No. Revisi -
Halaman 15 Halaman
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa dalam pandangan masyarakat masih identik dengan “gila” (psikotik)
sementara kelompok gangguan jiwa lain seperti ansietas, depresi dan gangguan jiwa yang
tampil dalam bentuk berbagai keluhan fisik kurang dikenal. Kelompok gangguan jiwa inilah
yang banyak ditemukan di masyarakat. Mereka ini datang ke pelaynan kesehatan umum
dengan keluhan fisiknya, sehingga petugas kesehatan sering kali terfokus pada keluhan fisik,
melakukan berbagai pemeriksaan dan memberikan berbagai jenis obat untuk mengatasinya.
Masalah kesehatan jiwa yang melatarbelakangi keluhan fisik tersebut sering kali terabaikan,
sehingga pengobatan menjadi tidak efektif.
Masalah kesehatan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung, namun akan
menyebabkan penderitaan berkepanjangan baik bagi individu, keluarga, masyarakat dan
negara karena penderitanya menjadi tidak produktif dan bergantung pada orang lain.
Masalah kesehatan jiwa juga menimbulkan dampak sosial antara lain meningkatnya angka
kekerasan, kriminalitas, bunuh diri, penganiayaan anak, perceraian, kenakalan remaja,
penyalahgunaan zat, HIV/AIDS, perjudian, pengangguran dan lain-lain. Oleh karena itu
masalah kesehatan jiwa perlu ditangani secara serius.
Masalah kesehatan jiwa di masyarakat semakin kompleks dan semakin meningkat, maka
diperlukan pendekatan dan pemecahan masalah dengan persiapan dan langkah-langkah yang
tepat. Masalah ini tidak dapat dan tidak mungkin diatasi oleh pihak/sektor kesehatan saja,
tetapi membutuhkan suatu kerja sama yang luas secara lintas program dan lintas sektor,
termasuk peran serta masyarakat dan kemitraan swasta. Pendekatan yang bersifat
multidisipliner dengan pelaksanaan yang bersifat lintas sektor melalui perkembangan upaya
kesehatan jiwa di Indonesia, khususnya sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa.
Pelaksanaan upaya pencegahan dan penanggulangan permasalahan kesehatan jiwa di
masyarakat, dilakukan dengan persiapan dan langkah-langkah yang tepat, untuk itu perlu
adanya suatu pedoman program pelayanan kesehatan jiwa masyarakat.
B. Tujuan Program
Pedoman ini disusun dengan tujuan :
1. sebagai acuan bagi petugas dalam pelaksanaan dan pengembangan program/kegiatan
kesehatan jiwa masyarakat di wilayah kerja Puskesmas,
2. agar program pelayanan kesehatan jiwa masyarakat dapat dikelola dengan baik dari aspek
manajemen di tingkat Puskesmas maupun aspek pelayanan kepada masyarakatyang meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Sasaran Program
sasaran dari program ini adalah petugas mampu untuk menangani kegiatan – kegiatan
program kesehatan jiwa
STANDAR KETENAGAAN
2. Perawat umum yang telah mengikuti orientasi dan bimbingan teknis tentang kesehatan
jiwa untuk semua kegiatan UKM Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat, asuhan perawatan
pasien jiwa pada pelayanan UKP, dan sebagian pelayanan klinis jiwa atas pendelegasian
wewenang dari dokter umum.
3. Bidan atau perawat umum lainnya untuk seluruh kegiatan pelayanan kesehatan jiwa
masyarakat mulai promosi kesehatan, deteksi dini, rujukan kasus, pemantauan pengobatan,
pemberdayaan masyarakat.
B. Distribusi Ketenagaan
Jumlah tenaga yang memenuhi kualifikasi SDM sebagai pelaksana Program Pelayanan
Kesehatan Jiwa di Puskesmas Kalianda sebagai berikut :
Dokter umum dan perawat umum merupakan pelaksana pelayanan kesehatan jiwa di UKP
melalui Ruang Pemeriksaan Umum didukung dengan unit pelayanan pendukung misal
kefarmasian, konseling, dan laboratorium.
STANDAR FASILITAS
A. DenahRuang
B. Standar Fasilitas
a. Stetoskop
b. Tensimeter
c. Termometer
6. Prosedur pelayanan/kegiatan
9. Kendaraan Operasional
TATALAKSANA PELAYANAN/KEGIATAN
a. Petugas menerima rekam medis pasien dan memastikan identitas pasien dengan identitas
yang tertulis di rekam medis
d. Petugas mengelompokkan keluhan ke dalam keluhan fisik murni (Fm), keluhan fisik
disertai keluhan mental emosional atau fisik ganda (Fg), keluhan psiko-somatik (PS), atau
keluhan mental-emosional (ME) dan diberi kode
e. Bila keluhan utama termasuk PS, ME atau Fg lanjutkan dengan pertanyaan (aktif)
f. Beri paraf dibawahnya dan lanjutkan dengan pemeriksaan rutin lainnya (tekanan darah,
dll)
g. Dokter menetapkan diagnosis baik fisik maupun mental serta mencantumkan kode
diagnosis
h. Dokter menulis resep obat di rekam medis dan kertas resep yang diberikan kepada
pasien/pengantar.
i. Dokter memberikan edukasi kepada pasien dan pengantar tentang penyakit dan tata
laksana di rumah serta pesan untuk datang kembali.
1. Edukasi terhadap keluarga dan tetangga Pasien tentang Komunikasi dan Pemberdayaan
Pasien Gangguan Jiwa
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan Jiwa
Masyarakat direncanakan oleh Pelaksana dan diusulkan ke Tim Perencanaan Tingkat
Puskesmas melalui Penanggung Jawab UKM Pengembangan dengan tahapan kegiatan yang
akan dilaksanakan.
Logistik yang diperlukan dalam pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat antara
lain obat-obatan dan bahan atau materi penyuluhan.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
Identifikasi dan upaya pencegahan risiko terhadap pasien/sasaran dalam Pelayanan Kesehatan
Jiwa Masyarakat sebagai berikut :
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Identifikasi dan upaya pencegahan risiko terhadap petugas dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa
Masyarakat sebagai berikut :
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Kinerja pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat dimonitor dan dievaluasi dengan
menggunakan indikator sebagai berikut:
4. Angka kepatuhan petugas terhadap SOP minimal 80% untuk kegiatan UKM dan 100%
untuk pelayanan UKP.
5. ----dst
Monitoring dilakukan oleh Penanggung Jawab UKM Pengembangan dan Kepala Puskesmas
setiap bulan melalui pertemuan lokakarya mini. Sedangkan pembahasan permasalahan
indikator yang belum tercapai dan memerlukan peran lintas sektor terkait akan dibahas dalam
pertemuan lokakarya mini lintas sektor tiap tribulan.
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan dan pembinaan Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat dengan tetap
memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.