PBL 2
Tutor: dr. Halim
Disusun oleh:
PBL 3
Calista N. G. 2009.060.071
Sardito 2009.060.167
Marvin 2009.060.204
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dyspnea atau yang biasa disebut sesak napas merupakan manifestasi penting
untuk penyakit kardiopulmoner, selain itu dapat pula ditemukan pada penyakit
neurologic, metabolic, dan psikologik. Secara normal, manusia dapat menderita
dyspnea akibat aktivitas fisik yang berat, namun napas akan kembali normal setelah
istirahat selama beberapa menit. Dalam banyak keadaan, dyspnea merupakan salah
satu gejala dari kelainan-kelainan dalam tubuh. Misalnya dyspnea pada penderita
asma, COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease), pneumonia. Selain karena
penyakit paru, dyspnea dapat juga terjadi akibat kelainan di jantung, misal pada heart
failure, congestive heart disease. Gabungan antara penyakit paru dan jantung juga
dapat menimbulkan dyspnea yang berat. Terdapat juga berbagai penyebab lain yang
memungkinkan terjadinya dyspnea seperti gangguan psikogenik, anemia, dll.
PBL kali ini akan lebih membahas tentang dyspnea. Mengenai penyebab yang
dapat menimbulkan dyspnea dan mekanisme terjadinya dyspnea serta cara
mendiagnosisnya. Tujuannya adalah agar kami sebagai mahasiswa kedokteran mampu
untuk melihat bahwa terdapat berbagai macam penyebab dyspnea dan dapat mengerti
patofisiologinya serta bagaimana cara untuk mendiagnosa etiologi dyspnea secara
tepat melalui berbagai tahap pemeriksaan.
BAB 2
ISI
V. Learning Objectives
1. Apakah definisi dari dyspnea?
2. Apa saja yang merupakan etiologi dari dyspnea?
3. Bagaimana mekanisme dari masing-masing etiologi tersebut?
4. Bagaimana cara mendiagnosa dyspnea? Pemeriksaan apa saja yang
dilakukan?
Derajat 1: Penderita dengan penyakit jantung tanpa hambatan tidak mengalami sesak naafs
pada pekerjaan ringan, tapi pada kerja fisik yang berat akan timbul keluhan sesak nafas.
Derajat 2: Penderita dengan hambatan ringan. Pada keadaan istirahat tidak ada keluhan, tetapi
pada kerja fisik yang sedikit agak berat, akan timbul keluhan sesak nafas.
Derajat 3: Penderita dengan hambatan sedang, pada keadaan istirahat tidak ada keluhan. Tapi
pada kerja yang ringan saja sudah menimbulkan keluhan sesak nafas yang jelas.
Derajat 4: Penderita dengan hambatan berat sehingga tidak mampu melakukan kerja fisik,
karena dalam keadaan istirahat pun sudah ada keluhan sesak nafas.
Chemoreceptor adalah reseptor yang terletak di badan carotid dan medulla. Reseptor ini
distimulasi oleh hipoksemia, hipekapnea akut, dan acidemia. Mechanoreceptor terletak di
paru-paru dan distimulasi oleh bronchospasm dan hiperinflasi. Metaboreceptors terletak di
otot skelet. Reseptor ini teraktivasi oleh perubahan biokimia pada saat beraktivitas berat atau
olahraga. Tiga reseptor ini menerima sinyal dari berbagai macam perubahan tubuh, lalu
teraktivasi dan menghantarkan sinyal tersebut ke sensory cortex. Proses ini dinamakan
sebagai proses feedback. Dari sensory cortex sinyal akan dibawa ke pusat respirasi di medulla
lalu ke dihantarkan ke otot ventilasi melalui motor neuron. Proses ini disebut feed forward.
Error signal terjadi apabila reseptor terstimulasi tanpa adanya sinyal-sinyal yang
sesungguhnya. Sehingga terjadi peningkatan atau penurunan ventilasi yang tidak seharusnya.
Bendungan paru
(Hipertensi
pulmonal)
Refleks
Bronkokonstriksi Volum vaskular
(pada fase akut) pulmonal naik
Cairan interstisial
paru naik
(edema paru)
Ventilasi paru Kapasitas total paru
menurun meningkat
Restrictive work Lung compliance
meningkat berkurang
(frictional resistance Resistensi elastic
naik) meningkat
Dispne
a
Ketika pasien menyampaikan keluhan sesak nafas maka perlu ditanyakan berapa lama sesak
nafas tersebut dialami untuk menentukan akut dan kronis dari penyakit itu. Sesak nafas adalah
sebuah gejala dari suatu penyakit sehingga perlu ditanyakan gejala-gejala lain yang menyertai
untuk dapat mendiagnosa penyakit yang diderita pasien tersebut. Contohnya:
• Nyeri dada bisa disebabkan oleh emboli paru, infark miokard atau penyakit plera
• Batuk bisa disebabkan oleh infeksi saluran nafas, atau proses radang
• Hemoptisis bisa disebabkan oleh emboli paru, tumor, atau radang saluran nafas.
Selain itu perlu dicari tahu tentang keadaan lingkungan ataupun obat-obatan yang sedang
dikonsumsi pasien tersebut karena dapat berdampak pada gejala sesak nafas juga. Contohnya
saja alergen seperti serbuk, jamur, zat kimia dapat menyebabkan sesak nafas. Obat-obatan
yang dimakan atau injeksi juga dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang
menyebabkan sesak. Lalu dokter harus menanyakan riwayat penyakit dari pasien seperti
penyakit jantung, paru dan anemia.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pasien yang tampak gelisah dengan nafs yang cepat bisa disebabkan oleh hipoksemia berat
karena primer penyakit paru, jantung atau anxiety attack
Otot bantu pernafasan di leher yang berkontraksi menunjukkan obstruksi saluran nafas yang
cukup parah. Gerakan dada yang asimetri juga harus diperiksa.
Palpasi:
Pengembangan hemitoraks yang tidak simetris menunjukkan adanya gangguan yang dapat
disebabkan oleh obstruksi, pneumotoraks, atau efusi pleura
Selain itu menurunnya fremitus taktil pada daerah yang dipalpasi dapat menunujukkan
bronkus yang tersumbat atau adanya efusi pleura.
Perkusi:
Jika terdengar suara redup/ dullness diatas batas paru hepar dapat menunjukkan efusi pleura.
Auskultasi:
Berkurangnya intensitas suara nafas pada paru-paru menunjukkan adanya obstruksi saluran
nafas. Bunyi tambahan seperti ronkhi, wheezing, dan sebagainya juga harus diperhatikan
karena merupakan ciri khas dari penyakit tertentu.
Selain itu keadaan jantung dan hematologi juga harus diperiksa karena dapat menimbulkan
gejala sesak nafas juga.
BAB 3
Kesimpulan:
Dispnea atau sesak nafas adalah sensasi kesulitan bernafas, dan merupakan keluhan utama
pada pasien dengan kelainan paru atau jantung. Keluhan sesak nafas ini dapat bervariasi pada
setiap individu dan pada berbagai aktivitas fisik. Selain dari penyakit jantung paru, sesak
nafas juga dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti kelainan hematologi, gangguan asam
basa, dan gangguan metabolik. Di dalam tubuh kita banyak reseptor-reseptor yang
menangkap sinyal-sinyal dan berpengaruh pada refleks pernafasan. Misalnya chemoreceptor
di badan karotid yang terstimulasi pada keadaan hipoksemia yang menyebabkan pernafasan
meningkat. Gangguan pada reseptor-reseptor tersebut juga dapat menimbulkan sesak nafas.
Saran:
Jika menemukan pasien dengan dispnea sangat penting untuk menemukan diagnosa pasti dari
etiologi sesak nafas pasien, supaya gejala sesak nafas itu dapat segera ditangani sesuai dengan
penyebabnya. Maka dari itu anamesa dan pemeriksaan fisik yang benar sangat diperlukan.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika ada keraguan dalam membedakan satu penyakit
dengan penyakit lainnya.