Anda di halaman 1dari 22

Dosen Pengajar: Wahyu Hidayat S.Kep.,Ns.,M.

Kep

Mata Kuliah: Keperawatan Gawat Darurat II

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat II

Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik

Oleh kelompok 4 :

NELLY SULASTRI .S

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MEGA BUANA PALOPO
T.A 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberi karunia dan kerahmatan dalam bentuk kesehatan kepada kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat II Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik”. Tak lupa
pula kami ucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman kami atas
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini


masih mempunyai banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Penulis

Palopo, 27 maret 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4

A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................5

A. Konsep Dasar Medis...................................................................................5


B. Konsep Dasar Keperawatan.....................................................................12

BAB III CONTOH KASUS................................................................................16

BAB III PENUTUP.............................................................................................21

A. Kesimpulan..............................................................................................21
B. Saran........................................................................................................21
Daftar Pustaka

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam
mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Gijal berfungsi untuk
mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan asam basa dengan cara
menyaring darah, reabsrobsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta
mengekskresikan kelebihannya sebagai kemih. Fungsi primer ginjal adalah
mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel dalam batas-batas
normal. Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah/menit serta dalam ginjal
terdapat jutaan nefron yang saling menghubung satu sama lain. Gagal ginjal
dibagi menjadi dua bagian besar yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal
kronis. Penyakit ginjal merupakan penyakit yang paling sering ditemukan
dimasyarakat.
Penyakit ginjal kronis (CKD) adalah gegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolic (toksik uremik) di dalam darah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar medis pada penyakit penyakit ginjal kronik ?
2. Apa konsep dasar keperawatan pada penyakit penyakit ginjal kronik?
3. Bagaimana contoh kasus penakit ginjal kronik?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui konsep dasar medis pada penyakit penyakit ginjal
kronik
2. Dapat mengetahui konsep dasar keperawatan pada penyakit penyakit
ginjal kronik
3. Dapat mengetahui contoh kasus dari penyakit ginjal kronik

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medis


1. Defisini
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai
dengan abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih
dari 3 bulan. Penyakit ginjal kronik adalah penyimpangan progresif, fungsi
ginjal yang tidak dapat pulih yang dimana kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan serta elektrolit
mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremia.
2. Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit
ginjal kronis. Akan tetapi, apapun sebabnya respons yang terjadi adalah
penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan
dapat mengakibatkan penyakit ginjal kronis bisa disebabkan dari ginjal sendiri
dan di luar ginjal.
a. Penyakit dari ginjal, adalah sebagai berikut: glomerulonefritis, reteritis,
nerfolitiasis, lesi herediter seperti pada penyakit polikistik ginjal, trauma
langsung pada ginjal, keganasan pada ginjal, dan sumbatan seperti batu,
tumor, dan penyempitan atau striktur.
b. Penyakit di luar ginjal, sebagai berikut adalah: penyakit sistemik (diabetes
militus, Hipertensi tak terkontrol, dan kolesterol tinggi), infeksi, obat-
obatan dan luka bakar.
3. Manifestasi klinis
Pasien akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala, keparahan kondisi
bergantung pada tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, serta
usia pasien:
a. Kardiovaskuler: hipertensi, gagal ginjal kongestif, edema pulmonal, dan
perikarditis.

5
b. Dermatologi: gatal-gatal hebat (pruritus)
c. Gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, penurunan aliran
saliva, rasa haus, kehilangan kemampuan penghidu dan pengecap, serta
parotitis atau stomatitis.
d. Neuromuskular: perubahan tingkat kesadaran pada pasien, kacau mental,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.
e. Perubahan hematologi: kecenderungan perdarahan.
f. Keletihan dan letargik, sakit kepala, kelemahan umum, pasien secara
bertahap akan mengantuk, karakter pernapasan menjadi kussmaul, terjadi
koma dalam, sering dengan konvulsi (kedutan mioklonik), dan kedutan
otot.
4. Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronik di dasarkan atas dua hal yaitu atas dasar
derajat (stage) dari penyakit tersebut dan atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi derajat/stadium penyakit ginjal kronik berdasarkan laju filtrasi
glomerulus yaitu:
a. Stadium I yaitu kerusakan gunjal dengan LFG normal/meningkatnya (<90
ml/menit/1,73 m2)
b. Stadium II yaitu kerusakan ginjal dengan sedikit penurunan LFG (60-
89ml/menit/1,73 m2)
c. Stadium III yaitu kerusakan ginjal dengan penuruna sedang LFG (30-
59ml/menit/1,73m2)
d. Stadium IV yaitu kerusakan ginjal dengan penurunan besar LFG (15-
29ml/menit/1,73m2)
e. Stadium V yaitu gagal ginjal terminal dengan penurunan LFG
<15ml/menit/1,73m2

