Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
kasih-Nya kepada saya sehingga saya selalu diberi kelancaran dalam pengerjaan tugas
berikut.
Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Mahendra Adhi Nugroho, M.Sc
selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Informasi Manahemen yang telah memberikan
penjelasan mengenai Sistem Informasi Manajemen sehingga tugas berikut dapat terselesaikan
dengan makalah berikut yang berjudul “Aplikasi Sistem Teknologi Informasi Pada Fungsi
Produksi di PT Nippon Indosari Corpindo”.
Saya sadar bahwa makalah saya masih jauh dari sempurna sehingga saya mengharap
kritik dan saran baik dari dosen maupun teman-teman untuk perbaikan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk kegiatan belajar mata kuliah Sistem Informasi Manajemen
Penulis
2
. DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………......i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………………………..............……………...iii
A. Profil Usaha……………………………………………........................1
B. Visi Misi………………………………………………………………..3
C. Struktur Organisasi…………………………………………………….4
A. Fungsi Produksi……..............…………………………………………9
A. Kelebihan…….……………………………………………………….19
B. Kekurangan……………………………………………………...........20
A. Kesimpulan…….……………………………………………………...21
B. Saran……………………………………………………......................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................22
3
BAB I
A. Profil Perusahaan
4
C. Struktur Organisasi
5
5. General Manager (GM) Finance and Accounting
General manager finance and accounting bertanggung jawab atas aliran keuangan yang
dilakukan oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk termasuk pembukuannya. Departemen ini
terbagi menjadi beberapa sub bagian, yaitu :
a. Finance and Accounting Manager (FAM) Cikarang
Finance and Accounting Manager Cikarang bertanggung jawab untuk mengawasi
keuangan hasil penjualan dan juga bertugas dalam menghitung stock opname terhadap bahan
baku, biaya pajak, biaya produk-produk yang ditolak atau dikembalikan, maupun biaya
operasional umum. FAM Cikarang membawahi accounting yang bertanggung jawab terhadap
tagihan-tagihan para supplier, outlet, agen, dan yang lainnya. Sub bagian ini harus membuat
pembukuan tentang lembar tagihan sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada GM
finance and accounting.
b. Internal Audit (IA) and System Procedur Manager
Internal audit memiliki tugas melakukan pemeriksaan terhadap keuangan perusahaan
dan pemeriksaan terhadap sistem perusahaan. Internal audit bertanggung jawab kepada
direktur operasional dan keputusan diserahkan kepadanya. Sedangkan sistem prosedur
memiliki tugas membuat sistem atau prosedur pembayaran, penagihan, dan hal-hal yang
berhubungan dengan bagian accounting serta audit yang akan dibakukan oleh perusahaan.
Bagian ini juga bertaggung jawab melakukan audit internal semua kegiatan yang berlangsung
dalam PT Nippon Indosari Corpindo Tbk serta mengawasi prosedur SOP yang berlaku di
perusahaan.
c. Purchasing Manager
Purchasing bertanggung jawab penuh terhadap pengadaan barang-barang untuk
perusahaan, baik itu untuk keperluan produksi seperti bahan baku, bahan penunjang, mesin,
peralatan maupun untuk keperluan perusahaan lainnya.
d. Information Technology Manager
Information technology bertanggung jawab terhadap sistem jaringan informasi dalam
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. Information technology bertugas pula dalam hal
komputerisasi di perusahaan.
6. Product Development and Quality Assurance (PDQA) Manager
Departemen ini dipimpin oleh seorang manajer PDQA. Departemen PDQA
bertanggung jawab terhadap pengembangan produk, menciptakan produk baru, pengawasan
bahan baku, pengawasan saat proses produksi, dan pengawasan mutu produk. PDQA terbagi
6
atas dua bagian, yaitu:
a. Product Development (PD)
Product development bertugas untuk melakukan pengembangan produk baru,
pengembangan produk yang sudah ada dengan beberapa alternatif, yaitu dengan pemakaian
bahan baku yang berbeda, alternatif parameter proses, dan perubahan total dari konsep yang
telah ada. Pembuatan konsep produk (diversifikasi produk) dalam rangka pengembangan
maupun perbaikan produk untuk jangka panjang dilakukan oleh bagian spesialisasi dari PD.
