Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN HYPERGLIKEMIA HIPEROSMOLAR SYNDROM

DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

Stase : Keperawatan Gawat Darurat

Di Susun Oleh :

JUNAIDI P1908096

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2020
A. DIFINISI
HHS atau hyperglycemic hyperosmolar syndrome adalah suaatu kondisi yang
mengancam nyawa, ditandai dengan kadar gula darah yang sangat tinggi. Kondisi ini
biasanya terjadi pada pasien diabetes yang tidak terkontrol atau bahkan tidak
terdiagnosis. Pada pasien diabetes, kurangnya pengawasan terhadap kadar gula darah ,
sakit, atau infeksi dapat menjadi pencetus dari HHS.
Ketika kadar gula terlalu tinggi, ginjal akan mencoba melakukan kompensasi dengan
cara mengeluarkan kelebihan gula melalui urine. Jika tidak mendapat asupan cairan
yang cukup untuk mengganti kehilangan cairan tersebut, maka konsentrasi gula dalam
darah akan smakin meningkat. Kondisi ini disebut dengan hiperosmolaritas. Darah yang
terlalu kental akan menarik air dari berbagai organ dalam tubuh, termasuk otak (Zeitler
at al, 2011).

B. ETIOLOGI
1. Dehidrasi
2. Pneumonia
3. UTI
4. Penyakit akut : stroke, pendarahan, miokard infrak, meningkatkan hormone
(kartisol, katekolamin,stress, emboli pulmomeningkatkan level glukosa, glukagen.
5. Disfungsi ginjal
6. Gagal jantung kongestif
7. Obat yang meningkatkan level glukosa, menghambat insulin atau menyebabkan
dehidrasi : diuretic, B-Bloker, antipsikotik atipikal, alcohol, kakain, dextrose
8. Elder abuse
9. Noncompliance trapi oral hipoglikemik/insulin.

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Venkatraman & Singhi, 2006 HHS dapat terjadi pada siapa saja, terutama
pada penderita diabetes tipe 2. Tanda dan gejala HHS biasanya akan semakin memburuk
secara perlahandalam hitungan hari atau minggu. Tanda dan gejalatersebut antara lain :
1. Rasa haus yang berlebihan
2. Peningkatan jumlah urin
3. Mulut kering
4. Lemah
5. Mengantuk
6. Demam
7. Mual dan muntah
8. Penurunan berat badan
9. Penurunan penglihatan
10. Gangguan berbicara
11. Gangguan fungsi otot
12. Halusinasi

D. PATHOFISIOLOGI
Sindrom hiperglikemik hiperosmotik ditandai dengan adanya peningkatan
hiperglikemi parah yang dapat dilihat peningkatan osmolaltias serum dan bukti klinis
adanya dehidrasi tanpa akumulasi α-hidroksibutirat atau acetoacetic ketoacids.
Hiperglikemi disebabkan karena defisiensi absolut/relatif dari insulin karena penurunan
respon insulin dari jaringan (resistensi insulin). Hal ini menyebabkan peningkatan
glukoneogenesis dan glikogenolisis yang dapat meningkatkan proses pembentukan
glukosa dari glikogen dan senyawa lain di dalam tubuh, selain itu terjadi penurunan
uptake dan penggunaan glukosa oleh jaringan perifer sehingga menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah (Venkatraman & Singhi, 2006).
Kejadian yang menginisiasi pada SHH adalah glucosuric dieresis. Munculnya
kadar glukosa dalam urin memperburuk kapasitas pengenceran urin oleh ginjal,
sehingga menyebabkan kehilangan air yang lebih parah. Dalam kondisi yang normal,
ginjal berperan sebagai katup penfaman untuk mengeluarkan glukosa yang melewati
ambang batas dan mencegah akumulasi glukosa lebih lanjut. Penurunan volume
intravascular atau penyakit ginjal dapat menurunkan LFG (Laju filtrasi glomerulus)
menyebabkan kadar glukosa meningkat. Pengeluaran lebih banyak air daripada natrium
menyebabkan hiperosmolar. Insulin diprosuksi, namun tidak cukup mampu untuk
menurunkan kadar glukosa, terutama pada kondisi resistansi insulin pada penderita
Diabetes Melitus (Stoner, 2005).
Penelitian hipertonisitas kronik menunjukkan bahwa sel otak memproduksi
“idiogenic osmoles” yaitu substansi aktif yang secara osmotik mempertahankan volume
intraseluler melalui peningkatan osmolalitas intraseluler. Penderita dipercaya memiliki
faktor resiko edema serebral jika jumlah penurunan osmolalitas serum melebihi batas
kemampuan sel otak unruk eliminasi partikel osmotik. Oleh karena itu, secara teori
anak-anak dengan SHH yang prolonged, peristen hieprtonisitas merupakan resiko
terbesar untuk edema serebral dibandingkan dengan pasien DKA (diabetic
ketoacidosis).
Defisiensi insulin relatif pada penderita DM dapat menyebabkan penurunan
penggunaan glukosa, peningkatan glukoneogenesis dan peningkatan pemecahan
glikogen menjadi glukosa melalui proses glikogenolisis. Glikogenolisis juga
dipengaruhi secara tidak langsung oleh stress fisiologis melalui peningkatan hormon
glukagon, epinefrin, hormon pertumbuhan, dan kortisol. Keadaan ini selanjutnya akan
menyebabkan hiperglikemia (peningkatan kadar glukosa darah). Hiperglikemi
menyebabkan munculnya glukosa dalam urin (glucosuria) dan peningkatan osmolalitas
intravaskular. Glucosuria selanjutnya menyebabkan kehilangan air dan elektrolit dalam
jumlah yang cukup sehingga menyebabkan gmunculnya gejala dehidrasi yang
selanjutkan akan mempengaruhi fungsi ginjal. Kondisi dehidrasi dan peningkatan
osmolalitas intravaskular akan menimbulkan kondisi hiperosmolar. Hal ini
menyebabkan munculnya sindrom hiperglikemi hiperosmolar ( Zeitler at al., 2011).