5. Patofisiologi

6
Penyakit ginjal kronis dimulai pada fase awal gangguan. Keseimbangan
cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan
bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang
dari 25% normal, manifestasi gagal ginjal kronik mungkin minimal karena
nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak.
Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi. Reabsorpsi dan
sekresinya, serta mengalami hipertrofi.
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang
tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut
ikut rusak dan akhinya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya
berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan
reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi
pembentukan jaringan parut dan aliran darah gagal ginjal akan berkurang.
Beberapa hal juga di anggap berperan terhadap terjadinya progresifitas
penyakit ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dan
dislipidemia.
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik,terjadi kehilangan daya
cadang ginjal, pada keadaan dimana basal LFG masih normal atau meningkat.
Kemudia secara perlahan, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang
progresif, yang di tandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum.Sampai LFG sebesar 60% pasien masih belum merasakan keluhan
(asimptomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 30% terjadi keluhan pada pasien seperti
nokturia,badan lemah, mual,muntah, nafsu makan berkurang dan penurunan
berat badan.Sampai pada LFG kurang 30% pasien memperlihatkan dengan
tanda dan gejalah uremia yang nyata seperti hipertensi,gangguan metabolisme
posfor dan kalsium, pruritus, dan lain sebagainya.pasien juga mudah terkena
infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, dan infeksi saluran
cerna serta aan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau

7
hipervolumia,gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan
kalium.pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih
serius dan pasien suda memerlukan terapi pengganti ginjal seperti dialisis atau
transplantasi ginjal .

6. Pathway

Penyakit dari ginjal dan penyakit di luar ginjal


8
Mekanisme konpensasi dan adaptasi dari nefron
menyebabkan kematian nefrin serta meningkatkan
pembentukan jaringan parut dan aliran darah dari ginjal

Lfg menurun

Gagal ginjal kronik

Penimbunan asam dalam


Retensi cairan dan penumpukan cairan
cairan tubuh
elektrolit pada abdomen

Nyeri abdomen Asidosis metabolik


Cairan menumpuk pada
jaringan

Pernafasan kusmaul
Kelebihan Edema Nyeri akut
volume cairan
Pola napas tidak
efektif
Lemah dalam
beraktivitas

Intoleransi aktivitas

7. Komplikasi
Adapun komplikasi penyakit ginjal kronis yaitu:

9
a. Hiperkalemia atau kelebihan kalium
b. Edema atau pembengkakan paru-paru
c. Asidosis atau tingginya kadar asam dalam tubuh
d. Ensefalopati atau gangguan pada otak
e. Anemia dipicu oleh kerusakan ginjal
8. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan dilakukan untuk menjaga keseimbangan dan
mencegah komplikasi, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut
yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimiayang menyebabkan cairan, protein dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas serta menghilangkan
kecenderungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
b. Koreksi hiperkalemi. Mengendalikan kalium darah sangat penting karena
hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang
harus diingat jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan
memeriksakan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosa dengan EEG
dan EKG bila terjadi hiperkalemia maka pengobatannya adalah dengan
mengurangi intake kalium, pemberian Na, bikarbonat, dan pemberian
infus glukosa.
c. Koreksi anemia. Usaha pertama harus ditunjukkan untuk mengatasi faktor
defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat
diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat
meninggikan Hb.
d. Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral.
Pada permulaan 100mEq natrium bikarbonat diberi intravena perkahan-
lahan jika diperukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal
dapat juga mengatasi asidosis.

10
e. Pengendalian hipertensi. Pemberian obat betabloker, alpametildopa, dan
fasobilator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan
hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi
natrium.
f. Transplasi ginjal. Dengan pencakokan ginjal yang sehat ke pasien gagal
ginjal kronis, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
9. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto polos abdomen dilakukan untuk menilai bentuk dan besar ginjal
(adanya batu atau adanya suatu obstuksi). Dehidrasi akan memperburuk
keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
b. Intravena pielografi (IVP) dilakukan untuk menilai sistem pelviokalises
dan ureter. Pemeriksaan ini mempunyai resiko penuruna faal ginjal pada
keadaan tertentu, misalnya: usia lanjut, diabetes melitus, dan nefropati
asam urat.
c. USG dilakukan untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim
ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih dan prostat.
d. Renogram dilakukan untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi
dari gangguan (vaskular, parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal.
e. EKG dilakukan untuk melihat kemungkinan: hipertertropi ventrikel kiri,
tanda-tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit.
10. Prognosis
a. Umur <40 tahun mulai program HD mempunyai masa hidup lebih panjang
yaitu mencapai kurang lebih 20 tahun. Sebaliknya umur lanjut >55 tahun
kemungkinan terdapat komplikasi sistem kardiovaskuler lebih besar.
b. Saat rujukan terlambat memberi kesempatan timbul gambaran klinik berat
seperti koma, dan perkarditis yang sulit dikendalikan dengan tindakan HD.
c. Beberapa penyakit dasar seperti lupus, amiloid, dan diabetes melitus
dapat mempengaruhi masa hidup. Hal ini berhubungan dengan penyakit

11
dasarnya sudah berat maupun kemungkinan timbul komplikasi akut atau
kronik selama HD.
d. Hipertensi berat dan sulit dikendalikan sering merupakan faktor resiko
vaskuler (kardiovaskuler dan serebral).
e. Banyak faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan selama program HD,
misalnya dari segi ekonomi/finansial dan kepribadian pasien.

11. Pendidikan kesehatan

a. Diet tinggi kalori dan rendah protein


b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
c. Kontrol hipertensi
d. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
e. Detensi dini dan terapi infeksi
f. Dialisis (cuci darah)
B. Konsep dasar keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway : Penilaian akan kepatenan jalan napas, Meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada
klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih.
Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan seperti
snoring, dll.
2) Breathing : Frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernafasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas
tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
3) Circulation : Dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac
output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, nadi.

12
4) Disability : Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Penurunan kesadaran
dapat disebabkan penurunan oksigenasi atau penurunan perfusi ke otak
atau di sebabkan trauma langsung pada otak. Penurunan kesadaran
menuntut dilakukannya reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi,
ventilasi dan perfusi.
5) Exposure : Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar
dapat diketahui kelainan atau cedera yang berhubungan dengan
keseimbangan cairan atau trauma yang mungkin di alami oleh klien.
b. Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
1) Anamnesis meliputi :
a) Biodata klien
b) Alasan masuk RS
c) Keluhan utama
d) Riwayat pengkajian nyeri
e) Riwayat kesehatan (sekarang dan sebelumnya)
f) Riwayat kesehatan keluarga
g) Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual
2) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum klien
b) Vital sign
c) Pengkajian head to toe
d) Pemeriksaan diagnostik
e) Penatalaksanaan medis/terapi
2. Diagnosa
a. Pola nafas tidak efektif
b. Nyeri akut
c. Kelebihan volume cairan