b. Quality Assurance (QA)
Quality assurance bertanggung jawab atas kualitas mutu dan jaminan mutu produk
yang dihasilkan, perbaikan, dan pengontrolan (pengawasan) mutu produk dengan rangkaian
sistem pendukung seperti GMP (Good Manufacturing Practices), SSOP (Sanitation Standard
Operating Procedures), HACCP (Hazard Analysis and Critical Point), dan Sistem Jaminan
Halal (SJH). Pengontrolan dilakukan dari dalam yaitu dari area produksi langsung dan
berdasarkan kontak keluhan konsumen.
7. National Sales Manager
Departemen ini bertanggung jawab terhadap penjualan produk, biasanya dilakukan
penetapan target jumlah penjualan yang harus dicapai. Bagian ini terbagi menjadi beberapa
sub bagian yaitu :
a. Branch Sales Jabotabek
Bertanggung jawab terhadap pengaturan penjualan produk pada agen-agen di daerah
Jabotabek hingga Purwakarta dan Banten.
b. Branch Sales Jawa Barat
Bertanggung jawab terhadapa pengaturan penjualan produk pada agen-agen di daerah
Bandung dan Cirebon.
c. Key Account
Bertanggung jawab untuk menganalisa pasar, produk-produk yang ada di pasaran,
menganalisa produk pada RO (Reguler Outlet) yaitu untuk estimasi banyaknya produk yang
akan dijual, menangani display produk yang ada di pasaran serta bertanggung jawab terhadap
pembukaan outlet-outlet baru.
8. Marketing Manager
Bertanggung jawab dalam hal pemasaran produk, melakukan survei pasar dengan
melakukan penilaian terhadap kompetitor, menampung keluhan konsumen yang masuk,
7
membuat konsep awal produk-produk pengembangan yang telah diperkirakan akan segera
diluncurkan bersama dengan bagian produk spesialis PD, dan melakukan perhitungan biaya
keseluruhan. Sehingga dalam hal ini bekerja sama dengan bagian purchasing dan PDQA.
9. Supply Chain Management (SCM)
Departemen ini bertugas dalam hal inventori bahan baku, pendistribusian produk jadi.
Depertemen ini terbagi menjadi beberapa sub bagian, yaitu :
a. Production Planning and Inventory Control (PPIC)
Production planning and inventory control secara umum bertanggung jawab
mengatur atau merencanakan banyaknya produk yang akan diproduksi, menerima, dan
mengeluarkan bahan baku. Tangung jawab dilakukan oleh kedua bagian yaitu bagian
inventory control yang bertugas mengatur pemesanan, penerimaan, penyimpanan bahan baku
serta pengunaannya dalam produksi agar tidak terjadi penumpukan bahan baku di gudang.
Sedangkan product planning bertugas mengumpulkan data tentang estimasi penjualan produk
dalam rangka penentuan permintaan barang OTF (Order To Factory).
b. Finished Goods (FG) and Distribution
Finished goods bertanggung jawab terhadap barang (produk jadi) yang akan dikirim.
Antara lain adalah pengaturan penempatan barang, jumlah barang berdasarkan OTF, waktu
penerimaan dan pengiriman maksimal barang ke outlet-outlet, mengatur barang retur serta
mengatur dan mengawasi pengaturan keluar-masuk krat-krat yang digunakan dalam
pendistribusian barang. Sedangkan distribution bertanggung jawab mengatur pengiriman
barang yang telah dikemas ke RO, distribution channel dan agen berdasarkan jumlah barang,
agen atau outlet, serta area pemasaran.
10. General Manager Plant
Departemen ini bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional produksi roti.
Departemen ini terbagi menjadi dua sub bagian, yaitu :
8
Technician assistant manager bagian ini bertanggung jawab terhadap pengaturan,
pengawasan dan perbaikan mesin dan peralatan yang digunakan oleh PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk.
