Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripada


rentang kadar puasa normal 80-90 mg/dl darah,atau rentang non puasa sekitar 140-
160 mg/100 ml darah. ( Elizabeth J.Corwin,2011 )

Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan


insulin adalah penyebab utama dan factor herediter yang memegang peranan
penting.Yang lain akibat pengangkatan Pancreas,pengrusakan secara kimiawi sel
beta pulau langerhans.

Factor predisposisi herediter, Obesitas.Faktor Imunologi pada penderita


hiperglikemia khususnya Diabetes Militus terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dki
anggap sebagai jaringan asing .

B. Rumusan Masalah
1. Apa Konsep Dasar medis pada penyakit Hiperglikemia ?
2. Apa Konsep Dasar Keperawatan pada penyakit Hiperglikemia?
3. Bagaimana mengetahui contoh kasus penyakit Hiperglikemia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar medis penyakit Hiperglikemia.
2. Untuk mengetahui Konsep dasar Keperawatan penyakit Hiperglikemia.
3. Dapat mengetahui contoh kasus dari penyakit Hiperglikemia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medis


1. Defenisi
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripada
rentang kadar puasa normal 80-90 mg/dl darah,atau rentang non puasa
sekitar 140-160 mg/100 ml darah. ( Elizabeth J.Corwin,2011 )
Hiperglikemia adalah terdapatnya glukosa dengan kadar yang tinggi
didalam darah (rentang normal kadar glukosa darah adalah
2. Etiologi
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan factor herediter yang
memegang peranan penting. Yang lain akibat pengangkatan Pancreas,
pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans.
Factor predisposisi herediter,Obesitas.Faktor Imunologi pada penderita
hiperglikemia khususnya Diabetes Militus terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dki anggap sebagai jaringan asing .
3. Manefestai klinis
a. Polipagi
b. Polidipsi
c. Poliuri
d. Kelainan kulit.
e. Kram otot
f. Penurunan berat badan
g. Kelemahan tubuh
h. Luka yang tidak sembuh sembuh
4. Klasifikasi
a. Hiperglikemia sedang
Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula darah
dalam level >126mg/dl untuk gula darah puasa.
b. Hiperglikemia berat
Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk gula
darah puasa setelah terjadi selama beberapa periodic tanpa adanya
hipoglikemc medication. Pada hyperglikemia kronis sudah harus
dilakukan tindakan dengan segera, karena dapat meningkatkan resiko
komplikasi pada kerusakan ginjal,keruskan neurologi, jantung, retina,
ekstremitas dan diabetic neuropathy merupakan hasil dari hiperglikemia
jangka panjang.
5. Patofisiologi
Hiperglikemia akan mengakibatkan seseorang mengalami
glukosuria,yang menyebabkan osmotic diuretic.Osmotik diuretic akan
menimbulkan suatu keadaan dimana ginjal tidak dapat meningkatkan
glukosa yang difiltrasi.Ginjal tidak mengikat glukosa yang difiltrasi akan
mengakibatkan cairan diikat oleh glukosa,sehingga cairan dalam tubuh akan
berlebihan yang akan dimenefestasikan dengan banyak mengeluarkan urin
(poliuri).
Poliuri akan menyebabkan banyak kehilangan elektrolit dan dalam
tubuh dan akibatnya akan menimbulkan masalah kekurangan volume
cairan,dan akan mengalami dehidrasi.ketika mengalami dehidrasi maka
akan menyebabkan seseorang lemas,sehingga akan muncul masalah
intoleransi aktivitas sedangkan polipagi akan mengakibatkan perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Dengan menurunnya insulin juga dalam darah asupan nutrisi akan
meningkat sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel
menyebabkan sel mudah terifeksi.
6. Pathway

HIPERGLIKEMIA

Herediter .Sel B pancreas


rusak/terganggu

Polipagia Glukosa Meningkat

Deuretik Osmotik
Perubahan Nutrisi kurang
dari kebutuhan Tubuh

Kekurangan poliuria Dehidrasi


volume cairan

Intoleransi lemah
aktivitas

Sel kelaparan

Hilangnya protein
Resiko infeksi tubuh
7. Komplikasi
a. Ketoasidosis dimana gejalanya seperti napas pendek, mual muntah,dan
mulut kering.
b. Gagal jantung
c. Gagal ginjal
d. Kerusakan saraf
8. Penatalaksanaan
a. Olahraga
b. Diet rendah gula
c. Terapi insulin
Pada keadaan KAD ringan, insulin regular diberikan dengan infus
intravena secara kontineu adalah terapi pilihan. Pada pasien dewasa, jika
tidak ada hipokaemia,maka pemberian insulin intravena secara bolus
dengan dosis 0.15 unit/kg,diikuti pemberian insulin secara regular secara
infuse intravna yang kontineu dengan 0.1 unit/kg (5-7 unit/jam pada
orang dewasa). Pemberian insulin secara bolus tidak dianjurkan pada
pasien pediatric.
d. Terapi cairan
9. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan glukosa darah
b. Hb
c. Urinalisis
d. Ultrasonografi
10.Prognosis
11.Pendidikan kesehatan
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway : Penilaian akan kepatenan jalan nafas,Meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan napas,adanya benda asing.Pada
klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas
bersih.Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan
seperti snoring,dll.
2) Breathing : Frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernafasan , retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi
pengembangan paru,Auskultasi suara napas,kaji adanya suara napas
tambahan seperti ronchi,wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
3) Circulation : Dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac
output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik,wana kulit, nadi.
4) Disability : Nilai Tingkat kesadaran, Serta ukuran dan reaksi
pupil.Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Penurunan
kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigenasi atau penurunan
perfusi ke otak atau disebabkan trauma langsung pada otak.
Penurunan kesadaran menuntut dilakukannya revaluasi terhadap
keadaan oksigenasi , ventilasi dan perfusi.
5) Exposure : Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar
dapat diketahui kelainan atau cedera yang berhubungan dengan
keseimbangan cairan atau trauma yang mungkin di alami oleh klien.
b. Pengkajian sekunder
1) Anamnesis Klien
a) Biodata klien
b) Alasan masuk RS
c) Keluhan Utama
d) Riwayat Pengkajian Nyeri
e) Riwayat Kesehatan (sebelumnya dan sekarang)
f) Riwayat Kesehatan Keluarga
g) Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritual
2) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum Klien
b) Vital sign
c) Pengkajian Head toe to
d) Pemeriksaan Diagnostik
e) Penatalaksanaan medis/terapi
2. Diagnosa
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Kekurangan volume cairan
c. Intoleransi aktivitas
d. Resiko infeksi
3. Intervensi
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh masalah teratasi dengan
Kriteria Hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
Intervensi :

1) Kaji adanya alergi makanan


2) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
3) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
4) Berikan makanan yang terpiih
5) Anjurkan pasien untuk meningkatkan untuk Fe
6) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
b. Kekurangan volume cairan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kekurangan
volume cairan,masalah teratasi dengan
Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan urine output seuai dengan usia dan BB,BJ urine
normal.
2) Tekanan darah,nadi,suhu tubuh dalam batas normal.
3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit
baik,membrane mukosa lembab,tidak ada rasa haus yang berlebihan.

Intervensi :

1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat


2) Monitor status hidrasi
3) Monitor vital sign
4) Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori
harian.
5) Kolaborasi pemberian cairan IV
6) Monitor status gizi
7) Dorong masukan oral
c. Intoleransi Aktivitas
Tujuan : Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi dan mampu mandiri
melakukan aktivitas.
Kriteria Hasil :
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah , nadi dan RR.
2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
3) Tanda-tanda vital Normal.
4) Mampu berpindah tanpa bantuan orang lain.

Intervensi :

1) Monitor respon fisik,emosi,social dan spiritual.


2) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik,psikologi dan social.
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai.
4) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.
d. Resiko infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak
mengalami infeksi dengan
Ktiteria Hasil :
1) Klien terbebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit,factor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
3) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
4) Jumlah leukosit dalam batas normal
5) Menunjukan perilaku hidup sehat.
Intervensi :

1) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local.


2) Monitor kerentanan terhadap infeksi.
3) Monitor hitung granulosit
4) Perhatikan teknik isolasi
5) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien yang lain.
6) Tingkatkan intake nutrisi
7) Kolaborasi dengan dokter setiap tindakan yang akan dilakukan.
4. Evaluasi
Evaluasi merupaka proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien.Evaluasi ada dua macam yaitu :
a. Evaluasi proses atau evaluasi formatif, yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan.
b. Evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan dengan membandingkan
respon pasien pada tujuan khusus dan umumnya yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai