ABSTRAK
Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal dalam kehidupan. Salah satu yang cukup menonjol adalah
perubahan perilaku. Istilah “new normal” kemudian menjadi sangat populer. Padanan terhadap istilah ini dalam
bahasa Indonesia kemudian bermunculan, antara lain “kenormalan baru”, “normal baru”, “tatanan kehidupan
baru”, dan masih banyak lagi yang semua mengacu kepada “keadaan normal yang baru”. Keadaan normal baru
ini antara lain (1) memakai masker ketika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak
diketahui status kesehatannya; (2) mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir atau menggunakan
cairan antiseptik berbasis alkohol/handsanitizer; (3) menjaga jarak minimal satu meter dengan orang lain serta
menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan; serta (4) meningkatkan daya tahan tubuh dengan
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dalam konteks “menjaga jarak minimal satu meter dengan orang
lain serta menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan” inilah pembahasan tentang daya dukung
lingkungan di bidang pariwisata dibahas dalam artikel ini. Dengan demikian, tujuan penulisan artikel ini adalah
untuk memberikan sebuah perspektif terhadap penerapan konsep daya dukung lingkungan di destinasi pariwisata
pascapandemi Covid-19. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur terhadap dokumen
yang membahas tentang “new normal” dan ekowisata dikaitkan dengan kondisi kekinian. Berdasarkan hasil
kajian terhadap berbagai literatur tersebut, penulis menyimpulkan bahwa “new normal” merupakan sebuah
kondisi yang bisa dijadikan sebagai momentum kebangkitan ekowisata, khususnya terkait dengan penerapan
konsep daya dukung lingkungan di destinasi pariwisata.
ABSTRACT
Covid-19 pandemic has changed many things in life. One that is quite prominent is the behavior changing. The
term "new normal" then became very popular. Many equations of this term appear in Bahasa Indonesia, such as
“kenormalan baru”, “normal baru”, “tatanan kehidupan baru”, and many more which all refer to "a new
normal condition". These new normal conditions include (1) wearing a mask when leaving the house or
interacting with other people whose health status is unknown; (2) washing hands using soap with running water
or using an alcohol-based antiseptic liquid / hand-sanitizer; (3) keep a one-meter minimum distance from other
people and avoid a group of people, crowd, and crammed into a public space; and (4) increase endurance by
implementing clean and healthy living behaviors. Keeping a one-meter minimum distance from other people and
avoiding a group of people, crowd, and crammed into a public space is a discussion of carrying capacity of
tourism discussed in this article. Thus, the purpose of this writing is to provide a perspective about an
implementing concept of carrying capacity in tourism destinations after the Covid-19 pandemic. The method
used in collecting data in this study is a literature review on documents that discuss the "new normal" and
ecotourism associated with current conditions. Based on the results of those kinds of literature, the author
http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/PB/index
Doi: 10.36275/mws
ISSN 2527-9734 Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Pariwisata Agama dan Budaya EISSN 2614-5340
concludes that "new normal" is a condition that can be used as a momentum for the rise of ecotourism,
especially related to the implementation of the concept of carrying capacity in tourism destinations.
http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/PB/index 75
ISSN 2527-9734 Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Pariwisata Agama dan Budaya EISSN 2614-5340
76 http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/PB/index
ISSN 2527-9734 Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Pariwisata Agama dan Budaya EISSN 2614-5340
http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/PB/index 77
ISSN 2527-9734 Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Pariwisata Agama dan Budaya EISSN 2614-5340
Keadaan yang jauh lebih baik terjadi di Menurut Fatubun (2020), “new normal”
Danau Batur, Kabupaten Bangli, Bali. semula merupakan istilah di dunia ekonomi
Laporan hasil penelitian Dewi (2020) dan bisnis yang merujuk kepada pembuat
menyebutkan ada beberapa penelitian yang kebijakan dunia bahwa ekonomi industri
mengindikasikan bahwa telah terjadi akan kembali ke “cara terbaru” pascakrisis
penurunan daya dukung lingkungan di keuangan tahun 2007-2008. Istilah ini
Danau Batur, akan tetapi tidak dirasakan diambil dari tulisan berjudul “Post-Subprime
oleh pengunjung. Salah satu penelitian yang Economy Means Subpar Growth as New
menunjukkan bahwa daya dukung Normal in U.S.” karya Rich Miller dan
lingkungan Danau Batur telah menurun Matthew Benjamin yang terbit tanggal 18
adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Mei 2008 di Bloomberg.
Pusat Pengendalian Pembangunan Istilah “new normal” kembali
Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara, diperbincangkan setelah muncul dalam
Kementrian Lingkungan Hidup dan kolom opini yang ditulis Paul Glover
Kehutanan Republik Indonesia pada tahun Fatubun (2020). Tulisan Glover yang
2015 (dalam Dewi, 2020), yang berhasil ditayangkan tanggal 29 Januari 2009 di
mengidentifikasi permasalahan di Danau media daring Philadelphia Citypaper tersebut
Batur, antara lain berupa (1) kerusakan dan diberi judul “Prepare for the Best”. Menurut
penyempitan areal hutan; (2) alih fungsi Glover, sebagaimana ditulis Fatubun, istilah
lahan; (3) erosi dan sedimentasi; (4) “new normal” merupakan sebuah panduan
pencemaran air di danau; (5) pemanfaatan bagi penduduk Kota Philadelphia dalam
air yang berlebihan; serta (6) eutrofikasi. menghadapi isu pemanasan global. Dalam
Permasalahan yang berhasil diidentifikasi di konteks ini, “new normal” oleh Glover
atas menurut tim peneliti merupakan salah dianggap sebagai masa depan dunia yang
satu indikasi bahwa telah terjadi penurunan sangat memerhatikan isu lingkungan.
