletin
Laboratorium Veteriner. 12(3): 2-6.
Yunani R, Mudji EH, Apritya D. 2015. Perbedaan efektivitas anestetikum antara zoletil-
acepromacin dan ketamin-acepromacin pada tikus putih (Rattus novergicus). Jurnal Kajian
Veteriner. 3(2): 113-119
Yusuf MC, Syafruddin, Roslizawaty. 2018. Pengaruh ketamine-xylazine terhadap onset dan
sedasi kucing lokal (Felis catus) yang diovariohisterektomi. JIMVET. 2(4): 599-603
Resume Video Tahap Anestesi Pada Hewan
Hewan yang digunakan pada anestesi berupa hewan kecil yaitu kucing. Sebelum
dilakukan anestesi, hewan harus melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu. Selanjutnya
mempersiapkan obat-obatan yang akan digunakan. Sediaan anestesi yang sering digunakan
adalah atropin sulfate, ketamin, dan xylazin. Kombinasi anestesi yang sering digunakan
pada laboratorium bedah adalah ketamin dan xylazin, dengan premedikasi menggunakan
atropin sulfate. Premedikasi menggunakan atropin sulfate diberikan pada rute injeksi
subkutan dengan perhitungan dosis sebagai berikut:
10 mg/kg x 3,9 kg
Ketamine =
100 mg/mL
2 mg/kg x 3,9 kg
Xylazine =
20 mg/mL