Anda di halaman 1dari 9

BAB II

GAMBARAN UMUM RENCAHA USAHA

2.1 Kondisi Lingkungan dan Potensi Sumber Daya

Produk yang dibuat dalam program ini adalah keripik yang terbuat dari daun salam
dan memiliki karakteristik produk berupa kripik yang renyah, gurih, menyehatkan serta
dikemas dengan menarik. Daun salam sendiri merupakan tanaman herbal yang biasanya
digunakan sebagai salah satu bumbu penyedap masakan karena mempunyai aroma yang
khas.

Usaha produk keripik daun salam direncanakan akan diproduksi dan didistribusikan
di sekitar Kota Denpasar, hal ini didasarkan dengan alasan penduduk yang cenderung padat
serta wilayah tersebut memiliki potensi besar untuk berwirausaha. Selain itu, bahan baku
daun salam juga mudah didapatkan di pasar tradisional maupun supermarket yang berada di
wilayah Denpasar. Karena produk ini merupakan produk yang berupa cemilan atau
makanan ringan, pastinya banyak orang akan tertarik dan menyukai produk ini. Dengan
rendahnya inovasi makanan olahan daun salam selain menjadi bumbu penyedap masakan,
hal tersebut diharapkan dapat menjadi potensi dan peluang yang cukup besar bagi usaha
keripik daun salam untuk masuk dan diterima di pasar dengan memberikan manfaat serta
khasiat yang baik bagi kesehatan masyarakat pada umumnya.

2.2 Sekilas Tentang KERIS BALE


Visi: Memperkenalkan Produk Keripik Daun Salam “Keris BaLe: Keripik Sehat Olahan
Daun Salam (Bay Leaf)” kepada masyarakat luas karena produknya yang unik dan
merupakan makanan ringan dengan inovasi baru yang tentunya bermanfaat bagi
kesehatan.
Misi:
- Produk Keripik Daun Salam “Keris BaLe” dijual dengan harga yang terjangkau
bagi masyarakat.

1
- Produk Keripik Daun Salam “Keris BaLe” mengedepankan kesehatan pembeli
dengan menawarkan produk yang tidak mengandung pengawet dan aman untuk
dikonsumsi.
- Produk Keripik Daun Salam “Keris BaLe” mengedepankan cita rasa keripik yang
enak, renyah, dan sedap dengan banyaknya varian rasa pada keripik.

Keripik daun salam “Keris BaLe” ini dibuat dengan bahan utama daun salam.
Pemilihan daun salam sebagai bahan utama produk keripik ini karena masih jarang
ditemui kreasi makanan ringan yang menggunakan daun salam sebagai bahan utama
pembuatannya. Sebagian usaha keripik lain memilih menggunakan daun seperti daun
sirih, daun kemangi dan daun kelor untuk usaha mereka. Tentunya hal tersebut
mendorong kami untuk berinovasi lagi dalam mengembangkan produk olahan makanan
ringan yang berkhasiat tinggi, maka dari itu kami memilih menggunakan daun salam
sebagai bahan utama pembuatan produk makanan ringan/keripik ini. Target konsumen
dari produk keripik daun salam ini adalah anak-anak, remaja dan masyarakat pada
umumnya.

2.3 Keunggulan Produk


Harga yang ditawarkan oleh produk keripik daun salam ini relative murah jika
dibandingkan dengan keripik-keripik lain yang dipasarkan di sekitaran wilayah
Denpasar. Keunggulan lainnya, yaitu proses pembuatan keripik daun salam ini sangat
mudah untuk dilakukan, bahan baku yang digunakan dalam pembuatan keripik mudah
didapatkan, keripik yang menyehatkan karena tidak menggunakan bahan pengawet
dalam proses pembuatannya, serta banyaknya varian rasa yang ditawarkan, seperti: rasa
original, jagung bakar, keju, barbeque dan ayam bawang, sehingga konsumen tidak
akan merasa bosan untuk menikmati produk keripik daun salam ini.

