Anda di halaman 1dari 9

Makalah Perjudian dan Taruhan

Menurut Kitab Manawa Dharmasastra


Adhyaya IX

Disusun oleh :

NAMA : I GEDE PANDE WISNU GUNANDA


KELAS : XI MIA 5

SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH


T.P 2014/2015

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu, puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi
Wasa yang mana telah memberikan saya kekuatan serta kelancaran dalam
menyelesaikan makalah ini
Saya sangat tertarik untuk mengajukan Judul : Perjudian dan Taruhan
Menurut Kitab Manawa Dharmasastra Adhyaya IX
Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat tugas
mandiri ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai
pihak sehingga Penulis mampu menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik, oleh
karena itu pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

Bapak Ketut Adhi Sebagai guru pembimbing. Semoga ilmunya berkah dan
menjadi aliran amal.
Saya menyimpulkan bahwa tugas mandiri ini masih belum sempurna, oleh

karena itu saya menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas mandiri ini dan
bermanfaat bagi saya dan pembaca pada umumnya.

Kotagajah, 5 Februari 2015


I GEDE PANDE WISNU GUNANADA

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................. 3
BAB I

PENDAHULUAN....................................................................................... 4
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2

BAB II

PEMBAHASAN.......................................................................................... 3

1. Perjudian dan Taruhan Menurut Kitab Manawa Dharmasastra Adhyaya


IX

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 8


DAFTAR PUTAKA...................................................................................................... 8

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manawa Dharmashastra adalah satu kitab hukum Hindu yang paling populer dan
(masih) paling banyak diacu oleh umat, disamping kitab-kitab Smrti lainnya. Smrti merupakan
kelompok kedua secara hierarkis sesudah kelompok Sruti (kelompok kitab-kitab Wahyu), yang
dipandang sebagai kitab hukum Hindu karena didalamnya banyak memuat syariat (dalam
bahasa Arab) Hindu yang disebut Dharma. Karena itu, kitab Smrti juga disebut sebagai
Dharmashastra. Dalam hal ini, Dharma berarti hukum dan Shastra berarti ilmu.
Manawa Dharmashastra merupakan kitab hokum pertama dalam Hindu. Menurut
mithologinya, Manu mendiktekan hukumnya ini dalam seratus ribu sloka kepada Maharshi
Brghu, yang pada gilirannya mengajarkan kepada Rshi Narada. Narada, berdasarkan
pertimbangannya mengurangi aturan itu menjadi dua belas ribu sloka. Kitab hukum ini
kemudian dikurangi lagi menjadi delapan ribu sloka oleh Rshi Markandeya. Percaya atau tidak,
Rshi yang lain, Sumanthu, menguranginya lagi menjadi empat ribu sloka. Akhirnya, Rshi lain
yang tidak dikenal, mengurangi lagi menjadi 2.685 sloka.
Manawa Dharmashastra, seperti yang dikenal sekarang ini, terdiri dari 12 Adhyaya (bab
atau buku) yang memuat 18 aspek hukum atau Wyawahara yang dapat dikategorikan dalam
bentuk hukum perdata agama, pidana serta peraturan-peraturan yang bersifat mengatur
kehidupan sosial kemasyarakatan secara umum. Jadi ia merupakan kitab hukum Hindu dengan
cakupan bahasan yang amat lengkap, luas dan ber- relevansi keluar maupun kedalam.
Kitab Dharmashastra ini banyak sehingga penulisnya juga banyak pula untuk
disebutkan diantaranya adalah: Baudhayana, Harita, Apastambha, Wasistha, Sankha-likhita,
Usana, Kasyapa, Yajnawalkya, Gautama (bukan Siddhartha Gautama) dan Brhaspati. Penamaan
kitab-kitab Smrti, umumnya mengambil nama penulisnya, seperti: Gautamasmrti, ditulis oleh
Rshi Gautama. Salah satu yang paling populer dan paling banyak diacu di Indonesia adalah
Sarasamuschaya, gubahan Bhagawan Wararuci. Mengenai Sarasamuschaya, para indolog masih
berbeda pendapat tentang kapan digubah dan siapa sebetulnya orang suci ini. Apakah beliau
orang suci Nusantara ataukah India. Dari beberapa pandangan yang dikemukakan tentang siapa
beliau, tampak bahwa beliau sebagai orang suci yang juga fasih menggunakan bahasa
Sanskerta, disamping bahasa Kawi atau Jawa Kuno, dua bahasa yang digunakan didalam
naskahnya.
Dua tokoh pemikir Hindu, yaitu Sankhalikhita dan Wikhana berpandangan bahwa
Manawa Dharmasastra adalah ajaran dharma yang khas untuk zaman Krtayuga, sedangkan
sekarang adalah zaman Kaliyuga. Keduanya mengelompokkan dharmasastra yang dipandang
sesuai dengan zaman masing-masing, yaitu:

Manawa Dharmasastra sesuai untuk zaman Krta Yuga


Gautama Dharmasastra sesuai untuk zaman Treta Yuga
Samkhalikhita Dharmasastra sesuai untuk zaman Dwapara Yuga
Parasara Dharmasastra sesuai untuk zaman Kali Yuga

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah judi dan taruhan dalam Manawa Dharmasastra Adhyaya IX?

Tujuan Penulisan :
1. Untuk mengetahui tentang judi dan taruhan dalam Manawa Dharmasastra
Adhyaya IX.
Manfaat Penulisan :
1. Bagi pembaca dapat mengetahui dan mendalami isi dari kitab Manawa
Dharmasastra yeng merupakan kitab paling popular dan paling banyak dijadikan
sumber refrensi dalam menunjang kepustakaan Hinduserta memberikan
pedoman dalam kehidupan sehari-hari serta menjadi sumber yang berpegang
teguh pada dharma.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Judi Dan Taruhan Dalam Manawa Dharmasastra Adhyaya IX

Judi dan taruhan dilarang dalam Agama Hindu. Judi adalah perbuatan yang dilakukan
dalam berbentuk permainan atau perlombaan yang dilakukan semata- mata untuk
bersenang-senang atau kesibukan dalam mengisi waktu senggang serta ada taruhan yang
dipasang oleh para pihak pemain atau bandar baik dalam bentuk uang ataupun harta
benda lainnya sehingga tentu saja ada pihak yang diuntungkan dan yang dirugikan.
Kitab suci Manawa Dharmasastra Buku IX (Atha Nawano dhyayah) sloka 221, 222,
223, 224, 225, 226, 227, dan 228 dengan jelas menyebutkan adanya larangan itu. Sloka
223 membedakan antara perjudian dengan pertaruhan. Bila objeknya benda- benda tak
berjiwa disebut perjudian, sedangkan bila objeknya mahluk hidup disebut pertaruhan.
Benda tak berjiwa misalnya uang, mobil, tanah dan rumah. Mahluk hidup misalnya
binatang peliharaan, manusia, bahkan istri sendiri seperti yang dilakukan oleh Panca
Pandawa dalam ephos Bharatha Yuda ketika Dewi Drupadi dijadikan objek pertaruhan
melawan Korawa. Di bawah ini sloka-sloka yang menyangkut tentang judi dan taruhan
diatur dalam Manawa Dharmasastra bab IX sloka 221-228 yaitu:
1. Dyta sama vaya caiva rja rtrannivarayet, rjanta karaa vetau
dvau doau prtivikitam
. Manavadarmastra IX.221.

(Perjudian dan pertaruhan supaya benar-benar dikeluarkan dari wilayah


pemerintahannya, ke dua hal itu menyebabkan kehancuran negara dan
generasi muda).
2. Prakaa etat taskaryam yad devanasama vayau, tayornitya
pratigate nrpatir
yatna van bavet. Manavadarmastra IX.222.

(Perjudian dan pertaruhan menyebabkan pencurian, karena itu pemerintah


harus menekan ke dua hal itu)
3. Apran ibiryat kriyate tal loke dytam uccyate, pran ibi kriyate ystu na
vijeya smavaya . Manavadarmastra IX.223.
(Kalau barang-barang tak berjiwa yang dipakaipertaruhan sebagai uang,hal itu
disebut perjudian, sedang bila yang dipakai adalah benda-bendaberjiwa untuk
dipakai pertaruhan, hal itu disebut pertaruhan).

4. Dyta smavaya caiva ya kryat karayate va, tansarvan gatayed


rjaudram ca dvija linggi. Manavadarmastra IX.224.
(Hendaknya pemerintah menghukum badanniah semua yang berjudi dan
bertaruh atau mengusahakan kesempatan untuk itu, seperti seorang pekerja
yang memperlihatkan dirinya (menggunakan atribut) seorang pandita)
5. Kitavn kulavn kruran paandastaca manavan,vikramatanaca

undika ca kipram nirvayetprat . Manavadarmastra IX.225.


