Anda di halaman 1dari 7

DAMPAK PANDEMI(VIRUS CORONA) TERHADAP INDUSTRI

PARIWISATA DUNIA

Oleh:

Dosen Pengampu:

Ns.Abdul Rokhman,M.Kep

Disusun Oleh:

Moh. Hakim setya negara(2002013012)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2020/2021
ESSAY (CORONA VIRUS) Moh. Hakim setya negara(hakimsetyanegara21@gmail.com)

Universitas Muhammadiyah lamongan S1 keperawatan

Dampak Pandemi (Virus Corna) Terhadap Industri Pariwisata Dunia

Dalam melakukan perjalanan wisata sangat banyak yang harus di perhatikan sebelum
memulai perjalanan tersebut. Salah satu yang menjadi perhatian penting bagi wisatawan saat
melakukan perjalanan adalah resiko yang akan mereka hadapi nantinya. Terutama saat
melakukan perjalanan ke Negara yang berkembang. Karena menurut (Lenggogeni et al.,
2019) bencana alam sangat kompleks dirasakan oleh Negara yang berkembang dibandingkan
Negara maju. Bencana alam merupakan bagian dari resiko yang akan dihadapi oleh para
wisatawan. Namun tidak hanya bencana alam seperti tsunami atau gempa bumi saja yang
ditakuti oleh wisatawan juga ada bencana baru yang kini mewabah diseluruh dunia yaitu
munculnya Virus corona.

Menurut (World Health Organization, 2019) Virus korona adalah virus yang
menyebabkan flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti sindrom pernapasan timur
tengah (MERS-CoV) dan Sindrom penafasan akut parah (SARS-CoV) virus ini berawal dari
kota Wuhan Negara China yang akhirnya menyebar ke Negara lain salah satunya Indonesia.
Virus corona ini sangat berpengaruh besar terhadap perindustrian pariwisata karena saat ini
banyak Negara yang melakukan lockdown terhadap turis turis mancanegara untuk mencegah
terjadinya penularan virus tersebut hingga meluas ke berbagai Negara.

Menurut (Lenggogeni et al., 2019) ada 7 risiko perjalanan yang dihubungkan oleh
konteks bencana alam, salah satunya adalah ketakutan terjebak. Yang artinya ada ketakutan
bagi wisatawan saat mengunjungi suatu daerah yang sudah ada kasus virus corona, mereka
akan tertular yang otomatis mereka akan dilakukan karantina baik di Negara tempat mereka
melakukan perjalanan atau di Negara asal mereka. Saat mereka di karantina ,otomatis mereka
akan terpisah dari orang- orang yang mereka cintai dalam waktu yang cukup lama. Inilah
yang merupakan salah satu ketakutan wisatawan melakukan perjalanan karena mereka takut
terinfeksi virus corona dan ikut di isolasi. Ini merupakan salah satu resiko psikolologis yaitu
ketakutan merasa terjebak (Mitchell, 1992)

Industry pariwisata kini berada di tahap bawah dikarenakan pandemic global tadi,
yaitu virus corona. Bahkan yang juga terkena dampaknya adalah, Negara Saudi Arabia yang
sementara waktu melarang adanya kegiatan umrah. Sehingga kota Makkah saat ini benar
benar kosong dan di sterilkan. Tidak hanya itu juga banyak wisatawan mungkin sudah
merencanakan perjalanan dari jauh hari memilih mengalami kerugian untuk membatalkan
perjalanan daripada harus tetap terbang ke suatu Negara dan menerima resiko terinfeksi virus
corona.

Indonesia juga terkana dampaknya, karena saaat ini menurut (Kamil, 2020) jumlah
kasus positif corona di Indonesia sudah mencaapai 134 kasus. Ini membuat Indonesia
menjadi salah satu Negara yang ikut terkena dampak virus corona. Sehingga saat ini Presiden
Jokowi sudah mulai memberikan peringatan kepada masyarakat Indonesia untuk melakukan
social distancing yang artinya masyarakat tidak bebaas melakukan kegiatan social seperti
dulu, sehingga keramaian sangat dihindarkan saat ini. Banyak universitas yang juga ikut serta
meliburkan mahasiswanya terkait hal ini. Tentu saja ini berdampak juga pada pariwsata di
Indonesia, salah satunya Kota Jakarta yang merupakan paling banyak kasus korona saat ini.
Sehingga banyak tempat wisata yang sepi wisatawan dikarenakan ketakutan akan terinfeksi
virus ini.