2.4 Manfaat dan Khasiat Produk


Manfaat yang didapatkan selain menarik minat masyarakat serta membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat lainnya di sekitar wilayah usaha, daun salam memiliki

2
banyak manfaat dan khasiat yang menguntungkan untuk kesehatan dengan konsumsi
yang tidak berlebihan di antaranya, yaitu untuk mengatasi rematik, maag, sakit perut,
memperlancar haid, menurunkan gula darah karena memiliki kandungan zat polifenol
semacam antioksidan dalam ekstrak daunnya yang dipercaya dapat menurunkan jumlah
gula darah bagi penderita diabetes, serta dapat mencegah komplikasi penyakit jantung.

2.5 Prospek Pengembangan Usaha


Prospek pengembangan usaha produk makanan ringan/cemilan olehan daun salam
berdasarkan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) adalah sebagai
berikut:
Aspek Produk Keripik Daun Salam “Keris BaLe”
Strength 1. Memiliki berbagai variasi rasa, seperti rasa original,
(Kekuatan) jagung bakar, keju, barbeque, dan ayam bawang.
2. Kandungan bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi produk aman untuk dikonsumsi.
3. Keripik daun salam ini dapat dikonsumsi dimanapun,
kapanpun, dan oleh siapapun.
4. Kemasan produk yang di-design semenarik mungkin dan
memudahkan untuk disimpan kembali.
5. Harga yang relative murah dan bermanfaat bagi
kesehatan.
Weakness Produk makanan ringan dengan inovasi baru yang masih
(Kelemahan) belum dikenal oleh masyarakat luas.
Opportunity 1. Belum banyaknya produk yang sejenis di pasaran.
(Peluang) 2. Dapat menarik konsumen karena tersedianya berbagai
varian rasa yang dapat membuat konsumen tidak merasa
bosan untuk menikmati produk cemilan ini.
3. Perilaku masyarakat yang konsumtif terhadap produk
baru yang unik dan trending.
Threat Adanya risiko plagirisme atau imitasi produk yang sering
(Ancaman) terjadi di Indonesia.

3
Berdasarkan uraian analisis SWOT diatas, maka strategi-strategi yang dapat
dilakukan untuk mengembangkan usaha produk Keripik Daun Salam “Keris BaLe” ini
adalah:
1. Melakukan promosi melalui sosial media yang sangat populer saat ini, seperti
Instagram, Tik-Tok, Facebook, WhatsApp, dan lain sebagainya.
2. Pengemasan yang dilakukan dengan inovatif dan menarik serta menggunakan bahan
yang ramah lingkungan atau dapat digunakan kembali sehingga dapat mengurangi
pencemaran.

2.6 Analisa Ekonomi Usaha

Sasaran Usaha (Target Konsumen)

Sasaran yang menjadi target utama adalah anak muda, baik pelajar hingga
mahasiswa, dan juga masyarakat pada umumnya. Mengingat bahan dasar dari Pofitza
adalah makanan-makanan yang populer dan digemari semua kalangan maka diharapkan
pecinta Pofitza juga dapat diterima layaknya pizza pada umumnya. Secara spesifik kami
menyasar konsumen yang berdomisili di Denpasar karena pemasraan awal kami akan
dimulai di daerah Denpasar. Target konsumen ini pun nantinya akan kami sesuaikan
dengan lokasi penjualan Pofitza ini. Dengan rincian sebagai berikut:

-B2C (Bussiness to Consuments)

 Menyasar anak kost dan juga ibu-ibu rumah tangga yang biasanya berbelanja kebutuhan
pokoknya dipasar. Hal ini berdasarkan dari riset pemantauan yang kami lakukan
didaerah sekitar tempat tinggal kami, dimana ibi-ibu rumah tangga dan juga para anak
kost bisanya tidak hanya membeli kebutuhan pokoknya saja dipasar, namun tidak
jarang mereka juga membeli beberapa cemilan, walau memang tidak banyak namun ada
indikasi pada 10 org ibu-ibu dan anak kost sebanyak lebih dari setengahnya selalu
membeli jajanan lain untuk buah tangan atau sekedar sebagai teman ngopi/ngeteh
santai.

