Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH

WEDA II

MAHABARATHA PARWA 4, 5, dan 6

OLEH:

MADE DWI MAHA SHANTI (18.1.1.1.1.26)

KOMANG WIDANA (18.1.1.1.1.27)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA HINDU


JURUSAN DHARMA ACARYA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI
MPU KUTURAN
SINGARAJA
2019

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Atas asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi yang telah memberikan
rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berupa sebuah
analis dari sebuah cerita Mahabharata yakni cerita kedua (sabhaparva) dari 18 parva, dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami cerita ini dengan
hubungan tiga kerangka dasar agama hindu, yakni etika, susila maupun ritual.
Harapan saya semoga karya tulis ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari tulisan ini sehingga
kedepanya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang.Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tulisan ini.

                                                                                                Singaraja, 14 Oktober 2019


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………


1.2 Rumusan Masaah…………………………………………………………..
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………

2.1 Virata Parwa…………………………………………………………….


2.2 Udyoga Parwa……………………………………………………………..
2.3 Bhisma Parwa………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………

3.1 Simpulan………………………………………………………………..
3.2 Saran…………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mahabharata merupakan salah epos besar India yang telah termasyur di seluruh dunia.
Mahabharata merupakan kisah agung yang terdiri dari delapan belas parva. Mahabharata berasal
dari kata maha yang berarti ‘besar’ dan kata bharata yang berarti ‘bangsa Bharata’. Pujangga
Panini menyebut Mahabharata sebagai “Kisah Pertempuran Besar Bangsa Bharata”.
Dalam anggapan tradisional, Bhagawan Wyasa sebagai pengarang-penyair epos
Mahabharata, dikatakan juga menyusun kitab-kitab suci Weda, Wedanta, dan Purana, kira-kira
pada 300 tahun sebelum Masehi sampai abad keempat Masehi. Dengan jarak waktu seperti itu,
maka sulit dipercaya bahwa Bhagawan Wyasa adalah pengarang-penyair Mahabharata dan juga
penyusun-pencipta kitab-kitab suci. Dalam kitab-kitab suci Purana dikenal adanya wyasa yang
berjumlah 28 orang. Kata wyasa artinya ‘penyusun’ atau ‘pengatur’. Dalam hubungan arti ini
maka mungkin penyusun-pencipta atau pengarang-penyair pada jaman dahulu disebut Bhagawan
Wyasa. Terlebih jika hasil ciptaannya merupakan monumen atau mahakarya dari jamannya,
maka wajarlah para pengarang-pencipta itu mendapat pujian dan dihormati jika tidak boleh
dikatakan “didewa-dewakan”. Lagi pula, tidak jarang dijumpai, suatu ciptaan atau karya besar
dari jaman dahulu itu tanpa nama atau tidak diketahui pengarang-penciptanya. Situasi semacam
ini kiranya menambah kuat kesimpulan yang menyatakan bahwa karya-karya itu adalah ciptaan
seorang wyasa, atau dengan sebutan penghormatan: Bhagawan Wyasa.
Interpretasi ini dikuatkan oleh pendapat seorang sarjana kebudayaan kuna yang
mengatakan, “Mahabharata bukan hanya suatu buku, melainkan karya kesusastraan yang luas
cakupannya dan disusun dalam jangka waktu yang sangat lama.”1 Pendapat M. Winternitz itu
didasarkan pada kisah-kisah dalam epos Mahabharata yang melukiskan kejadian, peristiwa,
masalah dan berbagai keterangan tentang keadaan masyarakat dan pemerintahan yang terdapat
dalam kitabkitab suci Weda, Wedanta, dan Purana.

Meskipun demikian, para ahli kebudayaan kuna dari Barat maupun Timur, baik yang
bersepakat dengan pendapat tradisional maupun pendapat modern, semua setuju bahwa
pengarang-penyair atau penyusun epos Mahabharata adalah Wyasa, atau secara lengkap disebut
Krishna Dwaipayana Wyasa.