E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium Hiperglikemia Hiperosmolar State sangat membantu
untuk membedakan dengan ketoasidosis diabetik. Kadar glukosa darah > 600 mg%,
aseton negative, dan beberapa tambahan yang perlu diperhatikan : adanya hipertermia,
hiperkalemia, azotemia, kadar blood urea nitrogen (BUN): kreatinin = 30 : 1 (normal
10:1), bikarbonat serum > 17,4 mEq/l. (Bustan, 2007)

G. KOMPLIKASI
1. Koma.
2. Gagal jantung.
3. Gagal ginjal.
4. Gangguan hati.
5. Iskemia/infark organ
6. Hipo/hiperglikemia
7. Hipokalemia
8. Hiperkhloremia
9. Edema serebri
10.Kelebihan cairan
11.ARDS
12.Tromboemboli
13.Rhabdomiolisis. (Bustan, 2007)

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan mengunkan cairan NaCl bisa diberikan
cairan isotonik atau hipotonik ½ normal diguyur 1000 ml/jam sampai keadaan
cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai membaik, baru diperhitungkan
kekurangan dan diberikan dalam 12-48 jam. Pemberian cairan isotonil harus
mendapatkan pertimbangan untuk pasien dengan kegagalan jantung, penyakit ginjal
atau hipernatremia. Glukosa 5%diberikan pada waktu kadar glukosa dalam sekitar
200-250 mg%.
2. Insulin
Pada saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar hiperglikemik non
ketotik sensitif terhadap insulin dan diketahui pula bahwa pengobatan dengan insulin
dosis rendah pada ketoasidosis diabetik sangat bermanfaat. Karena itu pelaksanaan
pengobatan dapat menggunakan skema mirip proprotokol ketoasidosis diabetic
3. Kalium
Kalium darah harus dipantau dengan baik. Bila terdapat tanda fungsi ginjal membaik,
perhitungan kekurangan kalium harus segera diberikan
4. Hindari infeksi sekunder
Hati-hati dengan suntikan, permasalahan infus set, kateter. (Morton, 2011)

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan
bebas,ataukah ada
secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
a) Chin lift/ Jaw thrust
b) Suction
c) Guedel Airway
d) Instubasi Trakea
2. Breathing
Mengkaji fungsi pernafasan dengan menilai frekuensi nafas, apakah ada
penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi dinding dada dan adanya sesak
nafas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suaran nafas, kaji adanya suara napas
tambahan, dankaji adanya trauma pada dada.
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
a) Beri oksigen
b) Posisikan semi Flower
3. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
a) Cek capillary refill
b) Pemberian infus
c) Auskultasi adanya suara nafas tambahan
d) Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
e) Cek Frekuensi Pernafasan
f) Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
g) Cek tekanan darah
h) Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
4. Disability
Menilai tingkat kesadaran menurut GCS, ukuran dan reaksi pupil, serta
fungsi neuromuskuler.
5. Exposure
Mengkaji kontrol terhadap lingkungan, lihat adanya luka/ jejas. (Thim, Krarup,
Grove, Rohde, & Lofgren, 2012)

J. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma, tidak ada nyeri tekan
b. Rambut : warna hitam, kusut, tidak ada ke botakan
c. Mata : pengelihatan normal, diameter pupil 3, sclera ikterik, konjungtiva
anemis, pupil isokor
d. Hidung : bentuk simertis, tidak ada perdarahan, tidak ada secret , terpasang O2
nasal 5 liter/menit
e. Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,tidak ada
perdarahan
f. Mulut dan gigi : mukosa kering, mulut bersih
g. Leher : tidak ada pembesaran tyroid, nadi karotis teraba, tidak ada
pembesaran limfoid
h. Thorax :
I : ekspansi dada tidak simetris, tidak ada luka, frekuensi nafas tidak teratur
P : tidak ada udema pulmo
P : ada nyeri tekan dada kiri
A : bunyi jantung S1,S2 tunggal, bunyi paru ronchi
i. Abdomen :
I : tidak ada luka, tidak ada asites
A : bising usus normal 10 x/menit
P : suara timpani
P : ada pembesaran hati, tidak ada nyeri tekan
j. Ekstermitas : kekuatan otot 3 3
k. ROM : akral hangat, tidak terdapat edem dan lesi

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak kesetabilan kadar glukosa darah b/d hyperglekmia

2. Nyeri akut b/d kondisi penyakit

3. Defisit nutrisi b/d ketidak mampuan mengabsorbsi nutrient

4. Resiko hipovolemi b/d kehilangan cairan secara aktif

L. INTERVENSI KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI


1 Ketidak stabilan Kestabilan glukosa darah Manajemen hiperglikeia
kadar glukosa darah Defisni : Definisi :
Definisi : kadar glukosa darah berada Mengidentifikasi dan mengelola
Variasi kadar glukosa dalam rentang normal kadar glukosa darah diatas
darah naik/turun dari Setelah dilakukan tindakan normal
rentang normal keperawatan diharapkan Tindakan :
Penyebab : kestabilan glukosa darah  identifikasi penyeybab
Hiperglikemia dengan kriteria hasil : hiperglikemia’
 Kadar glukosa dalam  monitor kadar glukosa darah
darah (4)  monitor tanda gejala
 Koordinasi (4) hiperglikemia (poliuri,
Keterangan : polifagia, polidipsi,
1 = memburuk kelemahan malaise,
2 = cukup membrurk pandangan kabur)
3 = sedang  anjurkan kepatuhan terhadap
4 = cukup membaik diet dan olahraga
5 = membaik  kolaborasi pemberian
insulin, cairan intravena,
kalium jika perlu
2 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Definisi : Definisi : Definisi :
Pengalaman sensorik pengalaman sensorik atau Mengidentifikasi dan mengelola
atau emosional yang emosional yang berkaitan pengalaman sensorik atau
berkaitan dengan dengan kerusakan jaringan emosioanl yang berkaitan
kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan dengan kerusakan jaringan atau
actual atau fungsional, onset mendadak atau lambat fungsional dengan omset
dengan onset dan berintessitas ringan mendadak atau lambat dan
mendadak atau lambat hingga berat dan konstan. berinteraksi dengan rongga berat
dan berintensitas dan konstan.
ringan hingga berat Setelah dilakukan tindakan Tindakan :
yang berlangsung keperawatan diharapkan Observasi
kurang dari 3 bulan. tingkat nyeri dapat berkurang  identifikasi lokasi,
Gejala tanda mayor : dengan karakteristik, durasi,
Subjektif : Kriteria hasil : frekuensi, kualitas dan
Mengeluh nyeri  keluhan nyeri (4) intessitas nyeri
Objektif :  sikap protektif (4)  identifikasi respon nyeri non
Tampak meringis,  tekanan darah (4) verbal
Bersikap protektif,  Berikan teknik
Gelisah nonfarmakologis untuk
,sulit tidur. mengurangi rasa nyeri
Gejala tanda minor : (distrasi genggam jari,
objektif : imajinasi terbimbing)
pola napas berubah,  Jelaskan penyebab, periode
napsu makan berubah, dan pemicu nyeri

3 Defisit nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi


Definisi : Definisi : Definisi :
Asuhan nutrisi tidak Keadekuatan asupan nutrisi Mengidentifikasi dan mengelola
cukup untuk memenuhi untuk memenuhi kebutuhan asupan nutrisi yang seimbang
kebutuhan metabolism metabolisme
Penyebab; Tindakan :
Ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi
mengabsorbsi nutrient keperawatan diharapkan status 2. Monitor berat badan
nutrisi membaik dengan 3. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Kriteria hasil : 4. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
1. Porsi makanan yang 5. Ajarkan diet yang
dihabiskan (3) diprogramkan
2. Pengetahuan tentang
pilihan makanan dan
minuman sehat (4)

Keterangan :
1 = menurun
2 = cukup menurun
3 = sedang
4 = cukup meningkat
5 = meningkat
Kriteria hasil :
1. Frekuensi makan (4)
2. Napsu makan (4)

Keterangan
1= memburuk
2 = cukup memburuk
3 = sedang
4 = cukup membaik
5 = membaik

4 Resiko hipovolemia Status cairan Manajemen hipovolemia


Definisi: Definisi : Defisini :
Beresiko mengalami Kondisi volume cairan Mengidentifikasi dan mengelola
penuruan volume intravaskuler, interstisiel dan penurunan volume cairan
cairan intravaskuler, atau intraseluer. intravaskuler
interstisial, dan atau Setelah dilakukan tindakan Tindakan :
intraseluer keperwatan diharapkan status  periksa tanda dan gejala
Faktor resiko : cairan membaik dengan hipovolemia (nadi
Kehilangan cairan Kriteria hasil : meningkat, nadi teraba
secara aktif  turgor kulit (3) lemah, TD menurun, turgor
 kekuaan nadi (3) menurun,
 monitor intake dan output
keterangan
cairan
1= menurun
 anjurkan menghindari posisi
2 = cukup menurun
mendadak
3 = sedang
4 = cukup meningkat kolaborasi
5 = meningkat  kolaborasi pemberian produk
darah, pemberian cairan IV
(isotonis, hipotonis koloid)

DAFTAR PUSTAKA
Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA international inc, nursing diangnoses : definition


& classification. Jakarta, EGC.

Morton, P. G. 2011. Keperawatan Kritis vol. 2. Jakarta: EGC.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kementrian Kesehatan RI.

Venkatraman, R. & Singhi, S.C. 20016. Hyperglicemic Hyperosmolar Nonketotic


Syndrome. Indian Journal of Pediatric, 2008(73):1.

Zeiter, P., Haqq, A., Rosenbloom, A. & Glaser, N. 2011. Hyperglicemic Hyperosmolar
Syndrome in Children: Pathophysiological consideration and Suggested
Guidelines for Treatment. The Journal of Pediatric 2011(4):1.

Joint British Diabetes Societies. 2012. The Management of The Hyperosmolar State
(HHS) in Adults with Diabetes
LAPORAN PRESENTASI ASKEP DAN JURNAL
STASE KEPERAWATAN KRITIS

PADA KLIEN DENGAN HYPERGLIKEMIA HIPEROSMOLAR SYINDROM


Dosen Koordinator :
Ns. Annisa A’in, M.Kep

Di Susun Oleh :

JUNAIDI P1908096

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-nya kepada penyusun, sehingga dengan limpahan rahmad dan karunia- nya
penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “Laporan Presentasi Jurnal Pada Klien
Hyperglikemia Hiperosmolar Syndrom’’

Laporan ini dibuat berdasarkan bermacam sumber buku – buku refrensi, media elektronik,
dan dari hasil pemikiran penyusun sendiri.

Selama penyusunan laporan ini penyusun banyak mendapatkan masukan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu penyusunan mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ns,Annisa A’in, M.Kep Selaku dosen koordinator dan pembimbing keperawatan


Gawat darurat dan kritis di Institut Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada
Samarinda.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada penyusun
Baik bersifat moril maupun material.
3. Dan semua yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat kepada pembacanya dan dapat dijadikan acuan
terhadap penyusunan laporan berikut-berikutnya.

Samarinda, Juli 2020

Junaidi
Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN

A. Deskripsi Kasus Kelolaan


B. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
b. Analisa Data
c. Diagnosa
d. Intervensi Keperawatan

BAB III ANALISIS JURNAL

A. Deskripsi Topik Jurnal


B. Tabel Summary
C. Tinjauan Pustaka
D. Pembahasan

BAB IV STANDAR OPERASIONAL

BAB V KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HHS atau hyperglycemic hyperosmolar syndrome adalah suaatu kondisi yang
mengancam nyawa, ditandai dengan kadar gula darah yang sangat tinggi. Kondisi ini
biasanya terjadi pada pasien diabetes yang tidak terkontrol atau bahkan tidak
terdiagnosis. Pada pasien diabetes, kurangnya pengawasan terhadap kadar gula darah ,
sakit, atau infeksi dapat menjadi pencetus dari HHS.
Ketika kadar gula terlalu tinggi, ginjal akan mencoba melakukan kompensasi
dengan cara mengeluarkan kelebihan gula melalui urine. Jika tidak mendapat asupan
cairan yang cukup untuk mengganti kehilangan cairan tersebut, maka konsentrasi gula
dalam darah akan smakin meningkat. Kondisi ini disebut dengan hiperosmolaritas.
Darah yang terlalu kental akan menarik air dari berbagai organ dalam tubuh, termasuk
otak (Zeitler at al, 2011)

B. Tujuan
Laporan presentasi askep dan jurnal ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan
pengetahuan pada keluarga dan pasien yang mengalami Hyperglikemia Hiperosmolar
Syndrom.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Deskripsi Kasus Kelolaan


Data pasien :
 Nama : Tn. K
 Umur : 58 tahun
 Pendidikan: SMA
 Pekerjan : Tidak ada
 Alamat : Perum, karang joang indah km II blok A96 No. 9 kel. Karang joang, kec.
Balikpapan utara.

Pasien di bawa ke IGD degan keluhan utama pernapasan kussmaul dengan GCS 3. Istri
klien mengatakan klien setelah sholat subuh pasien mengeluh batuk berdahak dan susah
keluar lalu di bawa ke puskesma pukul 07.00, setelah sampai dipuskesmas dilakukan
tindakan pemasangan infus, oksigen, danpasang kateter urine. Saat di puskesmas pasien
didiagnosa DM dan Stroke, kemudian pasien di rujuk kekanijoso pada pukul 08.00 wita
namun masih sadar dengan GCS 6. Istri pasien mengatakan ±14 menderita DM dan HT dan
pasien rutin minum obat gula dan hipertensi pasien juga rajin control di poli RS kalijoso
dan didokter praktik namun ± 7 tahun pasien tidak pernah minum obat dan control lagi.
Sebelumnya pasien juga pernah terserang strok 3 kali pada tahun 2015, 2018 dan 2019.
Keadaan umum pasien didapat, TD : 90/65 mmHg , nadi: 130 x/mnt, RR : 25 x/mnt, S: 36
C SpO2 : 100. Pasien terpasang ventilator dengan mode spontan, Ps = 10, PEEP 5, P IO2 :
90%. Pada pemeriksaan antro pometri didapatkan BB : 55kg, TD :160 cm, LILA : 19 cm.

Adapun terapi yang didapatkan :

 Infus. RL 16 Tpm
 Ful RL 2000 cc/24 jam
 Novorapid 3 x 12 ui
 Lavemit 16 ui
 Kettriaxone 1 x2 gram
 Omeprazole 40 mg
 Furosemide 3x 1 Amp
 D40 % I flash
 Opamin 5 meg 1 kg BB
 Sucralfat 3 x CI
B. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN ITKES WHS

Nama Mahasiswa/NPM : Junaidi

Tempat Praktek : Ruang ICU

Tanggal / Jam : Senin, 13 juli 2020/ 07:30

BIODATA PASIEN

Nama/inisial : Tn.K Usia :58 thn 5 bulan 24 hari JK : Laki-laki


Pendidikan : SMA
Pekerjaaan : Tidak ada
Status Pernikahan : MENIKAH
No RM : XXXXXXXXXXXXX
Diagnosa Medis : Hyperglikemia Hiperosmolar Syndrom (HHS) & pneumonia
Tanggal Masuk RS : 13 JULI 2020
Alamat :  Jln. Perum, karang joang indah km II blok A96 No. 9 kel.
Karang joang, kec.Balikpapan utara

BIODATA PENANGGUNG JAWAB

Nama : NY.B

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Hubungan dengan Klien: Istri

Alamat : Jln. Perum, karang joang indah km II blok A96 No. 9 kel. Karang joang, kec.
Balikpapan utara

I. ANAMESA (PENGKAJIAN AWAL)


1. Keluhan Utama : pernapasan kussmaul dengan GCS 3
2. Riwayat Kesehatan/Pengobatan Perawatan Sekarang : Setelah sholat subuh pasien mengeluh
batuk berdahak dan susah keluar lalu di bawa ke puskesma pukul 07.00, setelah sampai
dipuskesmas dilakukan tindakan pemasangan infus, oksigen, danpasang kateter urine.
Saat di puskesmas pasien didiagnosa DM dan Stroke, kemudian pasien di rujuk
kekanijoso pada pukul 08.00 wita namun masih sadar dengan GCS 6.
3. Riwayat Kesehatan/Pengobatan Perawatan Sebelumnya : Istri pasien mengatakan ±14
menderita DM dan HT dan pasien rutin minum obat gula dan hipertensi pasien juga
rajin control di poli RS kalijoso dan didokter praktik namun ± 7 tahun pasien tidak
pernah minum obat dan control lagi. Sebelumnya pasien juga pernah terserang strok 3
kali pada tahun 2015, 2018 dan 2019.
4. Riwayat Pembedahan : Tidak ada
5. Pengobatan terakhir : ± 6 bulan terakhir tidak control kesehatan dan tidak minum obat,
hanya minum obat herbal
6. Riwayat Penyakit Keluarga (Genogram Keluarga) :
X
X X X

X X

Keterangan :
= Laki laki = Perempuan X = MENINGGAL

= Pasien = Istri

 Orang tua pasien : Ayah meninggal karena stroke dan ibu pasien meninggal karena DM
 Orang tua istri : Ayah meninggal karena penyakit paru-paru dan ibu meninggal karena sesak
napas
 Anak pasien meninggal saat lahir.

II. PENGKAJIAN PRIMER

1. Airway :

Jalan Nafas : Tidak Paten

Obstruksi :-

Suara Nafas : -
Keluhan Lain : Tidak ada, saat disuction 5 lam hanya sedikit dan
tidak ada suara tambahan
2.Breating :
Gerakan dada Simetris kiri dan kanan
Irama nafas : Cepat Dangkal
Pola nafas : Tidak Teratur
Retraksi otot dada : Ada
Sesak nafas : Ada RR:22 X/mnt BGA : PH : 7,390
PCO2 : 38,0 HCO3 : 22,5
Keluhan lain : Pernapasan Kusmaul Terpasang ETT dan Ventilator
dengan mode spontan Ps = 10 ,
PEEp 5, PIO2 90% saturasi 100

3. Circulation
Nadi : Teraba 130 x/menit Tidak teraba
Sianosis : Ya Tidak
CRT : <2 detik > 2 detik
Pendarahan : Ya
Keluhan Lain : ± 200 cc pendarahan keluar melalui penis pasien

. 4. Fluid (Cairan dan Elektrolit)

Intake : Infus RL 2000 cc/24 jam x 7 = 583

Loding 500 cc = 500cc

Int 32 cc + dpat 14,6 = 47 cc +

Intake 1,130
Output : Urin 600cc
NGT 30cc
Darah 200 cc +
Output 830 cc
Uop : 600 cc : 7 ram : 55 kg = 1,5
IWL = 550 / 24 x 7 = 161
Balance Cairan : 1.130 – 830 – 161 = 139 cc

III. PEMERIKSAAN FISIK SPESIFIK WITH BODY SISTEM (SECONDARY SURVEY)

KU Pasien :

TD : 90/65 mmHg Nadi : 130 x/menit RR 25x/menit Suhu 36o C


1. Rasa Nyaman (Nyeri)

Tidak ada nyeri Skala nyeri Lokasi :


Lokasi :
Durasi Frekuensi : Karateristik :
Nyeri hilang, bila:
Minum obatMendengar music
IstirahatBerubah posisi/tidur Lain-lain, sebutkan : - Diberitahukan ke dokter:
Ya, pukulTidak

Keluhan Lain: Tidak ada

2. B 1 : Breathing (Pernafasan/Respirasi) : pernapasan kusmaul 22 x/i , ada penggunaan


otot bantu pernapasan, tidak ada suara napas tambahan, pasien terpasang ventilator
dengan mode spontan, Ps = 10, PEEP 5, PIO2 : 90% saturasu : 100

3. B 2 : Bleeding (Kardiovaskuler / Sirkulasi) : akral teraba dingin dn pucar, HR takikardi


= 120x/I, irama regular TD : 90/65 mmHg, CRT <2detik

4. B 3 : Brain (Persyarafan/Neurologik) : kesadaran coma, GCS E1 V1 M1 . pasien riwayat


stroke 3x serangan mulai tahun 2015, 2018, dn 2019 pasien hanya mampu mobilisasi di
tempat tidur saat sebelum masuk RS

5. B 4 : Bladder (Perkemihan – Eliminasi Urin/Genitourinaria) : urin berwarna merah


keruh. Berkemih menggunakan selang cytostomi ± 600 cc (produksi keluar). Are
genital mengeluarkan darah ± 200 cc.
 Sebelum masuk sakit pasien tidak dpat mengontrol BAKnya dan BAK pasien
dalam jumlah yang banyak, sehari dapat 4x mengganti popok.

6. B 5 : Bowel (Pencernaan – Eliminasi Alvi/Gastrointestinal): BB mengalami


penurunan sebelum sakit 20 kg, saat ini BB 55 kg pasien terpasang NGT dan saat ini
sedang dipuasakan.
 Sebelum sakit pasien dapat makan peroral dengan makan 3x sehari, makan dengan
menu rebus-rebusan, pasien tidak diberi makan nasi, hanya makan kentang dan
ketela rebus pengganti nasi.

7. B 6 : Bone & Skin (Tulang – Otot – Integumen): motoric tidak ada pergerakan,
pasien koma.
 Membrane mukosa dan kulit kering, turgor kulit tidak elastis
 Masa otot mengecil (atropi)
 Tonus otot o o
oo
 Reflex Babinski negative.

. IV. PEMERIKSAAN LANJUTAN

1. Alergi
Tidak ada alergi makanan minuman maupun obat.
2. Risiko decubitus : Ya, jelaskan pasien total care kesadaran koma

(BERDASARKAN SKALA NORTON)

PENILAIAN 4 3 2 1
Kondisi Fisik Baik Sedang √ Buruk Sangat Buruk
Status Mental Sadar Apatis Bingung Stupor √
Aktifitas Jalan Sendiri Jalan Dengan Kursi Roda Di tempat tidur √
Bantuan
Mobilitas Bebas Agak Terbatas Sangat Terbatas Tidak Mampu
Bergerak Bergerak √
Inkontinensia Kontinen Kadang-kadang Selalu Inkontinensia
Inkontinensia Inkontinensia Urin dan Alvi
Urin
SKOR
TOTAL SKOR 6
Keterangan :
16 – 20 : risiko rendah terjadi decubitus
12 – 16 : risiko sedang terjadi decubitus

12 : risiko tinggi terjadi decubitus √

3. Riwayat Psikososial
Status Psikologi : pasien koma

Kecenderung bunuh diri :tidak ada Lain-lain sebutkan:

Status Mental

Tidak dapat dikaji, pasien koma

Status Sosia

a. Hubungan pasien dengan anggota keluarga : baik


b.Kerabat terdekat yang dapat dihubungi :
Nama : Tn. M
Hubungan : istri
Telepon : 08xxxxxxxxxxxxx
Pekerjaan pasien : IRT

4. status Giszi
SKRINING GIZI (berdasarkan (MST/Malnutrition Screening Tool) Untuk Pasien dewasa
Antropometri : BB 55 kg TB : 160 cm LILA : 19 cm

(bila skor ≥ 2 dilakukan pengkajian lanjut oleh dietisien


Parameter

No Kriteria Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak diinginkan dalam

3 bulan terakhir?
a. Tidak ada penurunan (0) √

b. Tidak yakin/tidak tahu (1)

c. Jika Ya, berapa penurunan berat badan


tersebut 1 – 5 Kg
2. Apakah asupan makanan berkurang karena tidak nafsu makan
a. Ya (1) √
b. Tidak (2)
Total Skor 3
3. Pasien dengan kondisi khusus (Ya) Tidak

(pasien dengan penurunan imunitas, hemodialisa kronis, geriatric, kemotherapi,


intensive care, perinatal care, luka bakar, transpalantasi sumsum tulang, DM,
penurunan fungsi ginjal berat, sirosis hepatis, CLB, penyakit keganasan,
pneumonia berat, stroke, bedah digestif)
Sudah dibaca/diketahui oleh dietisien (diisii oleh dietisien) Ya paraf

5. Skrining Status Fungsional


Aktivitas dan mobilisasi : (lampirkan formulir pengkajian status fungsinal Barthel Index
Perlu bantuan, sebutkan : perlubantuan apabila berpinda-pinda, makan, dan minum, mandi
(pasien koma)
Ketergantungan total, dilaporkan ke dokter ( Ya, pukul 13.00)

6. Kebutuhan Khusus
Lanjut usia Pasien kemotherapi/radiasi Ketergantungan obat

Sakit terminal Daya imun rendah Korban kekerasan/terlantar

7. Kebutuhan Edukasi (dikaji pada pasien dan atau keluarga)


Kebutuhan pembelajaran pasien (pilih topic pembelajaran pada kotak yang tersedia)
Diagnosa dan manajemen Obat-obatan Perawatan luka
Rehabilitasi Manajemen nyeri Diet dan nutrisi
Lain- lain
8. Perencanaan Pulang (dilengkapi dalam waktu 48 jam pertama pasien masuk ruang rawat)
a. Pasien tinggal dengan siapa? Dengan anak & Istri
b. Dimana letak kamar pasien di rumah? Lantai dasar
c. Bagaimana kondisi rumah pasien ? Penerangan lampu terang
d. Kamar tidur jauh/dekat dengan kamar mandi (coret salah satu) WC jongkok
e. Bagaimana perawatan kebutuhan dasar pasien ? Mandiri
f. Apakah pasien memerlukan alat bantu khusus? Ya, sebutkan : kursi roda
g.Apa makanan pasien? Vegetarian perbanyak makan sayur dan buah
h.Apakah perlu dirujuk ke komunitas tertentu? Tidak

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, Rontgen dll)

Tidak ada.

VI. TERAPI YANG DIDAPAT :


a. Infus RL 16 tpm
b. Ful RL 2000 CC/24 jam
c. Novorapid 3x12 ui
d. Levemit 16 ui
e. Kettrixaxone 1x2 gram
f. Omeprazole 40 mg
g. Furosemide 3x1
h. D40 % I Flash
i. Opamin 5 nneg 1 kg BB
j. Sucralfat 3 x 1 CI

PENILAIAN STATUS FUNGSIONAL

(BERDASARKAN PENILAIAN BARTHEL INDEX)

NILAI SKOR
SEBELU SAAT MGG MGG MGG MGG SAAT
M SAKIT MASU
NO FUNGSI SKOR URAIAN K RS I II III DI IV DI PULAN
Tidak 1 1 1 1 1 1 1
terkendali/teratur
1 Mengendalikan 0 (perlu pencahar)
rangsang defekasi Kadang-kadang
BAB 1
2 Madiri
Tak
terkendali/pakai
2 Mengendalikan 0 kateter
rangsang berkemih Kadang-kadang
1
(BAK)
2 Madiri 0 0 0 0 0 0 0
3 Membersihkan diri Butuh 0 0 0 0 0 0 0
(cuci muka, sisir pertolongan orang
rambut, sikat gigi) 0 lain
1 Mandiri
4 Penggunaan jamban, Tergantung
masuk dan keluar pertolongan orang
0 lain
(memakai celana, Perlu pertolongan 0 0 0 0 0 0 0
membersihkan, pada beberapa
kegiatan dapat
menyiram)
mengerjakan
sendiri kegiatan
1 yang lain
2 Mandiri
5 Makan 0 Tidak mampu
Perlu ditolong 1 1 1 1 1 1 1
memotong
1 makanan
2 Mandiri
6 Berubah sikap dari Perlu banyak 1 1 1 1 1 1 1
berbaring ke duduk bantuan untuk
bisa duduk (2
1 orang)
2 Bantuan (2 orang)
3 Mandiri
0 Tidak mampu 0 0 0 0 0 0 0
Bisa
(pindah)dengan
7 Berpindah/berjalan 1 kursi roda
Berjalan dengan
2
3 MandiRi
Tergantung orang
0 Lain 0 0 0 0 0 0 0
8 Memakai baju 1 Sebagian dibantu
2 Mandiri
0 Tidak Mampu
Butuh 1 1 1 1 1 1 1
1 pertolongan
9 Naik turun tangga 2 Mandiri
Tergantung orang 0 0 0 0 0 0 0
0 Lain
10 Mandi 1 Mandiri
TOTAL SKOR 4
NAMA & TANGAN PERAWAT
Keterangan :

20 : Mandiri 5 – 8 : Ketergantungan berat

12 – 19 : Keterhantungan ringan 0 – 4 : Ketergantungan total √

9 – 11 : Ketergantungan sedang
Data Etiologi Diganosa

Ds: Istri klien mengatakan kelemahan otot pernapasan Gangguan ventilasi spontan
klien setelah sholat subuh
pasien mengeluh batuk
berdahak dan susah keluar

Do: pernapasan kussmaul


pasien mengalami penurunan
kesadaran GCS 3 dengan RR :
25 x/mnt, SpO2 : 100. Pasien
terpasang ventilator dengan
mode spontan, Ps = 10, PEEP
5, PIO2 : 90%.

Ds:istri pasien juga


ketidak seimbangan antara Intoleransi aktivitas
mengatakan Sebelumnya
suplai dan kebutuhan oksigen
pasien juga pernah terserang
strok 3 kali pada tahun 2015,
2018 dan 2019. Dan selama
ini hanya pasien hanya
terbaring dikasur tidk dapat
melakukan aktivitas apa apa.

Do : , TD : 90/65 mmHg ,
nadi: 130 x/mnt, RR : 25
x/mnt, S: 36 C SpO2 : 100.
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI


1. Gangguan ventilasi Respon ventilasi Manajemen ventilasi
spontan b/d kelemahan mekanik mekanik
otot pernapasan
Difinisi : efektivitas Difinisi : mengidentifikasi
Difinisi : penurunan pertukaran alveolar dan dan mengelola pemberian
cadangan energi yang pungsi jaringan yang sokongan napas buatan
mengakibatkan individu didukung oleh ventilasi melalui alat diinsersikan ke
tidak mampu secara secara mekanik dalam trakea
adekuat Tindakan :
Kriteria hasil :
Observasi:
1. FIO2 memenuhi
Monitori efek ventilasi
kebutuhan (cukup
terhadap statusi oksigen
meningkat)
(mis.bunyi paru, X ray
2. Tingkat kesadaran
paru, AGD, SaO2, SvO2,
(cukup meningkat)
ETCO2, respon subyrktif
3. Kesimetrisan dinding
pasien)
dada (cukup
Trapeutik :
meningkat)
 Reposisi pasien / 2 jam
 Lakukan perawatan
mulut secara rutin,
termasuk sikat gigi
setiap 12 jam
 Lakukan pengisapan
lendir sesuai kebutuhan
Edukasi :
Kolaborasi penggunaan PS
dan PEEP untuk
meminimalkan
hivopentilasi alveolus.

2. Intoleransi aktivitas b/d Toleransi aktivitas Pemantauan tanda tanda


ketidak seimbangan Difinisi: respon fisikologis vital
antara suplai dan terhadap aktivitas yang Difinisi : mengumpulkan
kebutuhan oksigen membutuhkan tenaga. dan menganalisa data hasil
kriteria hasil: pengukuran fungsi vital
Difinisi : ketidak cukupan kardiovaskuler, pernapasan
1. saturasi oksigen (cukup
energy untuk melakukan dan suhu tubuh.
meningkat)
aktivitas sehari-hari Tindakan :
2. warna kulit (cukup
membaik) Observasi:
3. frekuensi napas (cukup - Memonitori tekanan
darah
membaik)
Memonitori
4. EKG Iskemia (cukup nadi (frekuensi,
kekuatan, irama)
- Memonitori
membaik)
pernapasan ( frekuensi,
kedalaman)
Trapeutik : atur interval
pemantauan sesuai kondisi
pasien
- Edukasi : jelaskan
tujuan dan prosedur
pemantauan
BAB III

ANALISIS JURNAL

NoAuthor/tahun Judul Intervensi Jumlah Desain Hasil penelitian


sampel Penelitian

1. Erik Irham Perubahan Hiperglikemia Jumlah Pengumpu Berdasarkan hasil penelitian


osmolaritas yang tidak responden lan data analisis hiperglikemia dengan
Lutfi
pasien terkontrol dalam responden terapi rehidrasi dapat
(2019) hiperglikemia menyebabkan penelitian ini mengguna disimpulkan terdapat
dengan terapi peningkatan sebanyak 56 kan teknik perubahan osmoloritas tubuh
ISSN
rehidrasi osmoloritas responden consecutiv pada pasien hiperglikemia
yang akan e sampling sebelum dan sesudah terapi
mengganggu rehidrasi
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
tubuh, terapi
rehidrasi akan
mengganti
komposisi
cairan tubuh
yang
ditimbulkan
akibat
osmoloritas

2. Erik irham Analisis DM 56 responden Pengumpu Berdasarkan hasil penelitian


perubahan hiperglikemia lan data analisis perubahanosmoloritas
lutfi dkk
hemodinamik yang tidak responden dan hemodinamika tubuh
(2017) a tubuh pada terkontrol akan mengguna pada pasien hiper glikemia
pasien menyebabkan kan teknik dengan terapi rehidrasi dapat
ISSN
hiperglekemia peningkatan consecutiv disimpulkan 1. Ada perubahan
dengan terapi osmoloritas e sampling osmoloritas pasien , selama
rehidrasi di akan dan sesudah terapi 2. Tidak
IGD RSUD menyebabkan ada perubahan frekuensi nadi
DR,ISAK peningkatan pada pasien hiperglikemia 3.
TULUNG osmoloritas Tidak terdapat perubahan
AGUNG yang akan frekuensi pernapasan , 4.
mengganggu Tidak ada perubahan tekanan
keseimbangan darah, 5 tidak ada perubahan
cairan dan saturasi oksigen 6. Tidak
elektrolit terdapat perubahan kesadaran
tubuh. pada pasien hiperglikemia.
Tatalaksana
utama
hiperglekemia
menuru ADA
adalah dengan
terapi rehidrasi.
A. Tinjauan Pustaka

HHS atau hyperglycemic hyperosmolar syndrome adalah suaatu kondisi


yang mengancam nyawa, ditandai dengan kadar gula darah yang sangat tinggi.
Kondisi ini biasanya terjadi pada pasien diabetes yang tidak terkontrol atau
bahkan tidak terdiagnosis. Pada pasien diabetes, kurangnya pengawasan
terhadap kadar gula darah , sakit, atau infeksi dapat menjadi pencetus dari
HHS.
Ketika kadar gula terlalu tinggi, ginjal akan mencoba melakukan
kompensasi dengan cara mengeluarkan kelebihan gula melalui urine. Jika tidak
mendapat asupan cairan yang cukup untuk mengganti kehilangan cairan
tersebut, maka konsentrasi gula dalam darah akan smakin meningkat. Kondisi
ini disebut dengan hiperosmolaritas. Darah yang terlalu kental akan menarik air
dari berbagai organ dalam tubuh, termasuk otak (Zeitler at al, 2011).

B. Manifestasi klinis

Menurut Venkatraman & Singhi, 2006 HHS dapat terjadi pada siapa saja,
terutama pada penderita diabetes tipe 2. Tanda dan gejala HHS biasanya akan
semakin memburuk secara perlahandalam hitungan hari atau minggu. Tanda dan
gejalatersebut antara lain :
1. Rasa haus yang berlebihan
2. Peningkatan jumlah urin
3. Mulut kering
4. Lemah
5. Mengantuk
6. Demam
7. Mual dan muntah
8. Penurunan berat badan
9. Penurunan penglihatan
C. Komplikasi

1. Koma.
2. Gagal jantung.
3. Gagal ginjal.
4. Gangguan hati.
5. Iskemia/infark organ
6. Hipo/hiperglikemia
7. Hipokalemia
8. Hiperkhloremia

D. Penatalaksanaan medis
1. Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan mengunkan cairan NaCl bisa
diberikan cairan isotonik atau hipotonik ½ normal diguyur 1000 ml/jam
sampai keadaan cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai
membaik, baru diperhitungkan kekurangan dan diberikan dalam 12-48
jam. Pemberian cairan isotonil harus mendapatkan pertimbangan untuk
pasien dengan kegagalan jantung, penyakit ginjal atau hipernatremia.
Glukosa 5%diberikan pada waktu kadar glukosa dalam sekitar 200-250
mg%.
2. Insulin
Pada saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar
hiperglikemik non ketotik sensitif terhadap insulin dan diketahui pula
bahwa pengobatan dengan insulin dosis rendah pada ketoasidosis
diabetik sangat bermanfaat. Karena itu pelaksanaan pengobatan dapat
menggunakan skema mirip proprotokol ketoasidosis diabetic

3. Kalium
Kalium darah harus dipantau dengan baik. Bila terdapat tanda fungsi
ginjal membaik, perhitungan kekurangan kalium harus segera diberikan

4. Hindari infeksi sekunder


Hati-hati dengan suntikan, permasalahan infus set, kateter. (Morton, 2011)
BAB IV

A. Hiperglikemia yang tidak terkontrol akan menyebabkan hiperosmoloritas


adanya hiperosmoloritas menstimulasi terhadap proses diuresis osmotik dalam
tubuh, sehingga cairan dan elektrolit dari intrasel keluar ke ektrasel,
perpindahan cairan menyebabkan ini menyebabkan sel mengalami penurunan
komposisi cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi. Hal penting
tatalaksana manajemen hiperglikemia adalah penentuan deficit cairan tubuh.

B. Diharapkan penulisan ini mampu diterapkan dalam menangani pasien


hiperglikemia hiperosmolar syndrom , dan saya harap terapi ini bisa jadi
pendamping antara terapi lain dalam proses penyembuhan pada hiperglikemia
hiperosmolar syndrom .
Daftar Pustaka

Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Morton, P. G. 2011. Keperawatan Kritis vol. 2. Jakarta: EGC.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kementrian Kesehatan RI.

Zeiter, P., Haqq, A., Rosenbloom, A. & Glaser, N. 2011. Hyperglicemic Hyperosmolar
Syndrome in Children: Pathophysiological consideration and Suggested

Joint British Diabetes Societies. 2012. The Management of The Hyperosmolar State
(HHS) in Adults with Diabetes

Anda mungkin juga menyukai