11. Human Resources and Development-General Affair (HRD-GA) Manager
Departemen ini bertanggung jawab terhadap hal yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban sumber daya manusia dalam PT Nippon Indosari Corpindo Tbk serta kegiatan
operasional perusahaan secara umum.
9
BAB II
Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, salah satu faktor yang sangat berperan
adalah pemilihan bahan baku. Bahan baku yang berkualitas akan memberikan hasil dengan
kualitas yang cukup baik. Dalam proses pembuatan SARI ROTI, bahan baku dipilih melalui
proses seleksi yang ketat sesuai standar yang telah ditetapkan di internal perusahaan. Bahan
baku yang terpilih harus memenuhi syarat dapat memberikan hasil berupa roti yang
berkualitas, baik dari segi penampakan, tekstur, aroma, hingga rasa. Selain itu, bahan baku
yang digunakan harus memenuhi persyaratan halal agar dapat menjamin status kehalalan roti
yang dihasilkan.
Bahan baku yang dikirim oleh Pemasok diperiksa terlebih dahulu melalui proses yang
cukup ketat, dengan tujuan agar Pemasok yang telah terpilih dapat menjaga konsistensi
kualitas dari bahan baku yang diterima. Bahan baku yang diterima selanjutnya disimpan di
gudang bahan baku sesuai dengan persyaratan standar penyimpanan masing-masing bahan.
Pada saat proses pembuatan roti akan dimulai, bahan baku ditimbang sesuai dengan standar
formulasi yang telah ditetapkan. Operator yang bertugas harus memastikan bahwa masing-
masing bahan baku yang digunakan telah ditimbang dengan benar agar dapat menjaga
konsistensi kualitas roti yang dihasilkan.
Dalam proses pembuatan roti, dikenal beberapa metode proses pembuatannya. Mulai
dari proses yang hanya memerlukan satu kali pencampuran seperti straight dough mixing dan
no time dough mixing, hingga proses pembuatan roti yang memerlukan dua kali proses
pencampuran seperti sponge and dough mixing. Masing-masing metode memiliki kelebihan
dan kekurangan. Dalam proses pembuatan roti, SARI ROTI menggunakan metode sponge
and dough mixing. Metode ini memiliki kekurangan berupa proses yang diperlukan
memerlukan waktu yang lebih lama, namun kelebihannya adalah dapat memberikan roti
dengan kualitas terbaik, baik dari segi tekstur, kelembutan, aroma, dan rasa dari roti yang
dihasilkan.
10
Pada proses pencampuran pertama atau sponge mixing, sebagian bahan baku
dicampurkan terlebih dahulu untuk menghasilkan adonan biang. Bahan baku yang telah
tercampur selanjutnya disimpan pada tempat khusus untuk kemudian disimpan pada ruang
fermentasi. Pada proses fermentasi ini, ragi yang ada pada adonan akan bekerja memecah
karbohidrat yang terdapat pada tepung terigu dan beberapa bahan lainnya menjadi alkohol
dan beberapa jenis asam. Alkohol dan asam tersebut yang akan berperan besar terhadap
aroma dan rasa khas dari adonan roti yang dihasilkan.
Pada proses fermentasi ini juga dihasilkan gas CO2 yang kemudian terperangkap di
dalam adonan sehingga volume adonan akan mengembang beberapa kali lipat dari volume
adonan awal. Proses fermentasi ini berlangsung antara 3 hingga 4 jam pada ruangan khusus
yang dijaga suhu dan kelembabannya agar proses fermentasi dapat berlangsung secara
sempurna. Setelah proses fermentasi selesai, adonan akan kembali dimasukkan ke dalam
mixer untuk dilakukan proses pencampuran bahan kedua atau dikenal sebagai dough mixing.
Pada proses ini adonan akan ditambahkan beberapa bahan baku lainnya seperti gula, garam,
susu, dan beberapa bahan lainnya yang bertujuan untuk memberikan rasa yang khas pada
masing-masing adonan roti yang dihasilkan.
Pada proses pencampuran kedua ini, adonan yang dihasilkan harus dipastikan telah
dalam kondisi kalis, elastis, dan tidak lengket pada mesin. Kedua hal ini merupakan indikator
utama bahwa adonan roti telah cukup baik dan dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya.
Adonan selanjutnya diistirahatkan selama beberapa menit untuk menstabilkan suhu adonan
dan untuk menjaga kualitas adonan. Selanjutnya adonan roti dipotong sesuai dengan standar
berat yang telah ditetapkan untuk setiap produk menggunakan mesin pemotong khusus
(divider) dan kemudian dibulatkan secara otomatis menggunakan rounder.
Adonan yang telah dipotong dan dibulatkan tersebut selanjutnya akan masuk ke dalam
intermediate proofer. Proses ini bertujuan agar adonan lebih relaks sehingga adonan menjadi
lebih lembut dan mudah untuk dibentuk pada proses selanjutnya. Untuk menghasilkan
adonan roti dengan ukuran pori yang seragam, adonan dipipihkan terlebih dahulu. Pada
proses ini gas yang terdapat pada kantung udara akan dikeluarkan sehingga adonan akan
memiliki pori-pori yang halus dan seragam. Adonan selanjutnya dibentuk sesuai dengan
bentuk yang dikehendaki. Bentuk dapat berupa bentuk bulat, oval, bentuk seperti tabung, atau
bentuk-bentuk lainnya. Khusus untuk roti manis, sebelum dibentuk biasanya adonan akan
11
diisi terlebih dahulu dengan isian roti. Setelah dibentuk, adonan selanjutnya disusun pada
loyang khusus. Loyang yang sudah penuh dengan adonan selanjutnya disimpan pada rak
khusus dan dimasukkan ke dalam ruang fermentasi akhir.
Proses fermentasi akhir (final proofing) ini memiliki prinsip yang sama dengan proses
fermentasi pertama, namun dilakukan dengan waktu yang lebih singkat. Setelah adonan
mengembang dan diperoleh volume adonan yang sesuai dengan standar yang diharapkan,
adonan selanjutnya dikeluarkan dan siap untuk dipanggang. Proses pemanggangan adonan
(baking) dilakukan pada tunnel oven yang memiliki panjang sekitar 12 meter selama 10
hingga 30 menit, tergantung dari jenis roti yang akan dibuat, dengan suhu pemanggangan
yang dijaga ketat agar roti dapat matang dengan sempurna. Selama proses ini, adonan akan
dimatangkan baik di bagian dalam maupun bagian luar. Pada proses ini akan diperoleh warna
roti yang diharapkan. Demikian pula dengan aroma khas roti akan muncul pada saat proses
pemanggangan berlangsung.
Roti yang telah matang selanjutnya akan dikeluarkan dari loyang (depanning) dan
dilakukan proses pendinginan (cooling) pada cooling tower terlebih dahulu sebelum roti siap
untuk dikemas. Proses pendinginan ini bertujuan agar uap air yang terdapat pada roti dapat
keluar terlebih dahulu secara optimal. Apabila roti dikemas dalam kondisi yang masih panas
akan lebih berpotensi menyebabkan roti mudah berjamur. Roti yang baru keluar dari oven
juga umumnya kondisinya masih lembek. Khusus untuk roti tawar, jika roti tersebut langsung
dipotong, maka roti akan lebih mudah rusak sehingga bentuknya tidak sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Setelah mencapai suhu yang telah ditetapkan, roti selanjutnya siap
untuk dikemas. Khusus untuk roti tawar, roti akan dipotong terlebih dahulu. Selain itu juga
dilakukan proses sortir untuk memastikan bahwa roti yang akan dikemas adalah roti yang
telah memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.
Pada kemasan SARI ROTI selalu tercantum kode produksi dan dilengkapi dengan
tanggal baik sebelum, yang menyatakan roti baik untuk dikonsumsi sebelum tanggal yang
tertera pada kemasan. Khusus untuk roti tawar SARI ROTI, tanggal baik sebelum tertera
pada kwiklok atau penjepit kemasan roti. Roti yang telah dikemas selanjutnya akan
dilewatkan terlebih dahulu pada metal detector. Hal ini bertujuan agar roti yang akan dijual
kepada konsumen bebas dari kontaminasi fisik dan tidak membahayakan konsumen. Proses
metal detecting ini juga merupakan salah satu bagian implementasi sistem HACCP (Hazard
12
Analysis and Critical Control Point) pada proses pembuatan SARI ROTI. Roti yang telah
lolos dari metal detector selanjutnya akan disusun pada krat khusus, diserahkan kepada
gudang Finished Goods dan siap untuk didistribusikan.
