RESUME JURNAL EFEK STRES PANAS PADA THERMOREGULATORASI, BOBOT HIDUP DAN RESPON FISIOLOGI DARI KAMBING KERDIL DI NIGERIA SELATAN
Kambing pada umumnya berpostur kompak dan mampu mengekspos permukaan
yang besar per satuan berat untuk menghilangkan panas. Keragaman kondisi iklim yang berbeda di dalam daerah tropis telah menimbulkan mekanisme adaptif yang berbeda yang memungkinkan kambing secara efektif mengatasi berbagai kondisi lingkungan tropis yang penuh tekanan. Respon fisiologis kambing terhadap tekanan lingkungan selama musim kemarau dan hujan dengan keseimbangan energinya menunjukkan bahwa panas dan stres dingin musiman memiliki efek mendalam pada beberapa bobot badan hidup dan parameter fisiologis termoregulasi. Stres panas lebih sering terjadi pada musim kemarau dan terutama ketika suhu lingkungan dan kelembaban relatif tinggi dengan kontak langsung dengan sinar matahari langsung. Dengan demikian, stres panas secara umum dikaitkan dengan efek merugikan pada keseimbangan fisiologis kambing dan berbagai sistem mereka (saraf, endokrin dan kekebalan) telah terlibat dengan respon spesifik dan pengaruh pengaturan timbal balik. Pada pengamatan ini menggunakan Kambing kerdil di daerah Ekpoma, Nigeria selama musim kemarau. Dari total 24 ekor kambing dibagi dalam 3 perlakuan yaitu T1 dengan selalu dikurung dalam kandang, T2 dikeluarkan kandang pada pukul 08.00 pagi dan dimasukan kandang lagi pada pukul 13.00 sore. Kambing T3 dikeluarkan kandang pada pukul 13.00 sore dan dimasukan lagi pada pukul 18.00 malam sehingga pada kambing T2 dan T3 sama-sama menerima radiasi matahari selama 5 jam. Dari hasil penelitian didapat suhu rata-rata lingkungan sore lebih tinggi (33,01°C) dibanding pagi (21,98°C) dan malam (23,24°C). Hasil suhu pada sore hari lebih tinggi dari suhu kritis yaitu 24°C -- 27°C. Hasil menunjukan bahwa kambing T3 mengalami stress panas dimana nilai suhu tubuh berkisar 36,63°C, 38,99°C, dan 40,68°C, sementara terendah pada kambing T1. Pada respirasi T3 lebih tinggi yaitu 23.01 napas/menit sementara terendah pada kambing T1 yaitu 16,04 napas/menit. Okourwa et al. (2013) melaporkan bahwa laju pernapasan adalah ukuran praktis dari beban panas yang praktis dan dapat diandalkan dan menyatakan bahwa laju pernapasan di atas 12 hingga 20 napas / menit pada domba dan kambing merupakan indikator stres panas. Dengan demikian percepatan laju pernapasan yang diamati dari kambing pada T3 menunjukkan bahwa, mereka terkena stres panas yang parah yang meningkatkan nafas mereka. Pada penurunan berat badan tertinggi pada kambing T3 sekitar 2,02 kg, Ocak et al. (2009) mengaitkan bahwa kehilangan berat badan hidup selama paparan radiasi matahari meningkatkan energi yang dikeluarkan untuk pembuangan panas melalui penguapan pernapasan dan selanjutnya untuk pengurangan jumlah air yang tersedia untuk penyimpanan. Sehingga pada kambing T2 dan T3 sama-sama terkena lama paparan sinar matahari relatif sama yaitu 5 jam namun pada kambing T3 mengalami stress panas karena rata-rata suhu lingkungan pada pukul 13.00 sampai 18.00 lebih tinggi dari kisaran suhu kritis yang berkisar antara 24--27°C sehingga kambing T3 mengalami stress panas sehingga berakibat pembuangan energi yang besar yang berpengaruh pada penurunan bobot tubuh.