Wyasa adalah anak Resi Parasara dengan Satyawati, buah dari hubungan yang tidak sah.
Wyasa dibesarkan di dalam lingkungan keagamaan dan kesusastraan dengan bimbingan
ayahnya. Satyawati, gadis nelayan yang ayu itu, diceritakan menjadi gadis perawan lagi berkat
restu suci Resi Parasara, suaminya. Raja Santanu bertemu dengan Satyawati di tepi hutan.

Sang Raja jatuh cinta kepadanya dan mengangkat Satyawati menjadi permaisurinya.
Santanu adalah kakek Dritarastra dan Pandu, dan moyang Kaurawa dan Pandawa. Sebagai putra
Satyawati, boleh dikatakan Wyasa adalah kakek tiri dan berkerabat dekat dengan Kaurawa dan
Pandawa yang menjadi pelaku utama dalam perang dahsyat di padang Kurukshetra.

Jika kita cermati garis keturunan Wyasa, kita akan tahu bahwa wajar jika Wyasa dapat
melukiskan peristiwa dalam Mahabharata dengan sangat jelas dan mengharukan. Teristimewa
pula, Wyasa dapat dikatakan selalu “terlibat” dalam peperangan besar itu, setidak-tidaknya dari
segi moral dan spiritual.

 Di bawah ini disajikan ringkasan dari delapan belas buku (parwa) epos Mahabharata:

Parwa ke 4. Virata parwa (Buku Pandawa di Negeri Wirata): mengisahkan kehidupan Pandawa
dalam penyamaran selama setahun di Negeri Wirata, yaitu pada tahun ketiga belas masa
pembuangan mereka.

Parwa ke 5. Udyoga parwa (Buku Usaha dan Persiapan): memuat usaha dan persiapan
Kaurawa dan Pandawa untuk menghadapi perang besar di padang Kurukshetra.
Parwa ke 6. Bhisma parwa (Buku Mahasenapati Bhisma): menggambarkan bagaimana
balatentara Kaurawa di bawah pimpinan Mahasenapati Bhisma bertempur melawan musuh-
musuh mereka.
Dilihat dari segi kesusastraan, epos Mahabharata memiliki sifat-sifat dramatis. Tokoh-
tokohnya seolah-olah nyata karena perwatakan mereka digambarkan dengan sangat hidup,
konflik antara aksi dan reaksi yang berkelanjutan akhirnya selalu mencapai penyelesaian dalam
bentuk kebajikan yang harmonis. Nafsu melawan nafsu merupakan kritik terhadap hidup,
kebiasaan, tatacara dan citacita yang berubah-ubah. Dasar-dasar moral, kewajiban dan kebenaran
disampaikan secara tegas dan jelas dalam buku ini. Menurut Mahatma Gandhi, konflik abadi
yang ada dalam jiwa kita diuraikan dan dicontohkan dengan sangat jelas dan membuat kita
berpikir bahwa semua tindakan yang dilukiskan di dalam Mahabharata seolaholah benar-benar
dilakukan oleh manusia.

Pentingnya epos Mahabharata dapat kita ketahui dari peranan yang telah dimainkannya
dalam kehidupan manusia. Lima belas abad lamanya Mahabharata memainkan peranannya dan
dalam bentuknya yang sekarang epos ini menyediakan kata-kata mutiara untuk
persembahyangan dan meditasi; untuk drama dan hiburan; untuk sumber inspirasi penciptaan
lukisan dan nyanyian, menyediakan imajinasi puitis untuk petuah-petuah dan impian-impian, dan
menyajikan suatu pola kehidupan bagi manusia yang mendiami negeri-negeri yang terbentang
dari Lembah Kashmir sampai Pulau Bali di negeri tropis.

