MENU
Won blog's
MENYETUBUHI istri temanku SELAMA 3 JAM nonstop saat suami bekerja! Metode mudah
MENYETUBUHI istri temanku SELAMA 3 JAM nonstop saat suami bekerja! Metode mudah
Usiaku 70 tahun, aku menyetubuhi teman-teman cucuku! Saat aku memperbesar penis
Usiaku 70 tahun, aku menyetubuhi teman-teman cucuku! Saat aku memperbesar penis
Kejantanan luar biasa! Untuk ngeseks 10 kali semalam, campur ini dalam air...
Kejantanan luar biasa! Untuk ngeseks 10 kali semalam, campur ini dalam air...
Ingin tetap keras dan setubuhi DIA 3 jam! Baca metode tradisional ini
Ingin tetap keras dan setubuhi DIA 3 jam! Baca metode tradisional ini
MAKALAH KELOMPOK 3
1. Zainal arifin
2. Abdul rokhim
4. Wiryo
SEMARANG
2013
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik adalah suatu komplikasi akut dari diabetes melitus di mana
penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang
dan suatu keadaan yang disebut koma. Ini terjadi pada penderita diabetes tipe II (www.wikipedia.com)
Hyperglikemia, Hiperosmolar Non Ketogenik adalah sindrom berkaitan dengan kekurangan insulin secara
relative, paling sering terjadi pada penderita DM. Secara klinik diperlihatkan dengan hiperglikemia berat
yang mengakibatkan hiperosmolar dan dehidrasi, tidak ada ketosis/ada tapi ringan dan gangguan
neurologis
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis adalah keadaan koma akibat dari komplikasi diabetes melitus di
mana terjadi gangguan metabolisme yang menyebabkan: kadar gula darah sangat tinggi, meningkatkan
dehidrasi hipertonik dan tanpa disertai ketosis serum, biasa terjadi pada DM tipe II.
Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik ialah suatu sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia
berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, disertai penurunan kesadaran (Mansjoer, 2000).
Menurut Hudak dan Gallo (edisi VI) koma hiperosmolar adalah komplikasi dari diabetes yang ditandai
dengan :
2. Asidosis ringan.
B. ETIOLOGI
1. Insufisiensi insulin
a. Hiperalimentation (tpn)
6. Pembedahan/operasi.
8. Luka bakar.
Faktor risiko:
4. Riwayat keluarga DM
8. Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa
Terganggu) (http://endokrinologi.freeservers.com)
C. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala umum pada klien dengan HONK adalah haus, kulit terasa hangat dan kering, mual dan
muntah, nafsu makan menurun (penurunan berat badan), nyeri abdomen, pusing, pandangan kabur,
banyak kencing, mudah lelah, polidipsi, poliuria, penurunan kesadaran, (www.tabloid-nakita.com).
Gejala-gejala meliputi :
7. Hiperatremia.
9. Osmolaritas serum tinggi dengan gejala SSP minimal (disorientasi, kejang setempat).
D. PATOFISIOLOGI
Sindrome Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik mengambarkan kekurangan hormon insulin dan
kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan glukosa ke dalam
sel, sehingga terjadi akumulasi glukosa di plasma. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan
glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar glukosa plasma. Peningkatan kadar glukosa
mengakibatkan hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan menarik cairan intraseluler ke dalam
intra vaskular, yang dapat menurunkan volume cairan intraselluler. Bila klien tidak merasakan sensasi
haus akan menyebabkan kekurangan cairan.
Tingginya kadar glukosa serum akan dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul glycosuria yang dapat
mengakibatkan diuresis osmotik secara berlebihan ( poliuria ). Dampak dari poliuria akan menyebabkan
kehilangan cairan berlebihan dan diikuti hilangnya potasium, sodium dan phospat.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah
meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas
untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring
dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air
maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan
glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi
intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun mengakibatkan sekresi
hormon lebih meningkat lagi dan timbul hiperosmolar hiperglikemik.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-
sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena
digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga
menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium sangat membantu untuk membedakan dengan ketoasidosis diabetic. Kadar
glukosa darah > 600 mg%, aseton negative, dan beberapa tambahan yang perlu diperhatikan : adanya
hipertermia, hiperkalemia, azotemia, kadar blood urea nitrogen (BUN): kreatinin = 30 : 1 (normal 10:1),
bikarbonat serum > 17,4 mEq/l. Bila pemeriksaan osmolalitas serum belum dapat dilakukan, maka dapat
dipergunakan formula.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Primery Survey
a. Air way
Kemungkinan ada sumbatan jalan nafas, terjadi karena adanya penurunan kesadaran / koma sebagai
akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.
