Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada
umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input, proses, output, control dan
mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel,
peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah
output atau keluaran yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan
keperawatan dan pengembangan serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau
keluaran. Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan
anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang
sesuai standar dan akreditasi. Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan untuk
menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik
dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta
penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan
proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk
mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga
proses keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan
rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil. ( Gillies, 1985 )
Kerangka dasar maanjemen keperawatan adalah manajemen partisipatif yang berlandaskan
pada paradigma keperawatan yang terdiri atas manusia, perawat atau keperawatan, kesehatan
dan lingkungan.
Manusia, dalam manajemen partisipatif adalah individu, keluarga atau masyarakat yang
diberikan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan tugas keperawatan yang terorganisasi,
terarah, terkoordinasi dan terintegrasi dalam rentang kendali yang ditetapkan.
Perawat atau keperawatan adalah tenaga keperawatan baik tingkat manajerial puncak,
menengah, maupun bawah, dan para pelaksana keperawatan yang berada dalam rentang
komunikasi untuk bekerja sama memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar
keperawatan.
Aspek kesehatan merupakan kisaran hasil keperawatan yang berorientasi pada beberapa
dimensi pelayanan terhadap individu, keluarga, dan masyarakat melalui upaya mencegah,
mempertahankan, meningkatkan dan memulihkan. Aspek lingkungan merupakan area
kewenangan dan tanggung jawab keperawatan baik selama pasien berada dalam institusi
pelayanan maupun persiapan menjelang pulang.
1. Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-
hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan (Siagian, 1990). Sedangkan menurut Fayol didalam Swansburg (2000)
mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan manajemen adalah membuat suatu rencana
untuk memberikan pandangan kedepan. Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang
penting karena mengurangi risiko pembuatan keputusan yang kurang tepat atau membantu
mengantisipasi jika suatu proses tidak berjalan sebagaimana mestinya. Perencanaan juga
dapat menolong pekerja-pekerja mencapai kepuasan dalam bekerja.selain itu perencanaan
juga membantu penggunaan waktu yang efektif.
Dalam suatu perencanaan dibutuhkan suatu pengetahuan yang mengacu kepada proses,
unsur, dan standar dari suatu perencanaan. Selain hal tersebut juga perlu didalami ilmu
pengetahuan dan keterampilan tentang pelaksanaan perencanaan sehingga perencanaan yang
akan dilakukan dapat berjalan sesuai dengan tujuan awal. Suatu perencanaan yang baik harus
berdasarkan pada sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar dan bersifat fleksibel,
seimbang, dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia lebih dahulu (Swansburg, 2000).
Dengan menjalankan prinsip-prinsip yang ada dalam perencanaan ini, maka diharapkan
tujuan dapat tercapai dengan efektif baik dalam penggunaan sumber daya manusia maupun
sumber daya material.
Dalam manajemen keperawatan, perencanaan dimulai dengan kegiatan
menentukan tujuan, mengumpulkan data, menganalisis dan mengorganisasiukan data-data
yang akan digunakan untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dan menentukan
sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu perencanaan juga membantu untuk
menjamin bahwa klien dapat menerima pelayanan yang mereka inginkan serta mereka
butuhkan. Selain itu sumber daya yang digunakan dapat digunakan seefektif dan seefisien
mungkin.
2. Fungsi Pengorganisasian
3. Fungsi Pengarahan
Pengarahan itu dapat terjadi apabila seorang pemimpin mendapatkan masukan yang
optimum dari bawahannya untuk kepentingan semua masalah oleh karena itu seorang
pemimpin harus benar-benar mengerti keterbatasan bawahannya.
4. Fungsi Pengendalian
Pengontrolan dilakukan sesuai fakta yang ada. Bila isu muncul sebaiknya satu sama
lain bertemu dan menenangkan mereka melalui kontak langsung. Untuk merangsang kerja
sama, perlu peran serta sejak semula. Proses pengontrolan dapat digambarkan dengan salah
satunya membuat standar bagi semua dasar-dasar manajemen dalam istilah-istilah yang
diterima serta hasil yang dapat diukur yang ukuran ini harus dapat mengukur pencapaian dan
tujuan yang ditentukan.