Dalam kepercayaan Hindu, epos Mahabharata juga dikenal sebagai Weda yang kelima
(pertama = Regweda, kedua = Samaweda, ketiga = Yayurweda, dan keempat = Atharwaweda),
terutama karena memuat Bhagavadgita yang dipandang sebagai kitab suci oleh penganut agama
Hindu. Ajaran-ajaran Bhisma kepada Pandawa yang termuat dalam Santiparwa dan
Anusasanaparwa juga dianggap kitab suci.

Epos Mahabharata telah meletakkan doktrin dharma yang menyatakan bahwa kebenaran
bukan hanya milik satu golongan dan bahwa ada banyak jalan serta cara untuk melihat atau
mencapai kebenaran karena adanya toleransi. Epos Mahabharata mengajarkan bahwa
kesejahteraan sosial harus ditujukan bagi seluruh dunia dan setiap orang harus berjuang untuk
mewujudkannya tanpa mendahulukan kepentingan pribadi. Itulah dharma yang diungkapkan
epos Mahabharata sebagai sumber kekayaan rohani atau dharmasastra.
1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang terjadi dalam cerita Virata parwa ?


1.2.2 Ajaran apa saja yang terkandung di Udyoga parwa?
1.2.3 Bagaima jalan cerita Bhisma parwa di dalam Ajaran agama hindu?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1 Memahami cerita Virata parwa !


1.3.2 Memaknai ajaran yang terkandung dalam cerita Udyoga parwa !
1.3.3 Mengetahui jalan cerita Bhisma parwa !
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Viràta Parva

Parva atau buku ini merupakan buku ke-4 yang menceritakan tentang penyamaran
Pàóðava selama tahun terakhir masa pengasingan mereka. Mereka menghabiskan masa ini di
Viratanàgara tanpa dikenali. Ketika saudara ipar dari Raja Viràta mencoba untuk mengganggu
Drupadì, Bhìma membunuhnya. 

Setelah masa tiga belas tahun itu berakhir, para Pàóðava membuka identitas mereka.
Parva ini terdiri dari 4 subparva dengan jumlah úloka sebanyak 2.222 buah, yang masing-masing
subparva menguraikan sebagai berikut. 

1. Pàóðavapraveúa parva (terdiri dari 371 úloka)


       Pada bagian ini berisi uraian tentang nasehat Yudhiûþhira dan lain-lain termasuk Maharûi
Dhaumya Pàóðava memasuki kota Viràta, pemujaan kepada Durgà, Yudhiûþhira mengunjungi
pondok penyamaran Pàóðava, dan menemui saudara-saudaranya: Bhìma, Arjuna, Nakula,
Sahàdeva dan dewi Draupadì. Cerita penghancuran Jimuta dan lain-lain.

2. Kìcakavadha parva (terdiri dari 414 úloka)


       Percakapan antara Draupadì dan Kìcaka Draupadì pergi membawa anggur Penghinaan
terhadap Draupadì Percakapan antara Draupadì dan Bhìma Kata-kata Draupadì Percakapan
Penghancuran Kìcaka antara Bhìma dan Draupadì Penghancuran anak buah Kìcaka Kata-kata
Sang Ratu kepada Sairandhri

3. Goharana parva (terdiri dari 1.333 úloka)


       Kembalinya mata-mata, Kata-kata Karóa dan Duáúàsana, Kata-kata Droóa, Kata-kata
Bhìûma, Kata-kata Kåpa, Kepergian Suúarma dan lain-lain ke Negara Matsya, Perjalanan
pasukan, Pertemuan antara pasukan Suúarma dan pasukan Viràta, Kekalahan Suúarma,
Pengumuman kemenangan Viràta, Pemujaan Uttarà, Usulan untuk membentuk Båhannala,
Kepergian Uttarà, Hukuman Uttarà, Pemujaan Arjuna, Cerita tentang senjata Arjuna, Usaha
untuk memperoleh senjata, Terlihatnya senjata itu oleh Uttarà, Cerita tentang senjata-senjata itu,
Pengenalan Arjuna, Awal dari pertempuran Arjuna, Terlihatnya pertanda baik, Kata-kata
Duryodhana, Kata-kata Karóa, Kata-kata Kåpa, Kata-kata Aúvatthàmà, Kata-kata Droóa,
Penyusunan pasukan oleh Bhìûma, Kembalinya sang raja. Kekalahan Karóa Petunjuk Arjuna
tentang Kuru kepada Uttarà, Kedatangan Dewata di tempat pertempuran, Pertempuran antara
Arjuna dan Kåpa, Mundurnya Droóa, Pertempuran antara Arjuna dan Aúvatthàmà, Mundurnya
Karóa, Pertempuran antara Arjuna dan Duáúàsana, Pembunuhan massal yang disebabkan oleh
Pàrtha, Pertempuran Arjuna di Goharana, Kekalahan Bhìûma, Mundurnya Duryodhana,
Kembalinya Uttarà ke kotanya, Perundingan antara Uttarà dan Viràta, Cerita Uttarà tentang
perang.
4. Vaivahika parva (terdiri dari 104 úloka)
       Cerita tentang Yudhiûþhira, usulan perkawinan Uttarà kepada Arjuna dan Pàóðava lainnya
dilanjutkan dengan perkawinan Abhìmaóyu dengan Uttarì, adik Uttarà.

2.2 Udyoga Parva

Merupakan parva ke-5. Úrì Kåûóa sungguh-sungguh berusaha untuk mewujudkan perdamaian antara
Kurava dan Pàóðava. Duryodhana menolak tawaran perdamaian tersebut. Úrì Kåûóa kemudian
membujuk Karóa agar berada di pihak Pàóðava, tapi Karóa juga menolak. 
Akhirnya, kedua kekuatan pun bertemu di Kurukûetra. Parva ini terdiri dari 10 subparva dengan
jumlah úloka sebanyak 5.920 buah, yang masing-masing subparva menguraikan sebagai berikut.

1. Senodyoga parva (terdiri dari 580 úloka)


Sumpah Úrì Kåûóa, sumpah Baladeva, sumpah Sàtyaki sumpah Drupada. Tugas seorang pandita.
Perintah seorang pandita. Kepergian Úrì Kåûóa. Sumpah Úalya. Terbunuhnya Våtra. Ketakutan
dan kekalahan Dewa Indra. Pemberian Upaúruti dan doa Dewa Indra. Sumpah Agni kepada
Båhaspati. Pesan Varuóa dan yang lainnya kepada Indra. Pesan Agastya kepada Indra dan
kedatangan Úalya.

2. Sañjayayana parva (terdiri dari 367 úloka)


Kedatangan sang pandita Kedatangan sang pandita Tugas Dhåtaràûþra Pertanyaan-pertanyaan
Yudhiûþhira Sumpah Sañjaya Sumpah Yudhiûþhira Kata-kata Úrì Kåûóa Kata-kata Yudhiûþhira
Kata-kata Sañjaya

3. Prajagara parva (terdiri dari 588 úloka)


Lambang kesusilaan Vidura Prinsip-prinsip kesusilaan yang dijelaskan oleh Vidura Pelajaran
kesusilaan seperti yang disampaikan oleh Vidura Kesusilaan yang dijelaskan oleh Vidura
Prinsip-prinsip kesusilaan yang dijelaskan oleh Vidura Sumpah Vidura Kesusilaan seperti yang
diajarkan oleh Vidura

4. Sanatsujàta parva (terdiri dari 204 úloka)


Perundingan antara Vidura dan Dhåtaràûþra Sumpah Sanatsujàta Sumpah yang disampaikan oleh
Sanatsujàta Pengakuan oleh Sanatsujàta