Presiden Jokowi berusaha untuk mengajak masyarakat Indonesia agar kompak


melawan virus ini hingga tuntas sehingga pariwisata dan perekonomian dapat berjalan seperti
biasa dan kegiatan operasional pemerintahan dapat berjalan semestinya kembali karena
memang pegawai pemerintahan banyak yang bekerja dari rumah yang tentunya ini tidak
efektiif. Presiden Jokowi berharap, kasus Virus Corona ini cepat Tuntas dan tidak memakan
banyak korban kedepannya. Serta dengan tuntasnya virus ini pariwisata dunia akan membaik
dan berkembang kembali. Karena sejatinya, China yang merupakan pusat virus ini,

Tahun 2019-2021 ini adalah tahun yang sangat berat bagi saya dan juga industri
pariwisata di dunia termasuk pariwisata di indonesia. Tahun ini tahun dimana sebuah virus
bernama COVID-19 (Corona Virus Desease 19) menyerang hampir seluruh isi bumi tanpa
terkecuali. Virus covid-19 ini tidak hanya menyerang manusia tetapi juga menyerang
perekenomian di dunia dengan segala permasalahan yang timbul akibat efek berantai yang
diakibatkannya. Di industri pariwisata indonesia, virus ini mulai memberikan dampak pada
awal tahun 2020 yang mana banyak wisatawan membatalkan rencana perjalanannya terutama
wisatawan mancanegara yang berasal dari negeri china dimana negara ini adalah asal muasal
virus ini pertama kali terjadi. Bagi kami pelaku pariwisata hal ini adalah pukulan yang sangat
telak yang mengakibatkan kami harus merumahkan hampir 90% karyawan kami yang sangat
menggantungkan hidupnya kepada kami. Tetapi kami juga harus realistis dengan keadaan
yang terjadi karena kami sudah merasakan dampak virus ini dari januari akhir tahun ini yang
mana sejak saat itu kami berusaha bertahan dengan kedaan yang ada dan berharap corona
tidak menyerang pariwisata indonesia sepenuhnya.

Dan pada suatu titik di akhir bulan maret 2020 kami sudah tidak sanggup menahan
kerugian sebesar itu sehingga kami memutuskan merumahkan 90% karyawan kami. Hal ini
adalah keputusan sudah merasakan dampal awal virus ini dari awal tahun. Sekarang ini kami
hanya berharap perekonomian sangat sulit dari sisi kemanusiaan tetapi kami harus realistis
dengan kondisi yang terjadi yang dimana kami di indonesia terutama perekonomian
pariwisata di indonesia segera pulih dan berjalan normal kembali meskipun kami tidak yakin
normalisasi keadaan ini akan berjalan dengan cepat dan singkat. Tetapi kami  pelaku
pariwisata di indonesia harus optimis keadaan seperti ini segera cepat berakhir karena hampir
50 juta penduduk indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor ekonomi pariwisata.
Kenapa 50 juta penduduk? Ya karena efek berantai ini mengakibatkan banyak sektor lumpuh
seperti:

Biro Perjalanan Wisata

Biro perjalanan Wisata adalah salah satu sektor yang terdampak langsung akibat
virus corona ini yang mana banyak pembatalan rencana perjalanan wisata yang sudah
diagendakan jauh hari sebelumnya, akhirnya dibatalkan karena adanya virus ini. Presentase
pembatalan yang diakibatkan virus ini hampir menyentuh angka 100% yang mengakibatkan
banyak biro perjalanan wisata juga seakan akan mati sepenuhnya dalam hal perekenomian
dan terpaksa merumahkan keseluruhan karyawannya karena masih banyak beban juga yang
harus ditanggung dari pembatalan rencana perjalananan yang diakibatkan dan juga masih
banyak faktor finansial lain yang ditimbulkan akibat covid-19.

 Hotel
Hotel  menjadi sektor yang paling parah juga dihantam oleh pandemi virus covid-19
ini yang mana banyak hotel yang mengandalkan pendapatan dari kerjasama dengan biro
perjalanan wisata. Dengan tidak adanya dukungan dari biro perjalanan wisata, hotel seakan
akan lumpuh dari aktivitas pemesanan yang memberi sumbangan pendapatan hotel sebesar
60%. Sekarang ini banyak hotel yang sudah merumahkan hampir 99% karyawan tanpa gaji
dan menutup operasional hotel sepenuhnya untuk memotong kerugian yang lebih banyak lagi
akibat tidak adanya pemasukan dan tingkat okupansi hotel yang rendah dan tidak sebanding
dengan pendapatan yang diterima. Bahkan di kota kota besar yang tingkat pendapatannya
hanya mengandalkan sektor pariwisata banyak isu yang berkembang banyak hotel yang
dijual.Sekarang ini bagi pemilik hotel atau investor hotel hanya berharap perekonomian di
dunia dapat segera pulih dengan cepat.

Restoran/Rumah Makan Wisata

Restoran juga terkena imbas dari pandemi covid-19 ini yang mana banyak restoran
yang terpaksa menutup operasional karena tidak adanya pembeli yang berkunjung akibat
ditutupnya tempat tempat wisata di daerah masing masing. Dengan tidak adanya dukungan
dari biro perjalanan dan tempat wisata banyak restoran yang berpikiran realistis untuk
menutup restoran miliknya. Sebagai contoh banyak restoran wisata di Bali yaitu tepatnya di
kawasan pantai jimbaran , pantai kedongangan menutup restoran milik mereka karena tidak
adanya wisatawan yang berkunjung ke Bali baik itu wisatawan lokal dan mancanegara. Ini
sebenarnya pilihan yang sangat realistis karena dengan ditutupnya tempat wisata di bali
berarti juga tidak akan adanya wisatawan yang akan datang berkunjung baik itu lokal maupun
mancanegara. Tidak hanya di bali, di Kota pariwisata seperti Malang, Yogyakarta juga
banyak restoran melakukan hal serupa sehingga pemilik restoran juga merumahkan semua
karyawannya.

Pusat Oleh-Oleh

Pusat oleh oleh juga terkena dampak langsung virus corona ini karena dengan
ditutupnya tempat wisata di daerah daerah mengakibatkan tidak adanya wisatawan yang
datang sehingga mengakibatkan pusat oleh oleh juga banyak yang tutup dan merumahkan
karyawannya. Seperti contoh di Bali yaitu Krisna pusat oleh oleh khas bali yang terpaksa
menutup semua outlet miliknya dan merumahkan hampir 80% karyawannya.Hal ini terjadi
karena tidak ada wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung di bali, sedangkan
hampir 70% customer krisna oleh oleh adalah wisatawan lokal yang mana kita tau sendiri
sekarang di indonesia sedanga ada pembatasan perjalanan dalam bentuk apapun. Pusat oleh
oleh juga memegang peranan bagi UMKM yang mensuplai barang yang dijual oleh pusat
oleh oleh. Karena itu dengan ditutupnya pusat oleh oleh , UMKM juga merasakan
dampaknya juga dan menjadi faktor kerugian yang sangat beruntun bagi pihak UMKM dan
beberapa vendor yang bekerja sama dengan pusat oleh oleh.

Karyawan Di Dunia Pariwisata

Yang terakhir dari pembahasan saya adalah karyawan yang berhubungan langsung
dengan dunia pariwisata seperti karyawan travel agent,karyawan hotel,karyawan
restoran,karyawan pusat oleh oleh,karyawan rental mobil,sopir,tour leader(TL),tour
guide(TG) yang semuanya menggantungkan hidupnya kepada usaha usaha yang berhubungan
langsung dengan industri pariwisata. Sekarang sudah berapa juta karyawan pariwisata yang
sudah dirumahkan? Menurut data yang kami peroleh dari sumber valid yang tidak mau
disebutkan namanya angka karyawan yang sudah dirumahkan dari sektor pariwisata sebesar
20 juta jiwa. Sungguh angka yang sangat miris ketika hal ini kurang diperhatikan oleh
pemerintah dan hal ini mungkin diluar prediksi dari kementrian tenaga kerja.

Sekarang kami hanya bisa berharap keadaan ekonomi  industri pariwisata segera pulih dan
segera membaik dan wabah covid-19 ini segera berakhir. Akhir kata dari kami pelaku
pariwisata di indonesia  pemerintah dapat memberikan perhatian lebih kepada pelaku
pariwisata di indonesia yang sekarang ini sedang dalam keadaan mati suri. Industri Pariwisata
adalah penyumbang devisa terbesar kedua di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kami
harap akan tetap menjadi penyumbang devisa terbesar  sampai kapanpun. Semoga kami para
pelaku pariwisata dapat tegar menghadapi musibah yang melanda seluruh dunia ini. Salam
Pariwisata Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

CoronaVirus. (2019). Retrieved Maret 17, 2020, from World Health Organization:
https://www.who.int/health-topics/coronavirus

Kamil, F. (2020, Maret 17). Detik News. Retrieved Maret 17, 2020, from Data Terbaru Virus
Corona Terkait Indonesia: https://m.detik.com/news/berita/d- 4942267/data-terbaru-virus-
coorona-terkait-indonesia-per-17-maret-pukul- 1100-wib

Lenggogeni, S., Ritchie, B. W., & Slaughter, L. (2019). Understanding travel risks in a
developing country: a bottom up approach. Journal of Travel and Tourism Marketing, 36(8),
941–955. https://doi.org/10.1080/10548408.2019.1661329

Mitchell, V. W. (1992). Understanding Consumers’ Behaviour: Can Perceived Risk Theory


Help? Management Decision, 30(3), 26–31. https://doi.org/10.1108/00251749210013050

World Health Organization. (2019). Retrieved Maret 17, 2020, from Corona Virus:
http://www.who.int/health-topics/coronavirus

Anda mungkin juga menyukai