daya dukung lingkungan di Danau Batur. Lebih lanjut Fatubun (2020) menuliskan
Fenomena di Goa Pindul, Kabupaten bahwa istilah “new normal” semakin populer
Gunungkidul (DI Yogyakarta), Kebun Raya pada tahun 2010 setelah Mohamed A El-
Cibodas, Kabupaten Cianjur (Jawa Barat), Erian selaku Ketua PIMCO menyampaikan
dan Danau Batur, Kabupaten Bangli (Bali) kuliah umum berjudul “Navigating the New
adalah sedikit contoh tentang permasalahan Normal in Industrial Countries” tanggal 10
daya dukung lingkungan yang terjadi di Oktober 2010 yang disiarkan secara daring
destinasi pariwisata. Dalam konteks ke seluruh dunia. PIMCO adalah sebuah
kekinian, permasalahan tersebut menjadi lembaga manajemen investasi global yang
menarik jika dikaitkan dengan era “new fokus kepada manajemen pendapatan tetap
normal” pascapandemi Covid-19, khususnya aktif. El-Erian menyatakan bahwa istilah
terkait konsep “jaga jarak dengan orang lain “new normal” yang dia gunakan mengacu
serta menghindari kerumunan, keramaian, kepada artikel Rich Miller and Matthew
dan berdesakan” sebagai salah satu protokol Benjamin yang terbit di Bloomberg.
kesehatan pascapandemi Covid-19. Pascakuliah umum El-Erian, “new normal”
menjadi istilah yang sering digunakan media
2. Istilah “New Normal” Selayang Pandang besar seperti ABC News, BBC News, dan
Perubahan besar terjadi terhadap the New York Times dalam pemberitaan-
kehidupan manusia di seluruh dunia karena pemberitaan mereka. Istilah “new normal”
kemunculan virus Covid-19 yang memaksa bahkan dijadikan sebagai salah satu tema
munculnya kondisi baru dan pada akhinya dalam debat tahun 2012 antara calon
menciptakan suatu tatanan kehidupan sosial presiden Barack Obama dan Mitt Romney.
baru secara global (Habibi, 2020). Istilah Istilah “new normal”, seperti ditulis
“new normal” kemudian menjadi sangat Fatubun (2020), kembali ramai digunakan
populer. setelah Covid-19 menyebar ke seluruh dunia.
78 http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/PB/index
ISSN 2527-9734 Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Pariwisata Agama dan Budaya EISSN 2614-5340
http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/PB/index 79
ISSN 2527-9734 Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Pariwisata Agama dan Budaya EISSN 2614-5340
destinasi pariwisata yang bersangkutan. Oleh sangat umum karena baru sebatas kajian awal
karena itu, senyampang perilaku “jaga jarak” tentang daya dukung lingkungan di era “new
sudah menjadi kebiasaan hampir sebagian normal” pascapandemi Covid-19 dengan
besar masyarakat, tidak ada salahnya jika era sumber data sekunder. Penelitian lanjutan
“new normal” dijadikan sebagai momentum yang lebih detail dan berbasis data lapangan
untuk menerapkan konsep daya dukung tentang tema ini masih terbuka lebar untuk
lingkungan melalui pembatasan jumlah dilakukan.
pengunjung di destinasi pariwisata. Dengan
kata lain, era “new normal” bisa dijadikan REFERENSI
sebagai momentum kebangkitan ekowisata Adit, A. (2020). Ini Padanan Kata ‘New Normal’
yang berbasis konservasi. dari Badan Bahasa Kemendikbud.
Pembiasaan jaga jarak dengan orang lain https://edukasi.kompas.com/read/2020/05/2
bisa dijadikan sebuah argumen bagi 6/152138171/ini-padanan-kata-new-
pengelola destinasi pariwisata untuk normal-dari-badan-bahasa-kemendikbud.
membatasi jumlah wisatawan yang Baskoro, H. (2020). Keistimewaan New Normal.
berkunjung ke sebuah destinasi pariwisata. Kedaulatan Rakyat, Tahun 75 (233), 11.
Meskipun demikian, keberhasilan upaya
Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jenderal
pembatasan jumlah pengunjung ini hanya Kementerian Kesehatan. (2020). Keputusan
mungkin terwujud jika pengelola destinasi Menteri Kesehatan Republik Indonesia
pariwisata selaku winisatawan (host) dan Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020
wisatawan (tourist) punya kesepahaman tentang Protokol Kesehatan bagi
bersama tentang konservasi. Dengan Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum
demikian, keberlanjutan destinasi pariwisata dalam Rangka Pencegahan dan
diharapkan bisa terealisasi sehingga Pengendalian Corona Virus Disease 2019
pariwisata selain dinikmati generasi sekarang (Covid-19). Jakarta.
sekaligus bisa diwariskan bagi kepentingan Dewi, R. I. (2020). Persepsi Masyarakat
generasi yang akan datang. terhadap Keunikan Alam Danau Batur,
Bali. JGG-Jurnal Green Growth dan
III. SIMPULAN Manajemen Lingkungan, Vol. 9 (1), 18--25.
80 http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/PB/index
ISSN 2527-9734 Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Pariwisata Agama dan Budaya EISSN 2614-5340
http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/PB/index 81