13
d. Intoleransi aktivitas
3. Intervensi
a. Pola nafas tidak efektif
1) Posiskan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (posisi semi fowler)
2) Lakukan fisioterapi dada jika perlu (terapi oksigen)
3) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
4) Pertahankan jalan napas yang paten
5) Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk
memperbaiki pola napas (teknik nafas dalam)
b. Nyeri Akut
1) kaji skala nyeri
2) kaji TTV
3) berikan posisi yang nyaman
4) ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
5) ajarkan manejemen nyeri untuk mengurangi rasa nyeri
6) berikan obat sesuai instruksi dokter
c. Kelebihan volume cairan
1) Kaji status cairan dengan menimbang berat badan
2) Batasi masukan cairan
3) Tingkatkan dan dorong hygine oral dengan sering
4) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
5) Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan
cairan

d. Intoleransi aktivitas
1) Kaji faktor yang menimbulkan kelelahan .
2) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat
ditoleransi : bantu jika kelelahan terjadi
3) Anjurkan aktivitas alternative sambil istrahat

14
4) Anjurkan untuk beristrahat setelah dialysis

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari


tindakan keperawatan pada pasien.Evaluasi ada dua macam yaitu :

a. Evaluasi proses atau evaluasi formatif,yang dilakukan setiap selesai


melaksanakan tindakan.

b. Evaluasi hasil atau sumatif,yang dilakukan dengan membandingkan respon


pasien pada tujuan khusus dan umumnya yang telah ditetapkan.

BAB III

CONTOH KASUS

Contoh Kasus

15
Tn.A usia 58 tahun datang ke UGD dengan keluhan utama tangan dan kakinya
bengkak sudah 5 bulan sebelum masuk RS,dan keluhan ini menetap dan di
rasakan semakin parah.Pasien juga mengatakan bahwa perutnya bengkak dan
terasa berisi cairan.Dan pasien juga mengatakan merasa badannya terasa lemas
sehingga membuatnya tidak bisa beraktivitas.Serta pasien mengatakan sangat
nyeri pada bagian kepala karena merasa tekanan darahnya meningkat.Pada
pemeriksaan Fisik di dapatkan keadaan umum lemas,kesadaran composmentis,
tekanan darah 160/100 mmHg,nadi 96x/menit, pernafasan 26x/menit, suhu
37,2oC.Pasien Mengatakan memiliki riwayat Hipertensi.
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
1) Airway : Tidak ada sumbatan jalan nafas
2) Breathing : Pola nafas Efektif
3) Circulation : Tekanan Darah 160/100mmHg dan tidak
ada tanda-tanda pendarahan
4) Disability : Composmentis (E4 V5 M6),edema pada
ekstremitas Atas dan bawah
5) Eksposure : Edema Pada Ekstremitas atas dan bawah
2. Pengkajian Sekunder
a. Anamnese meliputi :
1) Biodata Klien
Nama : Tn.A
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku : Bugis
Alamat : Jl. Jendral Sudirman
Pendidikan : SMA
Status perkawinan : Kawin

16
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Sumber informasi : Pasien
2) Alasan masuk RS : Pasien juga mengatakan bahwa perutnya
bengkak terasa berisi cairan dan nyeri pada saat di tekan.Dan pasien
juga mengatakan badannya terasa lemas sehingga membuatnya tidak
bisa beraktivitas.
3) Keluhan utama : Kaki dan tangan Bengkak
4) Riwayat pengkajian Nyeri :
P : Pada saat Ditekan
Q: tertusun-tusuk
R : Dibagian Perut
S:4
T : Intermitten
5) Riwayat kesehatan Sekarang : Kaki dan tangan Bengkak,Perut bengkak
dan terasa berisi cairan,dan nyeri pada saat di tekan,merasa sesak
nafas,badan lemas.
6) Riwayat kesehatan keluarga : Klien mengatakan ada riwayat
Hipertensi
7) Riwayat bio-psiko-sosio-spiritual : Klien mengatakan memiliki
hubungan baik dengan keluarganya ,selama di rawat klien tetap
beribadah.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Klien : Klien Nampak lemas .
2) Vital Sign : TD 160/100 mmHg, Nadi 96x/menit, Pernafasan 26x/menit,
suhu 37,2oC.
3) Pemeriksaan Head to toe :
a) Kepala : Normocephal
Rambut : berwarna Hitam,Rambut Pendek