4
 Menyasar masyarakat target konsumen kami, yaitu masyarakat Denpasar yang lebih
cenderung menggunakan media online untuk berbelanja makanan. Karena strategi
pemasaran kami melalui onlinedengan mendaftarkan produk di Garb-Food, Go-Food,
dan Shopee-Food serta dengan sistem cash on delivery food. Hal ini kami analisa
berdasarkan dengan pengalaman pribadi dan juga melihat tren yang ada saat ini, dimana
target konsumen utama kami adalah anak muda yang lebih suka dengan gaya hidup
praktis. Serta dari analisa kami terhadap orang sekitar, 8 dari 10 teman kami biasanya
lebih suka menggunakan sistem berbelanja online daripada langsung menuju tokonya
yang memerlukan waktu serta tenaga lebih.

-B2B (Bussiness to Bussiness)

 Menyasar angkringan, coffee shop, tempat-tempat hangout di daerah Denpasar, pasar


malam (senggol) dan juga toko-toko makanan lainnya. Selain enak sebagai tempat
untuk merilekskan pikiran dan suasana sembari menyajikan kopi dan menu lainnya,
tempat-tempat yang kami sasar ini tentunya akan menyediakan menu pendamping
seperti menu cemilan. Nah disini Pofitza akan berkerjasama untuk mensuplay
cemilannya dengan harga yang lebih murah (konsinyasi).

Tempat Pemasaran
Tempat pemasaran yang menjadi fokus penjualan Pofitza ini antara lain:
1. Media sosial (Tiktok, Instagram, Twitter, Facebook, Whatsapp, dan lainnya).
2. Disekitar rumah masing-masing anggota kelompok. Khususnya difokuskan daerah
Denpasar.
3. Toko-toko makanan, angkringan dan coffee shop daerah Denpasar.
4. Pasar malam (senggol).

Strategi Promosi dan Pemasaran


Promosi dilakukan melalui media sosial, baik tiktok, instagram dan sebagainya,
promosi juga akan dilakukan dalam bentuk video produk, pamflet disertai gambar dan
keterangan serta menu produk. Membuka stand event-event tertentu untuk membidik pasar

5
yang lebih besar, dan juga menyebarkan pamflet disetiap target penjualan, melakukan
endorsement kepada influencer, serta ikut serta dalam paid promot program kerja yang
dilaksanakan oleh kampus. Kemudian untuk memberi kesan berbeda dengan jajanan
lainnya, Pofitza akan dikemas dengan kemasan yang unik dan menarik dengan membuat
logo merk. Kami akan memasarkan produk dengan harga yaitu Rp 10.000-, per porsinya.
Hal ini sudah dihitung berdasarkan jumlah yang kami produksi sebanyak 450 pizza dengan
mengambil keuntungan 25% per produk, maka kami bisa menjual dengan harga Rp
10.000-, untuk satu porsinya, tentunya dengan ukuran dan juga ketebalan yang sesuai.
Kami juga akan menjual produk melalui media online seperti gojek, grab atau shopee-food.
Dan pada akhir pekan kami akan menjualnya di pasar malam. Dalam penjualan perdana
untuk menarik pembeli dan memperkenalkan produk maka akan dilakukan dengan promosi
gartis antarke tempat pemesan dengan daerah tertentu. Langkah Pengembangan ke Depan
Langkah yang akan dilakukan jika usaha ini mulai berkembang dan tingkat permintaan
akan produk tinggi adalah dengan mematenkan produk, mempertahankan keunggulan dan
kualiats produk, memperluas jaringan usaha, pemasaran dalam skala besar melalui website,
membuat toko, dan mengembangkan menu lebih banyak serta unik. Hal yang membuat
kami yakin bahwa usaha ini dapat berkembang kedepannya adalah dengan adanya analisis
yang kami lakukan secara sederhana, terkait dengan bagaimana kelayakan dari usaha yang
kami jalankan ini, dimana analisis dan juga perkira tersebut kami rinci sebagai berikut:

