Tarian ini diberi nama sesuai daerah asalnya pada zaman dulu, yakni distrik balla'bulo yang sekarang berubah nama menjadi desa Harapan Kec. Bontosikuyu. Tarian ini dapat dimainkan dalam jumlah ganjil boleh 9, 7 dan boleh 5 orang penari wanita dengan menggunakan kipas dan selendang serta 3 orang pria sebagai pemain musik mengiringi tari tersebut dengan menggunakan 2 buah gendang dan sebuah gong. Di dalam tarian ini terdapat 5 adegan klimaks yang tidak boleh terlewatkan untuk ditonton
Gambar. Para penari
Gambar. Para pemusik
B. Tari pakarena laiyolo Tari pakarena laiyolo merupakan tari tradisional yang lahir di masyarakat laiyolo. Tari ini merupakan bentuk rasa hormat serta bentuk pengabdian masyarakat laiyolo trhadap opu raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di laiyolo.
C. Tari pakarena gantarang
Tari Pakarena Gantarang karena tarian ini berasal dari sebuah perkampungan yang merupakan pusat kerajaan di Pulau Selayar pada masa lalu yaitu Gantarang Lalang Bata. Tarian yang dimainkan oleh empat orang penari perempuan ini pertama kali ditampilkan pada abad ke 17 tepatnya tahun 1903 saat Pangali Patta Raja dinobatkan sebagai Raja di Gantarang Lalang Bata.
D. Tari pakarena bontobangun
Tari pakarena bontobangun merupakan tari tradisional asli suku Makassar Sulawesi selatan yang diiringi oleh 2 kepala drum dan sepasang instrument alat semacam suling. E. Tari pakarena mangaru Tari mangaru merupakan tari adat tradisional dari sulawesi tenggara tepatnya di desa konde, kecamatan kambowa, kabupaten buton utara. Tarian dari sulawesi tenggara berikutnya adalah tari lumense.
F. Tari pakarena silonreng
Dahulu tarian ini hanya dipentaskan di atas rumah panggung yang bahannya terbuat dari bambu sedangkan waktu pentasnya kebanyakan dilaksanakan di siang, hari atau pada saat ada acara adat. Sedangkan pertunjukan di malam harinya hanya sifatnya sebagai hiburan kepada tamu-tamu kerajaan. Jumlah penari haru genap 2, 4 atau 6 orang karena dimainkan dalam bentuk berpasang-pasangan.