Supply Chain Management (SCM) merupakan suatu mata rantai dimana barang
masuk ke dalam pabrik dapat sampai ke tangan konsumen akhir, dimana tujuannya adalah
untuk kepuasan konsumen dan meningkatkan pendapatan perusahaan. SCM ini merupakan
suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam
rantai suplai melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan. Manufakturing,
dalam penerapan supply chain management (SCM), perusahaan-perusahaan diharuskan
mampu memenuhi kepuasan pelanggan, mengembangkan produk tepat waktu, mengeluarkan
biaya yang rendah dalam bidang persediaan dan penyerahan produk, mengelola industri
secara cermat dan fleksibel. Sekarang ini konsumen semakin kritis, mereka menuntut
penyediaan produk secara tepat tempat, tepat waktu. Sehingga menyebabkan perusahaan
manufaktur yang antisipatif akan hal ini akan mendapatkan pelanggan sedangkan yang tidak
antisipatif akan kehilangan pelanggan. Supply chain management menjadi satu solusi terbaik
untuk memperbaiki tingkat produktivitas antara perusahaan-perusahaan yang berbeda.
Dalam hal ini penerapan supply chain management di masa seperti ini cocok di
terapkan, karena system ini memiliki kelebihan dimana mampu me-manage aliran barang
atau produk dalam suatu rantai supply. Dalam hal ini, model SCM mengaplikasikan
bagaimana suatu jaringan kegiatan produksi dan distribusi dari suatu perusahaan dapat
bekerja bersama-sama untuk memenuhi tuntutan konsumen. Tujuan utama dari SCM adalah
penyerahan atau pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan konsumen,
mengurangi biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain (bukan hanya satu
perusahaan), mengurangi waktu, memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi.
Supply Chain Management mengutamakan arus barang antar perusahaan, mulai dari
awal kegiatan sampai produk akhir. Sedangkan orientasinya atas dasar kerja sama dan
mengusahakan hubungan serta koordinasi antar proses dari perusahaan mitra guna menunjang
13
kegiatan proses sampai ketangan konsumen, dan yang paling penting dari kerjasama ini
adalah adanya rasa percaya diantara perusahaan mitra, hal inilah yang mungkin belum terjalin
di Indonesia. Prinsip utama yang harus dipegang dalam sinkronisasi aktivitas-aktivitas sebuah
supply chain adalah untuk menciptakan resultan yang lebih besar, bukan hanya bagi tiap
anggota rantai, tetapi bagi keseluruhan sistem. Kesuksesan implementasi prinsip ini biasanya
membutuhkan perubahan-perubahan pada tingkatan strategis maupun taktis. Sebaliknya,
kegagalan biasanya ditandai oleh ketidakmampuan manajemen mendefinisikan langkah-
langkah yang harus ditempuh dalam menggiring komponen-komponen supply chain yang
komplek ke arah yang sama.
Melihat produksi yang memerlukan beberapa tahapan agar produk yang dihasilkan pun
maksimal, SCM ini sangat membantu PT Nippon Indosari Corpindo dalam menangani
konsumennya yang sudah sangat banyak. SCM membantu kegiatan dari perusahaan ini lebih
efisien dan tepat waktu seperti dengan adanya kegiatan produksi yang lebih dapat menekan
biaya, maupun waktu yang dihabiskan lebih efisien dibandingkan saat perusahaan belum
menggunakan SCM ini. Dalam pelaksanaan produktivitasnya PT Nippon Indosari Corpindo
khususnya dalam menghasilkan Bakery (Products) dibutuhkan supply chain management
untuk menghasilkan karakteristik bakery yang bagus. Menurut Yusuf Hady Direktur
14
Operasional PT Nippon Indosari Corpindo, SCM pada PT NIC tersebut adalah is to oversee
the materials, information, and finances as they move in a process from supplier to
manufacturer to wholesaler to retailer to consumer.