17
Wajah : bentuk wajah simetris, ekspresi wajah meringis,tidak
ada pembengkakan pada wajah
Mata : Konjungtiva anemis
Hidung : tidak ada secret, tidak ada nyeri tekan
Mulut : Mukosa mulut lembab
b) Leher : Tidak ada pembengkakan getah Bening
c) Thoraks
Paru
Inspeksi : jejas (-),simetris,frekuensi nafas 26x/menit, jenis
pernafasan torakoabdominal.
Palpasi : fremitusvocal (+)
Perkusi : sonor (+) pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : teraba pada SIC V1 jari lateral midklavikula sinistra
Auskultasi : tidak ada murmur dan gallop
Abdomen
Inspeksi : perut kembung
Palpasi : terdapat nyeri tekan
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : shifting dullness (+)
Ekstremitas : akral hangat terdapat edema

DS/DO Diagnosa

18
DS : klien mengatakan nyeri Nyeri Akut
pada bagian perut pada saat di
tekan
DO : klien Nampak meringis

DS :1. Klien mengatakan Kelebihan Volume Cairan


terdapat edema pada kaki dan
tangan.
2. klien mengatakan perut
kembung,terasa berisi cairan
DO : Nampak Edema pada
bagian kaki dan tangan.

DS : Klien mengatakan Intoleransi Aktivitas


badannya lemas sehingga tidak
mampu melakukan aktivitas
DO : klien Nampak lemas

B. Diagnosa
1. Nyeri akut
2. Kekurangan volume cairan
3. Intoleransi aktivitas
C. Intervensi
1. Nyeri akut
a. kaji skala nyeri
b. kaji TTV
c. berikan posisi yang nyaman
d. berikan obat sesuai instruksi dokter
2. Kelebihan volume cairan

19
a. kaji status cairan dengan menimbang berat badan
b. batasi masukan cairan
c. tingkatkan dan dorong hygine oral dengan sering
3. Intolerasi aktivitas
a. kaji faktor yang menimbulkan kelelahan .
b. tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat
ditoleransi : bantu jika kelelahan terjadi
c. anjurkan aktivitas alternative sambil istrahat
d.anjurkan untuk beristrahat setelah dialisis

D.Implementasi

1. Nyeri akut
a. Mengkaji skala nyeri
b.Mengkaji TTV
c. Memberikan posisi yang nyaman
d. Memberikan obat sesuai instruksi dokter
2. Kelebihan volume cairan
a. Mengkaji status cairan dengan menimbang berat badan
b. Membatasi masukan cairan
c. Meningkatkan dan dorong hygine oral dengan sering
3. Intolerasi aktivitas
a. Mengkaji faktor yang menimbulkan kelelahan .
b. Meningkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat
ditoleransi : bantu jika kelelahan terjadi
c.Mengaanjurkan aktivitas alternative sambil istrahat
d.Menganjurkan untuk beristrahat setelah dialysis.

BAB IV

20
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal ginjal kronis adalah gegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolic (toksik
uremik) di dalam darah.

B. Saran
Hindari keseringan memakan makan yang instan atau yang tidak higienis
seperti junk food dan fast food serta makanan yang mengandung sodium,
natrium, msg dan lain sebagainya. Makanan tersebut menjadi faktor resiko
penyakit gagal ginjal dan komplikasinya. Apabila mengalami gagal ginjal
maka secara tidak langsung akan mengusik kenyamanan hidup dan
mempengaruhi keadaan ekonomi, biaya untuk dialisis dan transplantasi ginjal
bukanlah biaya yang sedikit. Jadi hiduplah sehat mulai dari sekarang dan
jangan menunda lagi.

DAFTAR PUSTAKA

21
Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan NANDA NIC-NOC. Jogyakarta. Mediaction
Baughman Diane C., Hackley Joan C..2000. Keperawatan Medikal Bedah: buku
saku untuk Barner dan Suddarth. Jakarta. Buku Kedokteran EGC
Black Joyce M., Hawks H. Jane.2014. Keperawatan Medikla Medah. Singapura.
Elsevier.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/10862
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/574
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=crhonic+kidney+disaese

22

Anda mungkin juga menyukai