Anda di halaman 1dari 15

1.

Tari Topeng

Tari Topeng merupakan kesenian tari khas Betawi. Seperti


namanya, ciri khas dari tari daerah ini adalah penggunaan topeng
sebagai properti. Eksistensi tari Topeng sudah ada sejak abad ke-
19 yang muncul di tengah komunitas Betawi Ora. Biasanya, tari ini
ditampilkan dengan cara keliling atau saat hajatan.
Tari Topeng dipentaskan oleh 3 penari wanita, masing-masing
menggunakan warna topeng yang berbeda. Arti dari warna topeng
tersebut adalah:
- Topeng warna putih (Panji), menggambarkan keanggunan,
kesucian, kesakralan dan kebijaksanaan.
- Topeng warna merah (Kelana), menggambarkan karakter yang
keras, garang, kasar dan gagah.
- Topeng warna merah muda (Samba), menunjukan sifat terampil,
ceria, bersemangat dan tangkas.
2. Tari Piring

Tari Piring berasal dari Sumatera Barat.

Salah satu hal yang menarik dari tari Piring adalah penggunaan 2
piring sebagai properti. Piring yang digunakan biasanya terbuat dari
keramik. Kemudian piring tersebut akan dipegang dikedua tangan
penari dan diayun-ayunkan dengan indah.
Tari Piring masih sering ditampilkan dalam acara-acara penting
masyarakat Minangkabau, termasuk pesta rakyat baralek
(pernikahan adat) dengan harapan pengantin selalu diberi
kemudahan dan berlimpah rezeki.
3. Tari Pakarena

Tari Pakarena atau tari Kipas Pakarena berasal dari Makassar,


Sulawesi Selatan. Tari Pakarena menceritakan penghuni langit
(dewa) yang mengajarkan manusia cara bertahan hidup dengan
mencari makan dan bercocok tanam di bumi.

Seperti namanya, properti yang digunakan dalam tarian ini adalah


kipas. Kipas dimainkan dengan tangan kanan penari. Biasanya
kipas yang digunakan adalah kipas lipat berukuran besar.
4. Tari Pa'dupa Bossara

Tarian dengan properti unik dari Sulawesi Selatan, yaitu Tari


Pa'dupa Bossara. Fungsi dari tarian ini adalah ucapan selamat
datang dari masyarakat Bugis kepada tamu penting. Namun
sekarang, tarian tersebut juga dipentaskan di acara-acara lain.
Properti yang digunakan dalam tarian ini adalah bosara yang
berfungsi untuk membakar dupa. Maka dari itu, tarian ini
dinamakan Pa'dupa Bosara. Bosara adalah piring khas suku Bugis
yang terbuat dari besi. Bosara harus dilengkapi oleh penutup
bernama pattongko bosara yang terbuat dari kayu dan dilapisi kain
warna-warni.
Biasanya bosara berisi beras dan bunga untuk ditaburkan, namun
banyak juga yang mengganti isinya dengan kertas warna-warni.
Bosara juga biasa diisi oleh kue-kue untuk dihidangkan kepada
tamu.
5. Tari Kuda Lumping

Tarian yang satu sangat lekat dengan kesan ekstrim dan


berbahaya. Tari Kuda Lumping atau Jaran Kepang adalah tarian
khas Jawa yang ditampilkan oleh sekelompok pria/wanita yang
membawa kuda lumping.
tari ini mengumpamakan para prajurit penunggang kuda. Tari Kuda
Lumping sering ditampilkan dalam Jathilan, Reog, Doger atau tari
kreasi daerah. Penampilan tari Kuda Lumping identik dengan
penari yang kesurupan, memakan beling, serta menunjukkan
kekebalan tubuh. Semua itu adalah bagian dari atraksi dan menjadi
daya tarik dari tarian ini.
Sebagai properti, penari membawa kuda tiruan yang terbuat dari
anyaman bambu Kemudian di cat dengan warna terang, lengkap
dengan rambutnya yang terbuat dari sabut kelapa, tali atau bahan
lainnya. Kuda lumping ini yang nantinya akan dijadikan tunggangan
oleh penari.
6. Tari Bubu

