Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu, puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi
Wasa yang mana telah memberikan saya kekuatan serta kelancaran dalam
menyelesaikan makalah ini
Saya sangat tertarik untuk mengajukan Judul : Perjudian dan Taruhan
Menurut Kitab Manawa Dharmasastra Adhyaya IX
Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat tugas
mandiri ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai
pihak sehingga Penulis mampu menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik, oleh
karena itu pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Bapak Ketut Adhi Sebagai guru pembimbing. Semoga ilmunya berkah dan
menjadi aliran amal.
Saya menyimpulkan bahwa tugas mandiri ini masih belum sempurna, oleh
karena itu saya menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas mandiri ini dan
bermanfaat bagi saya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................. 3
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................... 4
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manawa Dharmashastra adalah satu kitab hukum Hindu yang paling populer dan
(masih) paling banyak diacu oleh umat, disamping kitab-kitab Smrti lainnya. Smrti merupakan
kelompok kedua secara hierarkis sesudah kelompok Sruti (kelompok kitab-kitab Wahyu), yang
dipandang sebagai kitab hukum Hindu karena didalamnya banyak memuat syariat (dalam
bahasa Arab) Hindu yang disebut Dharma. Karena itu, kitab Smrti juga disebut sebagai
Dharmashastra. Dalam hal ini, Dharma berarti hukum dan Shastra berarti ilmu.
Manawa Dharmashastra merupakan kitab hokum pertama dalam Hindu. Menurut
mithologinya, Manu mendiktekan hukumnya ini dalam seratus ribu sloka kepada Maharshi
Brghu, yang pada gilirannya mengajarkan kepada Rshi Narada. Narada, berdasarkan
pertimbangannya mengurangi aturan itu menjadi dua belas ribu sloka. Kitab hukum ini
kemudian dikurangi lagi menjadi delapan ribu sloka oleh Rshi Markandeya. Percaya atau tidak,
Rshi yang lain, Sumanthu, menguranginya lagi menjadi empat ribu sloka. Akhirnya, Rshi lain
yang tidak dikenal, mengurangi lagi menjadi 2.685 sloka.
Manawa Dharmashastra, seperti yang dikenal sekarang ini, terdiri dari 12 Adhyaya (bab
atau buku) yang memuat 18 aspek hukum atau Wyawahara yang dapat dikategorikan dalam
bentuk hukum perdata agama, pidana serta peraturan-peraturan yang bersifat mengatur
kehidupan sosial kemasyarakatan secara umum. Jadi ia merupakan kitab hukum Hindu dengan
cakupan bahasan yang amat lengkap, luas dan ber- relevansi keluar maupun kedalam.
Kitab Dharmashastra ini banyak sehingga penulisnya juga banyak pula untuk
disebutkan diantaranya adalah: Baudhayana, Harita, Apastambha, Wasistha, Sankha-likhita,
Usana, Kasyapa, Yajnawalkya, Gautama (bukan Siddhartha Gautama) dan Brhaspati. Penamaan
kitab-kitab Smrti, umumnya mengambil nama penulisnya, seperti: Gautamasmrti, ditulis oleh
Rshi Gautama. Salah satu yang paling populer dan paling banyak diacu di Indonesia adalah
Sarasamuschaya, gubahan Bhagawan Wararuci. Mengenai Sarasamuschaya, para indolog masih
berbeda pendapat tentang kapan digubah dan siapa sebetulnya orang suci ini. Apakah beliau
orang suci Nusantara ataukah India. Dari beberapa pandangan yang dikemukakan tentang siapa
beliau, tampak bahwa beliau sebagai orang suci yang juga fasih menggunakan bahasa
Sanskerta, disamping bahasa Kawi atau Jawa Kuno, dua bahasa yang digunakan didalam
naskahnya.
Dua tokoh pemikir Hindu, yaitu Sankhalikhita dan Wikhana berpandangan bahwa
Manawa Dharmasastra adalah ajaran dharma yang khas untuk zaman Krtayuga, sedangkan
sekarang adalah zaman Kaliyuga. Keduanya mengelompokkan dharmasastra yang dipandang
sesuai dengan zaman masing-masing, yaitu:
B. Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan :
1. Untuk mengetahui tentang judi dan taruhan dalam Manawa Dharmasastra
Adhyaya IX.
Manfaat Penulisan :
1. Bagi pembaca dapat mengetahui dan mendalami isi dari kitab Manawa
Dharmasastra yeng merupakan kitab paling popular dan paling banyak dijadikan
sumber refrensi dalam menunjang kepustakaan Hinduserta memberikan
pedoman dalam kehidupan sehari-hari serta menjadi sumber yang berpegang
teguh pada dharma.
BAB II
PEMBAHASAN
Judi dan taruhan dilarang dalam Agama Hindu. Judi adalah perbuatan yang dilakukan
dalam berbentuk permainan atau perlombaan yang dilakukan semata- mata untuk
bersenang-senang atau kesibukan dalam mengisi waktu senggang serta ada taruhan yang
dipasang oleh para pihak pemain atau bandar baik dalam bentuk uang ataupun harta
benda lainnya sehingga tentu saja ada pihak yang diuntungkan dan yang dirugikan.
Kitab suci Manawa Dharmasastra Buku IX (Atha Nawano dhyayah) sloka 221, 222,
223, 224, 225, 226, 227, dan 228 dengan jelas menyebutkan adanya larangan itu. Sloka
223 membedakan antara perjudian dengan pertaruhan. Bila objeknya benda- benda tak
berjiwa disebut perjudian, sedangkan bila objeknya mahluk hidup disebut pertaruhan.
Benda tak berjiwa misalnya uang, mobil, tanah dan rumah. Mahluk hidup misalnya
binatang peliharaan, manusia, bahkan istri sendiri seperti yang dilakukan oleh Panca
Pandawa dalam ephos Bharatha Yuda ketika Dewi Drupadi dijadikan objek pertaruhan
melawan Korawa. Di bawah ini sloka-sloka yang menyangkut tentang judi dan taruhan
diatur dalam Manawa Dharmasastra bab IX sloka 221-228 yaitu:
1. Dyta sama vaya caiva rja rtrannivarayet, rjanta karaa vetau
dvau doau prtivikitam
. Manavadarmastra IX.221.
kebiasaan meceki pada waktu melek di acara ngaben, bahkan pada hari-hari raya seperti
Galungan, Kuningan, Nyepi, Pagerwesi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesibukan masing-masing telah menyita terlampau banyak waktu kita. Mereka yang
hidup di kota-kota besar memiliki waktu senggang relatif lebih sempit dibandingkan
dengan mereka yang hidup di pedesaan atau diluar kota. Alhasil terlampau sedikit waktu
luang bagi keluarga masing-masing, apalagi untuk membaca-baca kitab suci atau Vedaveda. Sedangkan yang hidup di pedesaan atau diluar kota, disamping lebih sulit untuk
memperolehnya, juga daya belinya rendah. Ada yang lebih urgen bagi mereka untuk
lebih diutamakan. Sebagai umat Hindu kita sudah sepantasnya lebih memahami pustaka
suci yang dijadikan pedoman dalam berbuat seperti yang tertuang dalam kitab Manawa
Dharmasastra yang banyak mengandung ajaran-ajaran kebenaran. Di samaping itu juga
generasi muda Hindu sebagai agen dari perubahan harus bisa menjadi perintis di dalam
meningkatkan pemahaman dan mengaplikasukan ajaran yang tertuang di dalam kitab ini
sehingga dari waktu ke waktu implementasi semakin meningkat serta mengurangi
kesalahpahaman di dalam menafsirka inti sari dari ajaran kitab Manawa Dharmasatra
dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
https://iputumardika.wordpress.com/2011/03/07/15