global untuk penyakit virus Corona 2019 atau yang juga disebut corona virus disease
2019 (Covid-19) pada 11 Maret 2020. Tindakan tersebut dilakukan sebagai bentuk
keprihatinan dunia atas penyebaran virus dan dampak yang mengkhawatirkan, serta
mengingatkan semua negara untuk mengaktifkan dan meningkatkan mekanisme
respon darurat. Dalam waktu yang bersamaan seluruh warga dunia berpotensi terkena
infeksi penyakit Covid-19. Penyebarannya yang masif dan mengakibatkan tingginya
angka kematian membuat sebagian belahan dunia lumpuh dari segala aktivitas.
Beberapa negara melakukan penguncian wilayahnya dan menonaktifkan semua
aktivitas masyarakat dengan pelarangan keluar rumah. (Suprihatin 2020)
Kondisi ini juga dipengaruhi siklus industri pariwisata Bali yang memang
memasuki low season. Penurunan kunjungan wisman itu seiring penutupan sementara
penerbangan langsung dari dan ke China sejak Februari 2020. Situasi itu juga
memengaruhi aktivitas pariwisata, terutama perhotelan yang mulai lesu. Tingkat hunian
kamar hotel berbintang di Bali yang juga anjlok sedalam 20,57 poin, yakni dari 45,98
persen pada Februari 2020 menjadi 25,41 persen pada Maret 2020. Penurunan yang
dialami sektor pariwisata itu menyebabkan lapangan usaha lain yang terkait juga
mengalami penurunan. Pandemi penyakit Covid-19 diduga berdampak besar terhadap
penurunan tersebut.(Ida Bagus Gede Paramita 2020)
Sementara itu, dari hasil pendataan pekerja sektor pariwisata oleh Dinas
Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat bersama Kemenparekraf RI itu untuk
merancang pembenahan dan pemulihan industri kreatif dan pariwisata di NTB
tercatat sebanyak 15.000 pekerja sektor Pariwisata yang dirumahkan sebagai dampak
Covid-19. Adapun rinciannya adalah 6.122 di bidang hotel, kemudian 1874 di bidang
Pokdarwis, sebanyak 1357 Travel/Guide, 676 Porter, bidang Homestay 213, 2410
Ekraf/IKM, selanjutnya 394 Sanggar Seni, 353 Lapak Kuliner, 617 Boatman dan 984
kebersihan, tiket dan asongan.(Ju et al. 2020)
Daftar Pustaka