2. ACT
3. MONITOR
4. REVIEW
1. Plan.
Perencanaan merupakan langkah utama yang mengawali seluruh rangkaian kegiatan dari
suatu organisasi kerja yang mempunyai fungsi meletakkan titik tolak dari kegiatan organisasi
selanjutnya, serta mengarahkan semua sumber, sarana, proses serta program berdasarkan
kebijaksanaan yang ditentukan untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi.
2. Act.
Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah disetujui
bersama antara sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat, maka sekolah perlu mengambil
langkah pro aktif untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Kepala sekolah
dan guru hendaknya mendaya gunakan sumber daya pendidikan yang tersedia semaksimal
mungkin, menggunakan pengalaman-pengalaman masa lalu yang dianggap efektif, dan
menggunakan teori-teori yang terbukti mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (act) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan
perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar
setiap guru/ karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran,
tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (act) ini adalah bahwa seorang guru/
karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu
mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak
sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4)
tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman
dalam organisasi tersebut harmonis.
Kepala sekolah dan guru bebas mengambil inisiatif dan kreatif dalam menjalankan program-
program yang diproyeksikan dapat mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Karena
itu, sekolah harus dapat membebaskan diri dari keterikatan-keterikatan birokratis yang
biasanya banyak menghambat penyelenggaraan pendidikan.
3.Monitor
Untuk menghindari berbagai penyimpangan, Pimpinan dalam hal ini Kepala sekolah perlu
melakukan monitoring terhadap kegiatan – kegiatan peningkatan mutu yang dilakukan
disekolah.
Kepala seolah sebagai Manager dan Pemimpin pendidikan disekolahnya berhak dan perlu
memberikan arahan, bimbingan, dukungan, dan teguran kepada bawahan dalam hal ini guru
dan tenaga lainnya, jika ada kegiatan yang tidak sesuai dengan jalur – jalur yang telah
ditetapkan. Namun demikian, bimbingan dan arahan jangan sampai membuat guru dan tenaga
lainnya menjadi amat terkekang dalam melaksanakan kegiatan, sehingga tidak mencapai
sasaran.
4. Review
Tahap terakhir adalah melakukan review terhadap proses belajar-mengajar yang telah
dilakukan guru. Proses review sebaiknya dilakukan berdasarkan rekaman dan data yang
diperoleh pengawas secara langsung ketika melakukan observasi kelas, dan pengawas
sebaiknya menghindari untuk menilai terlebih dahulu, tetapi hanya menunjukkan tentang apa
yang telah diobservasi. Jika guru telah membaca dengan seksama data hasil observasi
tersebut, barulah didiskusikan dan dianalisis, pada aspek apa guru harus memperbaiki
performanya. Hasil dari diskusi ini kemudian dicatat dan disepakati guru dan pengawas,
untuk dijadikan bahan perbaikan pada proses pembelajaran berikutnya. Pertanyaan
sederhananya adalah, seberapa banyak dari pengawas dan guru kita yang memahami prinsip
supervisi dan melakukan proses dan siklus supervisi yang ideal seperti ini?
Dengan kata lain bahwa Seorang pimpinan/kepala sekolah dalam tahapan ini haruslah secara
formal menilai prestasi kerja anggota terhadap rencana atau sasaran kerja yang telah
disepakati, serta memberikan feedback yang relevan. Dalam hal ini, leader dituntut agar
mampu mengidentifikasi dan mendokumentasikan ‘trend’ prestasi kerja, yaitu dengan
membandingkan prestasi dengan sasaran kerja. Performance review akan menjadi akhir dari
proses manajemen kinerja dan awal manajemen kinerja berikutnya. Selain itu, hasil
reviewing akan menghasilkan dokumen formal bagi manejemen kinerja untuk referensi di
masa datang. Oleh karenanya, tahapan ini harus dilakukan secara terjadwal, persiapan
matang, partisipatif dan mengaitkan prestasi kerja individu dengan kinerja organisasi.
Daftar pustaka: