Anda di halaman 1dari 21

PATOFISIOLOGI

GLOMERULONEFRI
TIS KRONIK
Disusun Oleh:
1. Boby Priyandana :121811002
2. Cindy Herany :121811003
3. Retna Yuliansari :121811021
4. Sherly Media Putri :121811027
DEFINISI GLOMERULONEFRITIS
KRONIK
adalah suatu penyakit yang ditandai dengan terjadinya
inflamasi pada glomerulus yang disebabkan oleh infasi
bakteri atau virus tertentu. Berbeda dengan
glomerulonefritis akut, glomerulonefritis kronis dapat
berkembang tanpa memperlihatkan gejala selama
bertahun-tahun.
TANDA DAN GEJALA
Berikut ini beberapa tanda dan gejala penyakit pada glomerulus
yang termasuk kronis.
• 1. Darah atau protein dalam urine (proteinuria).
• 2. Tekanan darah dan kolesterol tinggi.
• 3. Pembengkakan pada wajah, lengan, dan kaki (edema).
• 4. Sering buang air kecil pada malam hari.
• 5. Kencing terlihat keruh dan berbusa.
• 6. Sakit perut.
• 7. Mudah lelah akibat anemia.
• 8. Sering mimisan.
ETIOLOGI
• 1. Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi
(Streptococcus beta hemoliticus group A.)
• 2. Keracunan (timah hitam, tridion).
• 3. Penyakit sipilis
• 4. Diabetes mellitus
• 5. Trombosis vena renalis
• 6. Hipertensi kronik
• 7. Penyakit kolagen
• 8. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada
stadium lanjut.
KLASIFIKASI
Berdasarkan klasifikasinya, glomerulonefritis terbagi
menjadi 4, yaitu:
• 1. Glomerulonefritis membranoproliferasif
• 2. Glomerulonefritis membranosa
• 3. Nefropati IgA (penyakit berger)
• 4. Glomerulonefritis sekunder
PATOFISIOLOGI
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama
terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka
morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa.
Sebagian besar glomerulonefritis bersifat kronik dengan
penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar tampak
bersifat imunologis. Glomerulonefritis menunjukkan
kelainan yang terjadi pada glomerulus,bukan pada
struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya
tubulus, jaringan interstitial maupun sistem
vaskulernya.
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinik penyakit ginjal kronik berat disertai
sindrom azotemia sangat kompleks, meliputi kelainan-
kelainan berbagai organ seperti:
• 1. Kelainan saluran cerna
• 2. Kelainan Mata
• 3. Kelainan Kulit
• 4. Kelainan Neuropsikiatri
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada urin ditemukan albumin (+), silinder,
eritrosit, leukosit hilang timbul, berat jenis urin
menetap pada 1008-1012. Pada darah ditemukan
LED, ureum, kreatinin dan fosfor serum yang
meninggi serta kalsium serum yang menurun,
sedangkan kalium meningkat. Anemia tetap ada.
Uji fungsi ginjal menunjukkan fungsi ginjal
menurun.
PENCEGAHAN
Berbagai upaya pencegahan yang telah terbukti
bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal dan
kardiovaskular, yaitu pengobatan hipertensi (makin
rendah tekanan darah makin kecil risiko penurunan
fungsi ginjal), pengendalian gula darah, lemak darah,
anemia, penghentian merokok, peningkatan aktivitas
fisik dan pengendalian berat badan
PENATALAKSANAAN
1.Medik :
• a. Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan
gangguan elektrolit.
• b. Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas
kemampuan pasien.
• c. Pengawasan hipertenasi --> antihipertensi.
• d. Pemberian antibiotik untuk infeksi.
• e. Dialisis berulanguntuk memperpanjang harapan
hidup pasien.
2. Keperawatan :
• a. Disesuaikan dengan keadaan pasien.
• b. Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa
kontrol pada ahlinya.
• c. Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
• d. Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan
aktivitas sesuai kemampuannya.
• e. Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk
mencegah berlanjut ke sindrom nefrotik atau GGK.
KOMPLIKASI
• 1. Oliguri sampai anuria yang dapat
berlangsung 2-3 hari.
• 2. Ensefalopati hipertensi
• 3. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu,
ortopneum.
• 4. Anemia yang timbul karena adanya
hipervolemia
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Pengkajian Anamnesis 2. Pemeriksaan Fisik
• Identitas klien • Aktifitas/ istirahat
• Riwayat penyakit • Sirkulasi
(sebelumnya dan sekarang) • Eliminasi
• Pertumbuhan dan • Makanan/cairan
Perkembangan • Pernafasan
• Nyeri
3. Pengkajian perpola 4. Pemeriksaan Diagnostik
• Pola nutrisi dan metabolik • Hasil pemeriksaan Lab
• Pola eliminasi
• Pola aktifitas/ latihan
• Pola tidur dan istirahat
• Kognitif/ perceptual
• Persepsi diri
• Hubungan peran
• Nilai keyakinan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• 1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kekurangan protein dan disfungsi ginjal
• 2. Potensial kelebihan volume cairan berhubungan
dengan retensi air dan natrium serta disfungsi ginjal.
• 3. Potensial terjadi infeksi (ISK, lokal, sistemik)
berhubungan dengan depresi sistem imun.
• 4. Potensial gangguan perfusi jaringan:
serebral/kardiopulmonal berhubungan dengan resiko
krisis hipertensi.
• 5. Perubahan integritas kulit berhubungan
dengan imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler
dan edema.
• 6. Kurang pengetahuan yang berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, perawatan dirumah dan instruksi
evaluasi.
INTERVENSI
Diagnosa
No Keperawata Intervensi Rasional
n
Intoleransi
1. Pantau kekurangan
aktifitas
protein yang
berhubungan
berlebihan(proteinuri,
dengan 1. Kekurangan protein
albuminuria )
kekurangan berlebihan dapat
2. Gunakan diet
protein dan menimbulkan kelelahan.
1. protein untuk
disfungsi ginjal 2. Diet yang adekuat dapat
mengganti protein
Tujuan : Klien mengembalikan kehilangan
yang hilang.
dapat toleransi
3. Beri diet tinggi
dengan
protein tinggi
aktifitas yang
karbohidrat.
dianjurkan.
IMPLEMENTASI
Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
dengan memegang prinsip sebagai berikut :
1. Mempertahankan toleransi anak terhadap aktivitas
sehari-hari.
2. Mempertahankan cairan tubuh dalam batas normal.
3. Mencegah terjadinya infeksi.
4. Meningkatkan pengetahuan orang tua terhadap
penyakit anaknya.
5. Memenuhi kebutuhan nutrisi klien adekuat.
EVALUASI
Dari setiap tindakan yang dilakukan secara
paripurna untuk mengatasi masalah keperawatan
akan didapatkan hasil sebagai berikut :
• 1. Tujuan tercapai / masalah teratasi.
• 2. Tujuan tercapai sebagian, Intervensi
dilanjutkan.
• 3. Tujuan belum tercapai / masalah belum
teratasi dilakukan reasesmen.

Anda mungkin juga menyukai