5. Yanaúandi parva (terdiri dari 104 úloka)


Sañjaya mengirim pesan dalam Yanaúandi Sumpah Arjuna dalam Yanaúandi Sumpah Sañjaya
dalam Yanaúandi Penyesalan Dhåtaràûþra Sumpah Dhåtaràûþra Sumpah Sañjaya Sumpah
Duryodhana Sumpah Dhåtaràûþra Sumpah Karóa Sumpah Vidura Kedatangan Maharûi Vyàsa
dan Gàndhàrì Cerita Sañjaya mengenai kegagahan Úrì Kåûóa pada Dhåtaràûþra Sumpah Sañjaya

6. Bhagavadyana parva (terdiri dari 2.495 úloka)


Sañjaya mengirim pesan dalam Yanaúandi, Pembicaraan Arjuna dalam Yanaúandi, Pembicaraan
Sañjaya dalam Yanaúandi. Penyesalan Dhåtaràûþra Pembicaraan Dhåtaràûþra, Pembicaraan
Sañjaya, Pembicaraan Duryodhana Pembicaraan Karóa Sumpah Vidura Sumpah Dhåtaràûþra
Sumpah Sañjaya Kedatangan Maharûi Vyàsa dan Gàndhàrì Cerita Sañjaya mengenai kegagahan
Úrì Kåûóa pada Dhåtaràûþra Sumpah Sañjaya

7. Sainyaniryana parva (terdiri dari 311 úloka)


Memasuki Kurukûetra Persiapan untuk berkemah Perlengkapan perang tentara
Duryodhana Percakapan Yudhiûþhira dan Úrì Kåûóa Pembagian pasukan Duryodhana Perjanjian
kepemimpinan Bhìûma Perjalanan Bàlaràma ke tempat suci Kembalinya Rukminì Sumpah
Sañjaya. 

 8. Ulùkadutagamana parva (terdiri dari 300 úloka)


Perkenalan Duryodhana dengan Ulùka, pembicaraan Ulùka, pembicaraan Úrì Kåûóa dan
yang lain-lain. Kembali ke negara Ulùka. Pemilihan untuk jabatan Senapati, pemimpin tertinggi
pertempuran. 

9. Rathatiratha Sankhyana parva (terdiri dari 226 úloka)


Penggambaran penggunaan kereta pertempuran yang besar dan yang lebih kecil.
Pertengkaran antara Bhìûma dengan Karóa. Ucapan Bhìûma, menghitung kembali kekuatan
pasukan beserta peralatan pertempuran.

10. Ambopakhyana parva (terdiri dari 745 úloka)


Permintaan Duryodhana kepada Bhìûma untuk melawan Úikhaóðin Kisah Ambà
Percakapan Ambà dan Saikhavati Cerita pertarungan Bhìûma dan Ràma Ambà menapaki
gundukan kuburan Kisah kelahiran Úikhaóðin Pergantian jenis kelamin dan kembalinya
Úikhaóðin ke kotanya Penjelasan tentang kekuatan Pàóðava. Sumpah Yudhiûþhira
Keberangkatan pasukan Keberangkatan para prajurit. 

2.3 Bhìûmaparva

Parva ini merupakan parva ke-6 Mahàbhàrata. Parva ini menceritakan tentang persiapan
panjang dari perang Mahàbhàrata. Doa Gìtà yang terkenal di dunia pun dihubungkan dengan
layar ini, dimana Úrì Kåûóa membimbing Arjuna agar tidak ragu-ragu untuk berperang
meskipun lawannya adalah saudara dan kerabatnya sendiri. 
Bhìûma sedikit menahan diri dalam peperangan ini ketika berhadapan dengan Úikhaóði;
dan akhirnya Arjuna mengalahkan Bhìûma dengan panah-panahnya. Terdiri dari 4 subparva
dengan jumlah seluruh úloka seluruhnya sebanyak 5.957 buah. Berikut uraian sepints tentang isi
kitab Bhìûmaparva: 

1.Jaýbhukhandavinirmana parva (terdiri dari 395 úloka)


Penempatan tentara di Jambhukhanda Bertemu Maharûi Vyàsa di Jaýbhukhanda Ciri-ciri
Jambhukhanda Penjelasan tentang sifat dunia Pemaparan tentang Sudarúana dvìpà Penjelasan
tentang ukuran dunia Penjelasan tentang Malyavat. Sumpah Dhåtaràûþra Cerita tentang Bhàrata
Pemaparan tentang lamanya kehidupan

2. Bhùmì parva (terdiri dari 92 úloka)


Merupakan penjelasan deskriftif Sañjaya kepada Dhåtaràûþra tentang wilayah Úakadvìpa
dan Uttaràkuru di bumi

3. Bhagavadgìtà parva (terdiri dari 1.048 úloka)


Berita tentang kematian Bhìûma Permintaan Dhåtaràûþra Perundingan antara
Duryodhana dan Duáúàsana Pemaparan tentang pasukan Kesatuan pasukan Pàóðava Pemaparan
tentang pasukan itu Musyawarah antara Arjuna dan Yudhiûþhira Perundingan antara Úrì Kåûóa
dan Arjuna Lagu pujian kepada Durgà Perundingan antara Dhåtaràûþra dan Sañjaya
Keputusasaan Arjuna Pemaparan Saýkhya-yoga Pemaparan Karma-yoga Jñàna-Karma-
Sannyasayoga Perenungan tindakan terdahulu Pengendalian diri Ilmu dan pengetahuan
Kekekalan Brahman Ilmu dan m istri yang terbesar Asal mula kekuatan gaib Kekuatan takdir
Kekuatan pengorbanan Pemaparan tentang Kûetra dan Kûetrajña Tiga tingkatan alam Pemaparan
tentang kekuatan yang abadi Ciptaan yang baik dan jahat Tiga jenis kesetiaan Tiga jenis
Saònyàsa

4. Bhìûmavadha parva (terdiri dari 4.422 úloka)


Penghormatan Yudhiûþhira pada Bhìûma dan lainnya Awal pertempuran (hari pertama)
Sebuah pertempuran Pembantaian besar-besaran Pertarungan dengan Kastùrì (musang) Kematian
Úveta Hari pertama peperangan Pàóðava membuat Krauñca Vyùha Membuat Kuru Vyùha
Pertempuran Bhìûma dan Arjuna Pertarungan Dhåûþadyumna dan Droóa Kematian Raja Kaliòga
(pertempuran hari kedua) Garuða dan pembuatan upacara Vyùha Permulaan hari ketiga perang
Perundingan Bhìûma dan Duryodhana (pertempuran hari ketiga) Pertarungan Bhìûma dan
Arjuna Terbunuhnya putra Samyamani Pertunjukan kekuatan Bhìûma Pertemuan Sàtyaki dan
Bhùriúravà. Penarikan pasukan pada hari keempat pertempuran. Sabda Viûóu Sejarah
pembentukan dunia Kelahiran dan kemuliaan Keúava Kemuliaan Úrì Kåûóa. Awal pertempuran
di hari kelima Pertempuran yang dahsyat Kegagahan Bhìûma Pertempuran satu lawan satu Akhir
pertempuran di hari kelima Awal pertempuran di hari keenam Pemikiran Dhåtaràûþra
Kegagahan Droóa Kegagahan Bhìma Pertarungan yang dahsyat Penarikan pasukan di hari
keenam pertempuran. Perundingan antara Bhìûma dan Duryodhana Awal pertempuran di hari
ketujuh Pertempuran satu lawan satu Pertemuan Arjuna dan Suúarma Rusaknya kendaraan
Citrasena Penarikan pasukan setelah hari ketujuh pertempuran. Awal pertempuran di hari ke
delapan Terbunuhnya Àdityakeúu dan lain-lain Pertempuran di hari ke delapan Terbunuhnya
Iravat Pertarungan putra Hiðimbha Penggambaran putra Hiðimbha Kegagahan Bhagadatta
Penarikan pasukan di hari kedelapan pertempuran. Perundingan antara Bhìûma dan Duryodhana
Perundingan antara Duryodhana dan Duáúàsana Munculnya pertanda Awal pertempuran dihari
ke lima Pertemuan Arjuna dan Droóa Kegagahan Bhìma, Mahasenapati sebagai Panglima
Tertinggi Pertempuran. Pertarungan Bhìûma dan Sàtyaki Pertemuan Úalya dan Yudhiûþhira
Penghentian perang dihari ke sembilan perang Perundingan setelah penarikan pasukan di hari ke
sembilan pertempuran. Percakapan Bhìûma dan Úikhaóðin Perundingan Bhìûma dan
Duryodhana Pertemuan Arjuna dan Duúúàsana Pertarungan antara dua prajurit Perundingan
antara Bhìûma dan Àúvatthàmà Kegagahan Bhìûmasena Kegagahan Bhìûma dan Arjuna Nasehat
Bhìûma Perang dan terbunuhnya yang mengerikan Kegagahan Bhìûma Jatuhnya Bhìûma
Penarikan pasukan setelah pertempuran di hari ke sepuluh Pemberian bantal kepada Bhìûma
Nasehat Bhìûma Pertemuan Bhìûma dan Karóa. Pertempuran sengit berlangsung selama sepuluh
hari.

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipapakarkan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1.      Kajian filosofisnya yakni Draupadi sebenarnya merupakan perwujudan ibu pertiwi
yang tidak boleh direndahkan dan dilecehkan oleh siapapun. Ketika dussasana melucuti pakaian
Draupadi itu adalah bentuk penghinaan terbesar kepada ibu pertiwi. Draupadi yang dilindungi
oleh darma tidak akan pernah kalah oleh adarma.
2.      Dalam sabhaparva ditekankan bahwa nilai yang terkandung yakni nilai ketuhanan.
Nilai moral atau etika, keadilan dan pencerminan sifat-sifat atau karakter baik buruk seseorang.
Sabhaparva terdiri dari dua kata yakni sabha dan parva, sabha merupakan ruang sidang , jadi
dalam sabha parva ini ditekankan mengenai cerita tentang diruang perjudian sang pandava dan
kaurawa yang bermain dadu.

3.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas penulis berharap segenap orang yang membaca makalah
yang sederhana ini dapat mengkritisi materi-materi yang tersaji. Penulis menyarankan pembaca
mampu membaca referensi-referensi terkait permasalahan yang tersaji dalam makalah ini. Jika
memang tulisan dalam makalah ini salah atau menyimpang dari koridor keilmuan yang berlaku,
penulis sangat mengharapkan adanya masukan yang bersifat kontruktif.
DAFTAR PUSTAKA

Rachel.2011.”Pendahuluan”.https://anothermahabharata.wordpress.com/2011/04/25/pendahulu
an/.Di akses pada tanggal 10 Januari 2017

Arifn, Ilham.2015.”Cerita Kedua Mahabharata Sabhaparwa Beserta Ringkasannya”.http://iel-


ham99.blogspot.co.id/2015/03/cerita-kedua-mahabharata-sabhaparwa.html.Di akses pada
tanggal 10 Januari 2017

Agus Ariadi, I Gede.2013.”Susastra Hindu


Sabhaparva”.http://penamay.blogspot.co.id/2013/03/susastra-hindusabha-parva.html.Di akses
pada tanggal 10 Januari 2017

S. Pendit, Nyoman.2003.Mahabharata.Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta


MAHABARATA PARWA 4, 5, 6

Mata Kuliah:

Dosen pengampu:

NAMA KELOMPOK:

MADE DWI MAHASHANTI 18.1.1.1.1.26

KOMANG WIDANA 18.1.1.1.1.27

PRODI: PAH II

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU

NEGERI MPU KUTURAN


SINGARAJA

2019

Anda mungkin juga menyukai