(Penjudi-penjudi, penari-penari dan penyanyi-penyanyi (erotis), orang- orang
yang kejam, orang-orang bermasalah di kota, mereka yang menjalankan
pekerjaan terlarang dan penjual-penjual minuman keras, hendak- nya supaya
dijauhkan dari kota (oleh pemerintah) sesegera mungkin).
6. Eta ratre
vartamana raja praccannataskara , vikarma kriyaya nityam
badante badrika praj . Manavadarmastra IX.226.
(Bilamana mereka yang seperti itu yang merupakan pencuri terselubung,
bermukim di wilayah negara, maka cepat-lambat, akan mengganggu penduduk
dengan kebiasaannya yang baik dengan cara kebiasaannya yang buruk).
7. Dytam etat pra kalpe drta
vairakara maat, tasmd dyta na
seveta asyartam api buddimn. Manavadarmastra IX.227.
(Di dalam jaman ini, keburukan judi itu telah nampak, menyebabkan timbulnya
permusuhan. Oleh karena itu, orang-orang yang baik harus menjauhi
kebiasaan-kebiasaan ini, walaupun untuk kesenangan atau hiburan).

Pemerintah berwenang mengawasi agar larangan judi dan taruhan ditaati


sebagaimana ditulis dalam Manawa Dharmasastra.IX.221. Perjudian dan pertaruhan
supaya benar-benar dikeluarkan dari wilayah Pemerintahannya karena kedua hal itu
menyebabkan kehancuran kerajaan dan putra mahkota. Istilah kerajaan dan putra
mahkota zaman sekarang dapat ditafsirkan sebagai negara dan generasi penerus,
sedangkan istilah Pemerintah dapat ditafsirkan sebagai penguasa, mulai Kelian Adat,
Kepala Lingkungan, Lurah, Camat, Bupati, sampai Gubernur.
Para penjudi dan peminum minuman keras digolongkan sebagai orangorangsramana kota (sloka 225) disebut pencuri-pencuri tersamar (sloka 226) yang
mengganggu ketenteraman hidup orang baik-baik. Judi menimbulkan pencurian (sloka
222), permusuhan (sloka 227) dan kejahatan (sloka 228). Para penguasa khususnya di
Bali diharap memahami benar tentang jenis-jenis judi agar tidak terkecoh dengan dalih
pelaksanaan adat dan upacara agama. Ada kegiatan penggalian dana dengan
mengadakan tajen, ada kegiatan piodalan di Pura dilengkapi dengan tajen, dan

kebiasaan meceki pada waktu melek di acara ngaben, bahkan pada hari-hari raya seperti
Galungan, Kuningan, Nyepi, Pagerwesi.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian sebelumnya, Penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :


Judi dan taruhan diatur dalam Manawa Dharmasastra IX sloka 220-228 yang
menyatakan dengan tegas bahwa judi dan taruhan dilarang oleh agama dan harus
dicegah oleh para pemimpin karena dapat menimbulkan kejahatan, perampokan dan
pembunuhan sehingga dapat menyengsarakan diri sendiri, keluarga dan Negara
(kerajaan).
B. SARAN

Kesibukan masing-masing telah menyita terlampau banyak waktu kita. Mereka yang
hidup di kota-kota besar memiliki waktu senggang relatif lebih sempit dibandingkan
dengan mereka yang hidup di pedesaan atau diluar kota. Alhasil terlampau sedikit waktu
luang bagi keluarga masing-masing, apalagi untuk membaca-baca kitab suci atau Vedaveda. Sedangkan yang hidup di pedesaan atau diluar kota, disamping lebih sulit untuk
memperolehnya, juga daya belinya rendah. Ada yang lebih urgen bagi mereka untuk
lebih diutamakan. Sebagai umat Hindu kita sudah sepantasnya lebih memahami pustaka
suci yang dijadikan pedoman dalam berbuat seperti yang tertuang dalam kitab Manawa
Dharmasastra yang banyak mengandung ajaran-ajaran kebenaran. Di samaping itu juga
generasi muda Hindu sebagai agen dari perubahan harus bisa menjadi perintis di dalam
meningkatkan pemahaman dan mengaplikasukan ajaran yang tertuang di dalam kitab ini
sehingga dari waktu ke waktu implementasi semakin meningkat serta mengurangi

kesalahpahaman di dalam menafsirka inti sari dari ajaran kitab Manawa Dharmasatra
dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

https://iputumardika.wordpress.com/2011/03/07/15

Anda mungkin juga menyukai