b. Breathing
c. Circulation
Sebagai akibat diuresis osmotik, akan terjadi dehidrasi. Visikositas darah juga akan mengalami
peningkatan, yang berdampak pada resiko terbentuknya trombus. Sehingga akan menyebabkan tidak
adekuatnya perfusi organ.
d. Disability
2. Sekunder Survey
Bilamana managemen ABC menghasilkan kondisi yang stabil, perlu pengkajian dengan
menggunakan pendekatan head to toe. Dari pemeriksaan fisik ditemukan pasien dalam keadaan apatis
sampai koma, tanda-tanda dehidrasi seperti turgor turun disertai tanda kelainan neurologis, hipotensi
postural, bibir dan lidah kering, tidak ada bau aseton yang tercium dari pernapasan.
a) Pemeriksaan fisik (Mata : cekung, wajah : pucat, hidung : tidak terdapat cuping hidung)
b) Neurologi (Stupor, lemah, disorientasi, kejang, reflek normal, menurun atau tidak ada.
f) Integumentary (Membran mukosa dan kulit kering, turgor kulit tidak elastis, mempunyai infeksi
kulit, luka sulit sembuh.
3. Tersier Survey
A. Riwayat Keperawatan
a) Persepsi-managemen kesehatan
- Riwayat DM tipe II
- Riwayat keluarga DM
b) Nutrisi – metabolik
- Anorexia
c) Eliminasi
- Poliuria, nocturia.
d) Aktivitas – exercise
- lelah, lemah.
e) Kognitif
- Penglihatan kabur.
- Gangguan sensorik.
B.Pemeriksaan Diagnostik
d) BUN dan creatinin serum à meningkat karena dehidrasi atau ada gangguan renal.
f) pH > 7,3.
B. Prioritas Masalah.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat: gangguan
membran mukosa mulut
Diagnosa
NANDA
Tujuan
NOC
Rencana Tindakan
NIC
1. Resiko ketidakseimbangan
Nadi : bayi : 140/menit anak 2th: 120/menit, anak 4th: 100/menit, anak 10-14th:85-90/menit. Laki-laki
dewasa: 60-70/menit Premp.dewasa: 70-85/menit.
Tekanan darah
(RR): umur : 110/75 mmHg, umur 30-40th: 125/85 mmHg, umur 40-60th: 140/90mmHg.
Manajemen Cairan
-Berikan cairan oral/parenteral sesuai indikasi (sesuai kondisi umum, usia, kasus penyakit)
-Monitor kelembaban membran mukosa, adanya peningkatan suhu tubuh, usia lanjut
-kolaborasi pemberian terapi: obat, cairan intravena, dan pemeriksaan elektrolit: Na, Ca, Cl, K, Mg
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat:
gangguan membran mukosa mulut
Data Subyektif :
Data Obyektif: penurunan turgor kulit, membran mukosa mulut/ kulit kering, nadi meningkat TD
menurun.
Nadi : bayi : 140/menit anak 2th: 120/menit, anak 4th: 100/menit, anak 10-14th:85-90/menit. Laki-laki
dewasa: 60-70/menit Premp.dewasa: 70-85/menit.
Tekanan darah
(RR): umur : 110/75 mmHg, umur 30-40th: 125/85 mmhg, umur 40-60th: 140/90mmHg.
Manajemen cairan
-Diare, drainase luka, diaforesis (banyak keringat), pengisapan nasogastrik, perdarahan IWL
-Monitor status hidrasi: kelembaban membran mukosa, nadi suhu, respirasi dan tekanan darah
-Kolaborasi pemberian cairan intravena, pemasangan NGT, douwer kateter clan pemeriksaan elektrolit
Manajemen hipovolumia
-Identifikasi faktor yang berkontribusi terhadap bertambah buruknya dehidrasi: demam, stres, obat-
obatan
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hudak dan Gallo. 2001. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, edisi VI, volume II. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 4.. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medika-bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8..
Jakarta: EGC.
Asman. 1996. .Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: balai penerbit FKUI.
SHARE THIS
ARTIKEL TERKAIT:
Emoticon
LIRIK LAGU GETUN MBURI
Getun Mburi Pangapuranen aku sing wis ngelarani atimu Aku getun ngucap pisah sing wes gawe bubrah
Saiki aku keroso sakwise sli...
Popular Posts
PopularArsip
Pathway Fraktur
Pathway Fraktur
loading...
REPORT ABUSE
Technology
TOTAL PAGEVIEWS
23,652
RECENT COMMENTS
Cari Artikel....