Sebagai salah satu provinsi dengan garis pantai terpanjang di


Sumatera, menangkap ikan bersama adalah salah satu tradisi
masyarakat Bengkulu. tradisi menangkap ikan ini melahirkan tarian
kreasi bernama tari Bubu.
Jumlah penari pada tari Bubu selalu genap dan berpasang-
pasangan. Diiringi oleh gendang, akordian, gitar dan bass
bertempo cepat yang membuat gerakan tari Bubu cenderung
energik. Keunikan dari tari ini adalah penari yang membawa bubu
atau penangkap ikan.
Bubu adalah alat penangkap ikan dari rotan yang berbentuk
tabung. Sampai sekarang, masih banyak masyarakat Bengkulu
yang menggunakan bubu untuk menangkap ikan. Tarian ini
merupakan simbol apresiasi masyarakat Bengkulu terhadap
kekayaan bahari.
7. Tari Bondan

Tari Bondan merupakan tari tradisional dari Surakarta, Jawa


Tengah. Dilansir laman Pemerintah Kota Surakarta, tari Bondan
sudah eksis sejak zaman Kerajaan Mataram Lama. Pada saat itu,
tarian ini wajib ditampilkan oleh para kembang desa untuk
menunjukan kecantikan dan sosok keibuan. Jika dilihat-lihat,
gerakan dalam tarian ini memang sangat anggun dan gemulai.
Ciri khas dari tari Bondan adalah properti yang dibawa penari,
seperti payung, boneka, kendi dan bakul nasi. Properti ini perlu
dibawa penari agar pesan dalam tarian bisa tersampaikan dengan
baik, karena makna yang terkandung dalam setiap properti juga
berbeda.
- Payung, biasanya terbuat dari kertas sebagai simbol perlindungan
ibu terhadap anak-anaknya.
- Kendi, mengambarkan kasih sayang danperjuangan ibu dalam
menghidupi anak-anaknya.
- Bakul nasi, menggambarkan seorang wanita yang mengurus
anak-anaknya dan membantu suaminya bekerja.
- Boneka, sebagai simbol sifat keibuan dan menceritakan kasih
sayang ibu terhadap anak-anaknya.
8. Tari Gantar

Tari Gantar adalah salah satu tari yang berasal dari Kalimantan
Timur, tepatnya Suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq. Dikutip
dari buku 'Tari Gantar Kebanggaanku' karangan Hanatri, tari Gantar
dibawakan pada upacara tanam padi. Sekarang, tari Gentar juga
ditampilkan pada acara lain dan penyambutan tamu.

Keunikan dari tari Gantar adalah properti penarinya. Terdapat 2


properti yang digunakan, yaitu:
- Senak, menggambarkan kayu penumbuk untuk melubangi tanah.
Biasanya berukuran 1,5 m dan dipegang tangan kiri.
- Kusak, bambu yang berisi padi-padian yang melambangkan benih
padi dan wadahnya. Biasanya berukuran 30 cm dan dipegang
tangan kanan.
9. Tari Kancet Ledo/Tari Gong

Selain Tari Gantar, Suku Dayak juga memiliki tari daerah lain yaitu
tari Kancet Ledo atau tari Gong. Seperti yang kita tahu, gong
adalah alat musik yang terkenal untuk mengiringi instrumen lagu.
Dalam tari Kancet Ledo, penarinya membawa gong sebagai
properti.

Nantinya, penari akan menari di atas gong. Gerakan dalam tarian


ini terlihat mudah namun butuh keseimbangan yang baik. Makna
yang terkandung menggambarkan kelembutan, kecantikan dan
kepandaian seorang wanita.

Tari Kancet Ledo ditampilkan oleh sekelompok wanita. Tarian ini


berfungsi sebagai sarana ritual dan hiburan yang dipentaskan
dalam acara pernikahan dan ritual sakral dalam upacara Dangai
(panen padi). Selain itu sering juga ditampilkan untuk penyambutan
tamu, kelahiran bayi dan pernikahan.
10. Tari Kancet Lasan

Tarian Suku Dayak lain dengan properti yang unik adalah tari
Kancet Lasan. Tarian ini dibawakan oleh sekelompok wanita Suku
Dayak Kenyah dalam upacara panen raya. Biasanya terdiri dari 2-6
orang.

Tari Kancet Lesan menceritakan burung Enggang, yaitu burung


kebanggaan suku Dayak Kenyah yang melambangkan keagungan
dan kepahlawanan. Gerakan dalam tari ini hampir mirip dengan tari
Kancet Ledo, namun properti yang digunakan berbeda. Tari Kancet
Lasan lebih fokus menampilkan kecantikan bulu-bulu yang
dibawanya. Bulu tersebut menggambarkan burung Enggrang.
11. Tari Legong

Tari Legong adalah salah satu tari treadisional kebanggaan


masyarakat Bali. Pada zaman dulu, tari Legong ditampilkan pada
acara keagamaan sebagai bentuk rasa syukur atas keberkahan
yang melimpah. Namun sekarang, tari Legong juga ditampilkan
dalam acara penyambutan tamu dan hiburan.

Dalam menampilkan tari Legong, penari wajib membawa kipas


sebagai properti. Kipas tari Legong memiliki corak yang mewah
akan menambah kesan anggun dari penari. Warna kipas
disesuaikan dengan warna busananya, antara warna hijau, merah,
kuning dan ungu.
12. Tari Kancet Papatai

tari tradisional dari Suku Dayak dengan properti yang unik adalah
tari Kancet Papatai. Berbeda dengan tari Kancet Ledo dan Kancet
Lasan yang menggambarkan kelembutan, tari Kancet Papatai
adalah tarian perang. Maknanya untuk menggambarkan
pertahanan, semangat dan cara berperang melawan musuh.

Diiringi lagu Sau Paku dan alat musik Sampe, gerakan penari harus
lincah, gesit, dan harus penuh semangat, bahkan diselingi oleh
pekikan. Uniknya, gerakan-gerakan dalam tarian ini juga seperti
sedang berperang, ditambah properti yang sangat mendukung
cerita tersebut.

Tari Kancet Papatai menggunakan properti yang cukup berat,


properti-properti tersebut antara lain:

Mandau, senjata tradisional Suku Dayak yang dikeramatkan.


Bermakna sebagai senjata untuk perlindungan diri dan menyerang
musuh.
Kelembit, perisai yang terbuat dari besi ringan dengan ukiran khas
Suku Dayak. Maknanya untuk menangkis serangan musuh.
13. Tari Piring Gelas

Tari Piring Gelas berasal dari Kabupaten Musirawas, Sumatera


Utara. Dilansir laman Kemendikbud, dulunya tarian ini merupakan
bagian dari ritual panen hasil bumi di zaman agresi Belanda.
Bahkan, tarian ini juga digunakan sebagai upaya untuk mengelabui
musuh.

Properti yang digunakan dalam tarian ini adalah piring dan gelas,
namun properti tersebut tidak dipegang oleh penari. Pring dan
gelas akan ditumpuk sedemikian rupa dan dipijak oleh penari.
Tentunya, penari harus memiliki keseimbangan tubuh yang baik.
14. Tari Serimpi

Tari yang satu ini berasal dari Yogyakarta, yaitu tari Serimpi.
Dulunya, tarian ini sangat sakral sehingga hanya ditampilkan oleh
kalangan keraton, baik Yogyakarta maupun Keraton Surakarta.
Makna yang terkandung dalam tarian ini ialah nilai luhur dan
pengendalian hawa nafsu, tingkah laku serta ajaran kebaikan untuk
manusia.

Tari Serimpi dipentaskan oleh 4 wanita yang menyimbolkan 4 arah


mata angin. Dilansir laman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa
Yogyakarta, tari Serimpi menggunakan beberapa properti seperti
cundrik (keris kecil) yang diselipkan pada bagian kiri badan penari,
jebeng, tombak dan jemparing (busur & anak panah). Dulu juga
menggunakan pistol yang diisi peluru sungguhan. Tujuannya
sebagai bentuk perlindungan diri terhadap serangan Belanda.
15. Tari Rejang Dewa

Selain tari Legong, Bali juga memiliki tari Rejang. Tari Rejang
merupakan tarian sakral dalam kegiatan ritual umat Hindu Bali.
Uniknya, tarian ini ditampilkan berkelompok oleh gadis yang belum
mengalami menstruasi. Maka dari itu, penari biasanya masih
sangat muda.

Tari Rejang sendiri ada beberapa jenis. Salah satu yang paling
istimewa adalah tari Rejang Dewa, karena tidak boleh ditampilkan
di tempat-tempat suci, seperti halaman jero (dalam) atau jabe (luar)
tengah di pura.

Properti yang digunakan dalam tarian ini adalah selendang polos


kuning sebagai lambang kebaikan dan meredupkan kejahatan.
Selain itu, penari juga menggunakan cepuk tenun warna kuning
yang berfungsi sebagai penolak bala.

Anda mungkin juga menyukai