Supply chain management involves coordinating and integrating these flows both
within and among companies. Supply chain management is a set of approaches used to
efficiently integrate suppliers, manufacturers, warehouses, and customers so that
merchandise is produced and distributed at the right quantities, to the right locations, and at
the right time in order to minimize system wide costs while satisfying service-level
requirements.
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur
dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya)
dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan
para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material
(contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas
yang utama adalah pengadaan.
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang
digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran
organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam
rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan
pengendalian persediaan.
Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman
produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan
pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.
15
Aktivitas atau Fungsi pada SCM
Secara garis besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi, jejaring dan
perencaan kapasitas, dan pengembangan rantai suplai beberapa model telah diajukan untuk
memahami aktivitas yang dibutuhkan untuk mengatur pergerakan material di organisasi dan
batasan fungsional. SCOR adalah model manajemen rantai suplai yang dipromosikan oleh
Majelis Manajemen Rantai Suplai. Model lain ialah SCM yang diajukan oleh Global Supply
Chain Forum (GSCF). Aktivitas suplai rantai bisa dikelompokan ke tingkat strategi, taktis,
dan operasional.
1. Strategis
Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lokasi, dan ukuran gudang, pusat
distribusi dan fasilitas
Rekanan strategis dengan pemasok suplai, distributor, dan pelanggan, membuat jalur
komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan operasional seperti cross
docking, pengapalan langsung dan logistik orang ketiga
Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru ada bisa diintregasikan
secara optimal ke rantai suplai,manajemen muatan
Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli
Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan dengan strategi
pasokan/suplai
16
2. Taktis
3. Operasional
Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua hal di rantai suplai
Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktru di rantai suplai (menit ke
menit)
Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan prediksi permintaan dari
semua konsumen dan membagi prediksi dengan semua pemasok
Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang dan prediksi
permintaan, dalam kolaborasi dengan semua pemasok
Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan inventaris yang diterima
Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran barang jadi (finished goods)
Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan transportasi ke
pelanggan
Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang berhubungan dengan rantai
suplai, termasuk semua pemasok, fasilitas manufaktur, pusat distribusi, dan pelanggan
lain
Jika dilihat lebih dekat pada apa yang terjadi dalam kenyataannya, istilah rantai suplai
mewakili sebuah serial sederhana dari hubungan antara komoditas dasar dan produk akhir.
Produk akhir membutuhkan material tambahan kedalam proses manufaktur.
17
Supply chain management tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah
perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan
perusahaan-perusahaan partner. Dengan tujuan, guna memenuhi kepuasan konsumen, serta
bekerjasama membuat produk yang murah, pengiriman cepat dan kualitas yang bagus.
18
Functional Division pada perusahaan manufaktur dikelompokkan sebagai berikut :
19
BAB III
ANALISIS APLIKASI STI PADA FUNGSI PRODUKSI
Dengan mengidentifikasi system yang menjadi kendala dan memperbaiki system yang
ada di perusahaan dan menaati semua aturan dari Supply Chain Management diyakini
perkembangan industri akan semakin maju karena system ini sudah teruji di beberapa Negara
maju dalam sektor industrinya. Inti dari system ini adalah koordinasi antar rantai dan juga
pemikiran untuk meamksimalkan kinerja untuk kepuasan antar rantai, dan juga kepercayaan
didalam rantai tersebut. PT Nippon Indosari Corpindo telah mencoba mempraktekan system
dari Suppy Chain Management ini, dan beberapa kemudahan atau manfaat yang diperoleh
pun lebih baik dari sebelum perusahaan menggunakan sistem ini.
A. Kelebihan
2. Penyerahan atau pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan konsumen
dapat dilakukan, sehingga perusahaan tidak akan kehilangan konsumen yang
memesan produk Sari Roti tersebut, karena rantai dari terhubung sampai pada masing-
masing bagian yang ada didalam perusahaan.
20
Corpindo dalam melakukan kegiatan sehari-hari agar perusahaan dapat melayani
konsumen dengan cepat dan tidak menyebabkan kekecewaan pada konsumen.
B. Kelemahan
2. Penerapan SCM masih sangat sulit untuk dilakukan karena membutuhkan perubahan
pada tingkatan strategis maupun taktis, apabila manajemen masih belum siap dalam
mengimplementasikan sistem tersebut, maka rantai-rantai dalam perusahaan tidak
dapat berfungsi dengan baik.
3. Penggunaan SCM pada perusahaan menandakan bahwa kesemua sistem yang bekerja
akan berubah, dan mendorong pelaku didalamnya untuk menyesuaikan dengan sistem
tersebut, sehingga pelaku-pelaku dalam PT Nippon Indosari Corpindo dituntut untuk
menyesuaikan diri dengan sistem yang digunakan, tetapi bila pelaku belum siap
melakukan penyesuaian, sistem ini akan terlihat sia-sia.
21
BAB IV
A. Kesimpulan
PT Nippon Indosari Corpindo adalah perusahaan bakeri yang sudah sangat maju di
Indonesia, melihat dari peningkatan penjualan yang ada perusahaan ini memerlukan sistem
untuk dapat menjalankan kegiatan perusahaan agar lebih efisien dan efektif, maka perusahaan
ini mulai mencoba menggunakan sistem Supply Chain Management (SCM) dalam setiap
aktivitas perusahaan tersebut. Supply Chain Management (SCM) merupakan suatu mata
rantai dimana barang masuk ke dalam pabrik dapat sampai ke tangan konsumen akhir,
dimana tujuannya adalah untuk kepuasan konsumen dan meningkatkan pendapatan
perusahaan. SCM ini merupakan suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan
produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi waktu, lokasi dan
aliran kuantitas bahan. Prinsip utama yang harus dipegang dalam sinkronisasi aktivitas-
aktivitas sebuah supply chain adalah untuk menciptakan resultan yang lebih besar, bukan
hanya bagi tiap anggota rantai, tetapi bagi keseluruhan sistem. Kesuksesan implementasi
prinsip ini biasanya membutuhkan perubahan-perubahan pada tingkatan strategis maupun
taktis. Sebaliknya, kegagalan biasanya ditandai oleh ketidakmampuan manajemen
mendefinisikan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggiring komponen-
komponen supply chain yang komplek ke arah yang sama.
B. Saran
2. SCM dapat dimanfaatkan maksimal oleh perusahaan agar tercipta manfaat yang dapat
memudahkan perusahaan tersebut seperti lebih efisien dan efektif.
3. Pelatihan khusus untuk manajemen yang bekerja, agar SCM dapat digunakan secara
maksimal, dan dapat memantau karyawan dalam penggunaannya.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52073/F11anu_BAB%20II%2
0Profil%20Perusahaan.pdf?sequence=6
2. http://www.jobloker.com/id/pekerjaan/japrofiles/sariroti@jobloker.co.id
3. http://www.sariroti.com/content/visi-misi-1/
4. http://satukasur.wordpress.com/2012/10/28/implementasi-scm-pada-pt-nippon-
indosari-corpindo-tbk-dan-penggunaan-apo-tools-untuk-pelayanan-yang-lebih-baik/
5. www.mb.ipb.ac.id/news/view/id/a01156e74ab271dec1afe20daa229606.html
6. http://yessyaherrasanty.wordpress.com/2012/10/26/kuis-besar-i-penerapan-erp-pada-
pt-nippon-indosari-corpindo-nic-sari-roti/
7. http://bizare-konsepsisteminformasilanjut.blogspot.com/2009/04/produsen-roti-pt-
nippon-indosari.html
8. http://testingdanimplementasi.blogspot.com/2008/12/implementasi-sap.html
9. http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_rantai_suplai
10. http://ilmuteknikindustri.wordpress.com/2011/02/01/supply-chain-management-
manajemen-rantai-pasok/
11. http://waskitaadiguna.wordpress.com/2009/01/05/supply-chain-management-scm/
23