Langkah Pengembangan ke Depan


Langkah yang akan dilakukan jika usaha ini mulai berkembang dan tingkat
permintaan akan produk tinggi adalah dengan mematenkan produk, mempertahankan
keunggulan dan kualiats produk, memperluas jaringan usaha, pemasaran dalam skala besar
melalui website, membuat toko, dan mengembangkan menu lebih banyak serta unik. Hal
yang membuat kami yakin bahwa usaha ini dapat berkembang kedepannya adalah dengan
adanya analisis yang kami lakukan secara sederhana, terkait dengan bagaimana kelayakan
dari usaha yang kami jalankan ini, dimana analisis dan juga perkira tersebut kami rinci
sebagai berikut:

1) Analisis Kelayakan Usaha

6
Tabel 3.8 Kelayakan Usaha Pofitza
Total Harga Umur ekonomis Depresiasi 3
No Aset Tetap (Rp) (thn) bulan (Rp)

1 Pisau 20.000 1 5.000


2 Sendok 2.000 1 500
3 Piring 30.000 1 7.500
4 Kompor Gas 250.000 3 20.833
5 Tabung Gas 150.000 1 37.500
6 Teflon 75.000 1 18.750
7 Baskom 10.000 1 2.500
8 Talenan 15.000 1 3.750
9 Parutan Keju 2.000 1 500
Beban Aset Tetap Rp96.833

2) Perkiraan Laba/Rugi
Harga pokok penjualan (HPP) merupakan harga minimum yang diterapkan oleh
produsen atau sebuah perusaan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kerugian. Modal
awal sebesar Rp3.585.500 (Modal kerja sebesar Rp2.585.500 + cadangan minimum modal
sebesar Rp1.000.000) digunakan untuk melakukan kegiatan produksi produk. Maka
berdasarkan estimasi total unit yang dapat di produksi sebanyak 450 porsi dalam tiga bulan.
HPP = Biaya : Total Produksi
= Rp3.585.500 : 450
= Rp 7.968 (dibulatkan menjadi Rp8.000)

3) Perkiraan Pendapatan
Laba yang diharapkan sebesar 25% = Laba x HPP
= 25% x Rp8.000
= Rp2.000
Harga Jual = HPP + Perkiraan Laba
= Rp8.000 + Rp2.000
= Rp10.000
Dengan demikian, kami akan menjual Pofitza ini dengan harga Rp10.000/porsi.

7
4) Perkiraan BEP
Break Even Point (BEP) merupakan titik impas dimana posisi jumlah pendapatan
dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan atau kerugian.
Target perhari = minimal 5 porsi
Pendapatan perhari = 5 x Rp10.000
= Rp50.000
Pendapatan perbulan = 30 x Rp50.000
= Rp1.500.000
Pendapatan pertahun = 12 x Rp1.500.000
= Rp18.000.000
BEP = Total Biaya : Harga Jual Rata-Rata
= Rp2.585.500 : Rp10.000/porsi
= 259 porsi
Jadi usaha ini harus bisa menjual sebanyak 259 porsi paling tidak untuk menutupi biaya
produksinya sebesar Rp2.585.500 dengan estimasi pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp18.000.000.

5) Benefit Cost Ratio


B/C Ratio = Total Penjualan : Total Biaya Produksi
= Rp18.000.000 : Rp2.585.500
=7
Karena B/C Ratio > 7, maka usaha ini dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Dimana
dalam setiap satuan biaya yang dikeluarkan, diperoleh hasil penjualan 7 kali lipat.

8
https://docplayer.info/51483251-Proposal-program-kreativitas-mahasiswa-keripik-kulit-
singkong-beraroma-pandan-bidang-kegiatan-pkm-kewirausahaan-diusulkan-oleh.html

https://hellosehat.com/herbal-alternatif/herbal/manfaat-daun-salam-adalah/

Anda mungkin juga menyukai