TOP STORIES
loading...
TRANSLATE
PAGES
Home
Penis kakek itu seperti kuda dan bisa tahan seks 3 jam! Sebelum berhubungan dia
Penis kakek itu seperti kuda dan bisa tahan seks 3 jam! Sebelum berhubungan dia
Sekarang dia ejakulasi 4 sekali selama ngeseks! Semua kasur basah ...Ini alat
Sekarang dia ejakulasi 4 sekali selama ngeseks! Semua kasur basah ...Ini alat
Varises lenyap dalam 36 jam, sebelum tidur oleskan kaki dengan...
Home
Iklan Sidebar
POSTING TERBARU
FLICKR
Copyright © 2015 Won blog's - Blogger Templates Template by Arlina Design - Sponsored by
Caramenghilangkanmembuat | DesignsRock
Blog ini merupakan bentuk inisiatif dari saya untuk berbagi dengan teman-teman yg membutuhkan
informasi & isi dari blog ini hanyaLah seberKas catatan KuLiah dari saya selaku pemiLik Blog ini....!!!
LP Hiperglikemia Hiperosmolaritas Non Ketotik (HHNK)
KONSEP DASAR
A. Definisi
HHNK (hiperglikemia hiperosmolaritas non ketotik) merupakan suatu komplikasi yang sering terjadi pada
diabetes mellitus tipe dua yang tak terkontrol. HHNK terjadi pada 5 dan 15% pada dewasa serta anak –
anak yang mengalami kedaruratan diabetes hiperglikemik. Kondisi ini biasanya terjadi pada pasien muda
diikuti dengan stress akut pada sepsis atau trauma, penggunaan beberapa obat dan kondisi lain tanpa
hal – hal yang mendasari diabetes mellitus tipe dua. (Venkatraman, 2006)
HHNK merupakan sindrom yang ditandai oleh hiperglikmia ekstrim dan deplesi volume intravaskular
tanpa ketonemia dan dengan asidosis dan ketonuria yang minimal atau tidak ada. Influenza atau
pneumonia bakterial dapat mencetuskan terjadinya HHNK pada pasien diabetes mellitus tipe dua.
(Stillwell, 2011).
HHNS atau Hyperosmolar Hyperglicemic Nonketotic Syndrome adalah kondisi serius yang banyak terjadi
pada orang tua. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang menderita diabetes tipe 1 ataupun 2 yang
tidak terkontrol secara baik,tapi lebih sering terjadi pada diabetes tipe 2. HHNS biasanya juga diikuti
dengan kondisi lain seperti infeksi (American Diabetes Association, 2013).
B. Etiologi
HHNK berkaitan dengan banyak faktor seperti ketidakadekuatan insulin, stres, perubahan diet atau
pengenalan obat baru pada regimen sehari-hari pasien yang mencakup kortikosteroid, diuretik tiazid,
furosemid, interferon, suplemen kalium, fenitoin natrium, dan propranolol pada pasien diabetes melitus.
Stresor fisiologis pencetus tersebut menyebabkan gangguan metabolisme tubuh sehingga tubuh tidak
mempunyai insulin yang cukup untuk mencegah hiperglikemia,namun mempunyai insulin endogen yang
cukup untuk mencegah lipolisis dan ketosis. (Stillwell, 2011).
C. Patofisiologi
Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik mengambarkan kekurangan hormon insulin dan kelebihan
hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel,
sehingga terjadi akumulasi glukosa di plasma. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan
glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar glukosa plasma. Peningkatan kadar glukosa
mengakibatkan hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan menarik cairan intraseluler ke dalam
intra vaskular yang dapat menurunkan volume cairan intraselluler dan akan menyebabkan kekurangan
cairan.
Tingginya kadar glukosa serum akan dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul glycosuria yang dapat
mengakibatkan diuresis osmotik secara berlebihan ( poliuria ). Dampak dari poliuria akan menyebabkan
kehilangan cairan berlebihan dan diikuti hilangnya potasium, sodium dan phospat.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah
meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas
untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring
dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air
maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan
glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi
intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun mengakibatkan sekresi
hormon lebih meningkat lagi dan timbul hiperosmolar hiperglikemik.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-
sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena
digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh. Kegagalan tubuh mengembalikan ke situasi
homestasis akan mengakibatkan hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi
berat. Disfungsi sistem saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke otak dan cenderung menjadi
koma (Setyohadi,2010).
D. WOC
E. Manifetasi Klinis
Pasien dengan HHNK umumnya berusia lanjut dan pasien DM tipe 2 yang mendapat pengaturan diet dan
atau obat hipoglikemik oral. Seringkali dijumpai penggunaan obat yang semakin memperberat
masalah,misalnya diuretik.
Keluhan pasien HHNK ialah rasa lemah,gangguan penglihatan atau kaki kejang. Dapat pula ditemukan
keluhan mual muntah, namun lebih jarang jika dibandingkan dengan KAD. Kadang pasien datang dengan
disertai keluhan saraf seperti letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang, atau koma.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda dehidrasi berat seperti turgor yang buruk,mukosa pipi
yang kering, mata cekung, perabaan ektremitas yang dingin dan denyut nadi yang cepat dan lemah.
Dapat pula ditemukan peningkatan suhu yang tak terlalu tinggi. Akibat gastroparesis dapat pula dijumpai
distensi abdomen yang membaik setelah rehidrasi adekuat.
Perubahan status mental dapat berkisar dari disorientasi sampai koma. Derajat gangguan neurologis
yang timbul berhubungan secara langsung dengan osmolaritas efektif serum. Koma terjadi saat
osmolaritas serum mencapai lebih dari 350 mOsm per kg(350 mmol per kg). Kejang ditemukan pada 25%
pasien dan dapat berupa kejang umum, lokal, maupun mioklonik. Dapat juga terjadi hemiparesis yang
bersifat reversibel dengan koreksi defisit cairan.
Secara klinik HHNK akan sulit dibedakan dengan KAD terutama bila hasil laboratorium seperti
konsentrasi glukosa darah, keton dan analisis gas darah belm ada hasilnya. Berikut ini gambaran tanda
dan gejala yang membedakan keduanya:
1. Sering ditemukan pada usia lanjut yaitu usia lebih dari 60 tahun.
3. Mempunyai penyakit dasar lain, ditemukan 85% mengidap penyakit ginjal atau
kardiovaskuler,pernah ditemukan penyakit akromegali, tirotoksikosis, dan penyakit cushing.
4. Sering disebabkan oleh obat-obatan antara lain kortikosteroid, diuretik tiazid, furosemid, interferon,
suplemen kalium, fenitoin natrium, dan propranolol.
F. Pemeriksaan penunjang
Temuan laboratrium awal pada pasien dengan HHNK adalah konsentrasi glukosa darah yang sangat tinggi
(>600 mg per dl) dan osmolaritas serum yang tinggi (>320 mOsm per kg air ( normal 290 ±5)), dengan
pH lebih besar dari 7,30 dan disertai dengan ketonemia ringan atau tidak. Separuh pasien akan
menunjukkan asidosis metabolik dengan anion gap yang ringan (10-12). Jika anion gap nya berat (>12),
harus dipikirkan diagnosis diferensial asidosis laktat atau penyebab lain. Muntah dan penggunaan
diuretik tiazid dapat menyebabkan alkalosis metabolik yang dapat menutupi tingkat keparahan asidosis.
Konsentrasi kalium dapat meningkat atau normal. Konsentrasi kreatinin, blood urea nitrogen (BUN), dan
hematokrit hampir selalu meningkat. HHNK menyebabkan tubuh banyak kehilangan berbagai macam
elekttrolit (Setyohadi,2010).
Konsentrasi natrium harus dikoreksi jika konsentrasi glukosa darah pasien sangat meningkat. Jenis cairan
yang diberikan tergantung dengan dari onsentrasi natrium yang sudah dikoreksi, yang dapat dihitung
dengan rumus :
(mEq/L) 100
No.
Elektrolit
Hilang
1.
Natrium
2.
Klorida
3-7 mEq pr kg
3.
Kalium
4.
Fosfat
5.
Kalsium
6.
Magnesium
7.
Air
Tabel 1 : Kehilangan elektrolit pada HHNK (dikutip dari Stoner,Hyperglicemic hyperosmolar state,
American Academic of Family Physican).
G. Penatalaksanaan HHNK
Penatalaksanaan HHNK serupa dengan KAD, hanya cairan yang diberikan adalah cairan hipotonis (1/2N,
2A). Pemantauan konsentrasi glukosa darah harus lebih ketat, dan pemberian insulin harus lebih cermat
dan hati-hati. Respon penurunan konsentrasi glukosa darah lebih baik. Walaupun demikian, angka
kematian lebih tinggi, karena lebih banyak terjadi pada usia lanjut,yang tentu sajaebih banyak isertai
kelainan organ-organ yang lainnya. Penatalaksanaan HHNK memerlukan monitoring ketat terhadap
kondisi pasien dan responnya terhadap terapi yang diberikan. Pasien-pasien tersebut harus dirawat dan
sebagian besar dirawat di ruang rawat intensif atau intermediate. Penatalaksanaan HHNK meliputi lima
pendekatan yakni rehidrasi intravena agresif, penggantian elektrolit, pemberian insulin intravena,
diagnosis dan manajemen faktor pencetus dan penyakit peserta, dan pencegahan (Setyohadi,2010).
1. Cairan
Langkah pertama dan terpenting dalam penatalaksanaan HHNK adalah penggantian cairan yang agresif,
dimana sebaiknya dimulai dengan mempertimbangkan perkiraan defisit cairan (biasanya 100-200 ml per
kg, atau total rata-rata 9 liter). Penggunaan cairan isotonik akan dapat menyebabkan overload cairan dan
cairan hipotonik mungkin dapat mengkoreksi defisit cairan terlalu cepat dan potensial menyebabkan
kematian dan lisis mielin difus. Sehingga pada awalnya sebaiknya diberikan 1 liter normal saline per jam.
Jika pasien mengalami syok hipovolemik,mungkin diberikan plasma expenders. Jika pasien dalam
keadaan syok kardiogenik, maka diperlukan monitor hemodinamik.
Pada orang dewasa resiko edema serebri rendah sedangkan konsekuensi dari terapi yang tidak memadai
meliputi oklusi vaskular dan peningkatan mortalitas. Pada awal terapi konsentrasi glukosa darah akan
menurun,bahkan sebelum insulin diberikan, dan hal ini dapat menjadi indikator yang baik akan cukupnya
terapi cairan yang diberikan. Jika konsentrasi glukosa darah tidak bisa diturunkan sebesar 75-100 mg per
dl per jam, hal ini biasanya menunjukkan penggantian cairan yang kurang atau gangguan ginjal (Sudoyo,
2010).
2. Elektrolit
Kehilangan kalium tubuh total seringkali tidak diketahui pasti, karena konsentrasi kalium dalam tubuh
dapat normal atau tinggi. Konsentrasi kalium yang sebenarnya akan terlihat ketika diberikan insulin,
karena ini akan mengakibatkan kalium serum masuk ke dalam sel. Konsentrasi elektrolit harus dipantau
terus-menerus dan irama jantung pasien juga harus dimonitor.
Jika konsentrasi kalium awal <3,3 mEq per liter (3,3 mmol per liter), pemberian insulin ditunda dan
diberikan kalium (2/3 kalium klorida dan 1/3 kalium fosfat sampai tercapai konsentrasi kalium setidaknya
3,3 mEq per liter). Jika konsentrasi kalium lebih besar dari 5,0 mmol per liter, konsentrasi kalium harus
diturunkan sampai dengan dibawah 5,0 mEq per liter,namun sebaiknya konsntrasi kalium dimonitor
setiap dua jam. Jika konsentrasi kalium antara 3,3-5,0 mEq per liter, maka 20-30 mEq kalium harus
diberikan dalam tiap liter cairan intravena yang diberikan (2/3 kalium klorida dan 1/3 kalium fosfat)
untuk mempertahankan konsentrasi kalium antara 4,0 mEq per liter dan 5,0 mEq per liter (Sudoyo,
2010).
18
3. Insulin
Hal yang penting dalam pemberian insulin adalah perlunya pemberian yang cairan yang adekuat terlebih
dahulu. Jika insulin diberikan sebelum pemberian cairan, maka cairan akan berpindah ke intrasel dan
berpotensi menyebabkan perburukan hipotensi, kolaps vaskular, atau kematian. Insulin sebaiknya
diberikan dengan bolus awal 0,15 U/kgBB secara intravena dan diikuti dengan drip 0,1 U/kgBB per jam
sampai konsentrasi glukosa darah turun antara 2 50 mg per dl sampai 300 mg per dl. Jika
konsentrasi glukosa dalam darah tidak turun 50-70 mg/dl per jam, dosis yang diberikan dapat
ditingkatkan. Ketika konsentrasi glukosa sudah mencapai di bawah 300mg/dl, sebaiknya diberikan
dektrosa secara intravena dan dosis insulin dititrasi secara sliding scale sampai pulihnya kesadaran dan
keadaan hiperosmolar (Sudoyo, 2010).
H. Komplikasi
Komplikasi dari terapi yang tidak adekuat meliputi oklusi vaskular, infark miokard, low-flow syndrome,
diaseminated intravascular coagulapathy dan rabdomiolisis. Overhidrasi dapat menyebabkan adults
respiratory distress syndrome dan edem serebri yang jarang ditemukan namun fatal bagi anak-anak dan
dewasa muda. Edema serebri ditatalaksana denga infus mnitol dengan dosis 1-2 g/kg BB selama 30
menit dan pemberian deksametason intravena. Memperlambat koreksi hiperosmolar pada anak-anak
dapat mencegah edema serebri hiperosmolar (Sudoyo, 2010).
I. Pencegahan
Hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan adalah perlunya penyuluhan mengenai pentingnya
pemantauan konsentrasi glukosa darah dan compliance yang tinggi terhadap pengobatan yang diberikan.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah adanya akses terhadap persediaan air. Jika pasien tinggal
sendiri, teman atau anggota keluarga terdekat sebaiknya secara rutin menengok pasien untuk
memperhatikan status mental dan kemudian menghubungi dokter jika hal tersebut ditemui. Pada
tempat perawatan, petugas yang terlibat dalam perawatan harus diberikan edukasi yang memadai
mengenai tanda dan gelaja HHNK dan juga edukasi mengenai pentingnya asupan cairan yang memadai
dan pemantauan yang ketat. Bagi pasien yang baru didiagnosa diabetes perawat perlu memberikan
informasi tentang patofisiologi penyait,tanda dan gejala komplikasi dan metode perawatan termasuk
obat-obatan, diet dan olahraga (Morton, 2012).
J. Prognosis
Prognosis HHNK biasanya buruk, tetapi sebenarnya kematian pasien bukan disebabkan sindrom
hiperosmolar sendiri namun oleh penyakit yang mendasari atau menyertainya. Angka kematian berkisar
antara 30-50%. Di negara maju dapat dikatakan penyebab utama kematian adalah infeksi, usia lanjut dan
osmolaritas darah yang tinggi. Di negara maju, angka kematian dapat ditekan menjadi sekitar 12%
(Sudoyo, 2010).
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Pasien biasanya akan mengeluhkan rasa lemah,gangguan penglihatan atau kaki kejang. Dapat pula
ditemukan keluhan mual muntah, namun lebih jarang jika dibandingkan dengan KAD. Kadang pasien
datang dengan disertai keluhan saraf seperti letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang, atau koma.
2. Riwayat Keperawatan
Pasien dengan riwayat penyakit diabetes melitus tipe 2,memiliki penyakit dasar lainnya seperti
akromegali,tirotoksikosis dan penyakit cushing. Terdapa juga riwayat penggunaan obat berupa
kortikosteroid, diuretik tiazid, furosemid, interferon, suplemen kalium, fenitoin natrium, dan propranolol.
Pasien sedikit mengantuk,mengonsumsi makanan dan minuman sedikit selama beberapa hari dan lebih
banyak tidur hingga sulit dibangunkan.
Pemeriksaan Fisik
1. Primary Survey
a. Airway
Kemungkinan adanya sumbatan jalan nafas yang terjadi karena adanya penurunan kesadaran/koma
sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.
b. Breathing
c.Circulation
Sebagai akibat diuresis osmotik, akan terjadi dehidrasi. Visikositas darah juga akan mengalami
peningkatan yang berdampak pada resiko terbentuknya trombus sehingga akan menyebabkan tidak
adekuatnya perfusi organ.
d. Disability
2. Secondary Survey
1) B1 breathing
- Tachypnae
- Dyspnae
2) B2 blood
- Tachicardia
- Hipotensi postural
3) B3 brain
Penurunan kesadaran dan ganguan status mental dari konfusi hingga koma
4) B4 blader
- Nocturia
- inkontinensia
5) B5 bowel
6) B6 bone
Pemeriksaan Diagnostik
4. BUN dan creatinin serum à meningkat karena dehidrasi atau ada gangguan renal.
6. pH > 7,3.
1. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d diuresis osmotik, ketidakmampuan mengonsumsi
cairan per oral, mual dan muntah
No
Intervensi
Rasional
1.
Periksa CVP, tekanan AP (jika memungkinkan) dan TD 15 menit selama resusitasi cairan
Menemukan tanda terjadinya hipovolemia yang dapat ditandai dengan tekanan darah sistolik pasien
yang turun lebih dari 10 mm Hg dari posisi berbaring ke posisi duduk atau berdiri serta mengevaluasi
respon pasien terhadap terapi.
2.
3.
Lakukan resusitasi cairan dengan menggunakan NS ≥ 1 liter/jam (pasien hipotensi dan takikardia) dan
D5W saat glukosa serum mencapai 250-300 mg/dl
Kaji ulang turgor kulit pada paha bagian dalam , kondisi membran bukal serta perkembangan edema dan
bunyi krekels.
5.
Kaji ulang tingkat kesadaran, denyut nadi perifer, suhu kulit dan kelembaban kulit
Mengetahui tingkat perfusi jaringan pasien setelah koreksi dan mecegah hipovolemia yang dapat
menyebabkan syok
6.
Kolaborasi :
2. Risiko cidera berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran sekunder akibat insufisiensi insulin
Kriteria Hasil :
No
Intervensi
Rasional
1.
Pasang sisi pengaman tempat tidur, kurangi stimulus lingkungan, atur tempat tidur pada posisi rendah
dan sediakan peralatan kedaruratan (jalan nafas oral, alat pengisap)
2.
Pertahankan kepala tempat tidur tetap tinggi (jika TD stabil) dan pertahankan selang NG
3.
Pada saat hiperglikemia dan kekurangan volume cairan dikoreksi, kalium akan bergeser ke intraseluler
sehingga mengakibatkan hipokalemia
4.
Kaji ulang status neurologis setiap 15-30 menit selama resusitasi cairan
5.
Kaji ulang pasien terkait perkembangan sekuele klinis (defisit neurologis dan syok hipovolemik)
6.
Untuk memnentukan keefektifan terapi. Tingkat kesadaran pasien akan membaik ketika terjadi
penurunan osmolalitas.
7.
Kolaborasi :
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah
No
Intervensi
Rasional
1.
Kaji kebutuhan energi pasien dengan kalorimetri tidak langsung (kebutuhan kalori pasien kritis
didasarkan berat badan aktual sekitar 20-30kcal/kg)
2.
3.
4.
Mencegah stomatitis yang dapat berpengaruh burukpada kemampuan pasien untuk makan
5.
6.
Ciptakan lingkungan yang menyenangkan : kebersihan tempat tidur, ketenangan dan rasa aman
Kriteria Hasil :
No
Intervensi
Rasional
1.
Perubahan tekanan CSS mungkin akan menjadi potensi adanya herniasi batang otak yang membutuhkan
tindakan medis segera.
2.
Berikan tindakan yang menimbulkan rasa nyaman (masase punggung, lingkungan yang tenang dan
sentuhan halus)
Pantau ada dan tidaknya reflek tertentu seperti menelan, batuk atau babinski
Menurunkan hipoksrmia yang dapat meningkatkan vasodilatasi dan volume darah serebral yang
meningkatkan TIK serta meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
5. Risiko infeksi b.d tingkat tirah baring yang lama dan penurunan kesadaran
Kriteria Hasil :
No
Intervensi
Rasional
1.
Gunakan teknik steril pada slang invasif, insisi, sistem slang dan drain, serta ikuti protokol pegendalian
infeksi pada saat penggantian area IV, balutan, slang dan larutan.
Menimimalkan pertumbuhan kuman dan bakteri pada alat-alat yang berhubungan langsung dengan
pasien
2.
Kaji ulang titik tekanan kulit, ubah posisi dan reposisi pasien, berikan sedikit pelembab, serta bersihkan
kulit dari feses dan urine
Melakukan perawatan kulit guna mencegah dekubitus, iskemia dan maserasi kulit
3.
4.
Berikan higiene pulmoner : batuk dan nafas dalam, fisioterapi dada dan spirometri intensif
5.
Lakukan pergantian wadah makanan pada selang GI (NG) dan kaji ulang abdomen
Mengurangi resiko masuknya kuman melalui wadah dan slang, mengetahui adanya distensi/perubahan
bising usus
6.
Periksa lekukan pada kateter, inspeksi meatus urinarius dan kaji ulang urine pasien
2. Setyohadi, dkk, 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed 5. Jakarta: FKUI
4. Sudoyo, dkk, 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed 5. Jakarta: FKUI
5. Morton, P,G., (2012). Critical care nursing : a holistic approach. Philadelphia, PA : Lippincott Williams
& Wilkins
Aroma napas manusia bisa digunakan sebagai petunjuk adanya masalah kesehatan pada tubuh. Sama
seperti gejala napas bau diabetes, bau amonia atau bau mulut yang busuk dapat berhubungan dengan
penyakit ginjal atau tanda anoreksia nervosa. Penyakit lain seperti asma, fibrosis sistik, kanker paru-paru,
dan penyakit hati juga dapat menyebabkan bau yang berbeda pada napas.
Dokter menggunakan bau mulut, atau juga disebut halitosis, untuk mengidentifikasi diabetes. Baru-baru
ini, para peneliti telah menemukan bahwa memeriksa napas menggunakan alat infra merah secara
efektif dapat mengidentifikasi apakah Anda memiliki gejala prediabetes atau bahkan diabetes stadium
awal. Selain itu, para peneliti di Western New England University sedang menguji breathalyzer yang
dapat mengukur kadar glukosa darah.
Halitosis atau bau mulut karena diabetes bisa disebabkan karena dua hal. Apa saja?
1. Penyakit periodontitis
Diabetes dan penyakit periodontitis (penyakit gusi) saling berhubungan, bahkan bisa membuat kondisi
keduanya semakin parah bila dibiarkan. Menurut sebuah laporan di IOSR Journal of Dental and Medical
Sciences, diperkirakan 1 dari 3 orang dengan diabetes juga akan mengalami penyakit periodontitis.
Penyakit jantung dan stroke, yang merupakan komplikasi dari diabetes, juga terkait dengan penyakit
periodontitis.
Diabetes dapat mengurangi aliran darah ke seluruh tubuh Anda, termasuk gusi Anda. Jika gusi dan gigi
tidak menerima asupan darah yang cukup, mereka bisa menjadi lemah dan lebih rentan terhadap infeksi.
Diabetes juga dapat meningkatkan kadar glukosa dalam mulut Anda, meningkatkan pertumbuhan
bakteri, infeksi, dan bau mulut. Keadaan menjadi lebih buruk, ketika gula darah tinggi Anda
menyebabkan tubuh sulit untuk melawan infeksi, yang membuat penyembuhan gusi menjadi sulit.
Penyakit periodontitis, juga disebut penyakit gusi, termasuk gingivitis, periodontitis ringan, dan
periodontitis lanjut. Dalam penyakit ini, bakteri menyerang jaringan dan tulang yang menyokong gigi
Anda. Hal ini dapat menyebabkan peradangan. Peradangan dapat mempengaruhi metabolisme dan
meningkatkan gula darah Anda, yang memperburuk diabetes. Jika Anda mengalami penyakit
periodontal, mungkin lebih susah dan makan waktu lebih lama untuk sembuh daripada orang tanpa
diabetes.
Bau mulut adalah tanda umum dari penyakit periodontitis. Tanda-tandanya termasuk:
gusi berdarah
gigi sensitif
gusi surut
Ketika tubuh Anda tidak dapat membuat insulin, sel-sel Anda tidak menerima glukosa yang mereka
butuhkan untuk dijadikan energi. Untuk mengimbanginya, tubuh Anda beralih ke cadangan energi lain,
yaitu dengan membakar lemak.
Membakar lemak dan bukan gula, menghasilkan keton yang menumpuk dalam darah dan urine Anda.
Keton juga dapat dihasilkan ketika Anda berpuasa atau Anda sedang diet tinggi protein, dan rendah
karbohidrat.
Tingkat keton yang tinggi sering menyebabkan bau mulut. Salah satu keton, aseton (zat kimia yang juga
ditemukan dalam cat kuku) dapat menyebabkan bau seperti kuku pada napas Anda. Ketika kadar keton
dalam tubuh melonjak melebihi batas normal, Anda berisiko mengalami kondisi berbahaya yang disebut
ketoasidosis diabetik. Gejalanya berupa:
Sesak napas
Ketoasidosis diabetik adalah kondisi yang berbahaya, sebagian besar terjadi hanya pada orang dengan
diabetes tipe 1, yang gula darahnya tidak terkontrol. Jika Anda memiliki gejala-gejala ini, segera cari
bantuan medis.
Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi komplikasi diabetes ini?
Bersama dengan penyakit neuropati, penyakit jantung, dan penyakit lainnya, periodontitis merupakan
komplikasi umum dari diabetes. Namun, Anda bisa mengambil langkah-langkah untuk mencegah
penyakit gusi atau untuk mengurangi hal yang lebih parah. Kendalikan penyakit Anda dengan tips sehari-
hari seperti:
Sikat gigi Anda setidaknya 2 kali sehari dan floss (pakai benang gigi) setiap hari.
Jangan lupa menyikat atau membersihkan lidah Anda, karena lidah merupakan tempat
perkembangbiakan utama bakteri yang berbau busuk.
Minum air dan jaga mulut Anda tetap basah.
Gunakan permen bebas gula atau permen karet untuk merangsang air liur.
Kunjungi dokter gigi secara teratur dan ikuti rekomendasi pengobatan. Pastikan dokter gigi tahu Anda
memiliki diabetes.
Dokter atau dokter gigi dapat meresepkan obat untuk merangsang produksi air liur.
Jika Anda memakai gigi palsu, pastikan ukurannya pas dan lepaskan saat malam hari.