OLEH:
KELOMPOK 4
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa Karena atas
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah mengenai persiapan dan
pengambilan specimen feses dan cairan pervaginam dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen
pengampuh mata kuliah keterampilan dasar klinik kebidanan untuk pengembangan
makalah ini kedepannya.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II.................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................................5
A. Persiapan dan pengambilan Specimen pada Feses.......................................................5
B. Persiapan dan pengambilan specimen pada cairan pervaginam..................................17
C. Persiapan dan pengambilan specimen pada secret............................................17
BAB III..................................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................................21
A. Kesimpulan................................................................................................................21
B. Saran..........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi yang timbul sering diakibatkan mikroorganisme yang
bersifat patogen. Dalam pemeriksaan penyakit infeksi, biasanya dilakukan
pemeriksaan fisik dan anamnesa guna menemukan etiologi penyakit. Cara lain
dalam menegakkan diagnosa guna menemukan mikroorganisme apa yang
menjadi penyebab suatu penyakit adalah dengan cara pemeriksaan specimen.
(Fepy Sisiliay, 2013; 4)
Oleh karena itu, bagi orang yang berprofesi dalam bidang kesehatan
harus mengetahui dan memahami betul cara pengambilan specimen. Sebagai
mahasiswi, tentunya juga harus memahami betul pengelolaan atau
penanganan specimen. Yang harus diperhatikan dalam hal pengelolaan
specimen adalah: cara pengambilan specimen. (Fepy Sisiliay, 2013; 4).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini :
1. Apa saja persiapan dan pengambilan specimen pada feses?
2. Apa saja persiapan dan pengambilan specimen pada cairan pervaginam?
3. Apa saja persiapan dan pengambilan specimen pada secret?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini :
1. Menjelaskan tentang persiapan dan pengambilan specimen pada feses.
2. Menjelaskan tentang persiapan dan pengambilan specimen pada cairan
pervaginam.
3. Menjelaskan tentang persiapan dan pengambilan specimen pada secret.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Perhatian terhadap pemeriksaan tinja di laboratorium dan klinik pada
umunya masih kurang. Berlainan dengan pemeriksaan cairan tubuh
lainnya, sampel tinja biasanya tidak dapat dikeluarkan pada waktu hendak
diperiksa dan penderita biasanya enggan untuk mengumpulkan dan
mengirimkannya untuk pemeriksaan. Hal yang sama dirasakan pula bila
doker, perawat atau pegawai laboratorium lain melakukan pemeriksaan
tinja. (Ary putu, 2013; 1).
Tinja merupakan specimen yang penting untuk diagnosis adanya
kelainan pada system traktus gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit,
pendarahan gastrointestinal, ulkus peptikum, karsinoma dan sindroma
malabsorbsi. Pemeriksaan dan tes yang dapat dilakukan pada tinja umunya
meliputi : tes makroskopi, tes mikroskopi, tes kimia dan tes mikrobiologi.
(Ary putu, 2013; 1).
Nilai Normal Pemeriksaan Tinja
6
5. Lendir Tidak ada Lendir banyak ada
rangsangan. Lendir
dibagian luar tinja:
iritasi usus besar.
Lendir bercampur
tinja: iritasi pada usus
halus.
Lendir tanpa tinja:
disentri, intususepsi
atau ileokolitis.
6. Darah Tidak ada
B. Mikroskopis
2. Indikasi pemeriksaan
Adapun indikasi pemeriksaan pada feses:
a. Adanya diare dan konstipasi.
7
Diare dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
1) Diare Noninflamatori
Diare Noninflamatori melibatkan usus halus proksimal. Penyebab
Diare Noninflamatori adalah Norovirus, Rotavirus, Adenovirus
Enterik, Astrovirus, ETEC, EaggEC, Vibrio cholerae, Clostridium
perfringens, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Giardia
lamblia, Cryptosporidium parvum, Isosporabelli, Cyclospora
cayetensis, dan mikrosporidia.
2) Diare Inflamatori
Diare Inflamatori melibatkan usus besar. Mikroba yang
menyebabkan Diare Inflamatori bersifat invasif terhadap usus
(enteroinvasive microorganisms). Penyebab diare inflamatori
adalah Entamoeba histolytica, Shigella Sp., EIEC, EHEC,
Salmonella enteridis, Campylobacter jejuni, Vibrio
parahaemolyticus, dan Clostridium difficile.
3) Diare penyakit sistemik
Salah satu contoh diare pada penyakit sistemik adalah Demam
Enterik. Istilah lain untuk Demam Enterik adalah Demam Tifoid.
Diare pada penyakit sistemik melibatkan usus halus distal.
Penyebab diare pada penyakit sistemik adalah Salmonella typhi,
Slamonella non-typhi, Yersinia enterocolitica, dan Campylobacter
Sp.
b. Adanya ikterus
Ikterus ini merupakan suatu keadaan dimana jaringan berwarna
kekuning-kuningan akibat deposisi bilirubin yang terjadi bila kadar
8
bilirubin darah mencapai 2 mg/dL atau 35-40 mmol/L. (Acep Ridwan,
2015; 8)
c. Adanya gangguan pencernaan.
d. Adanya lender didalam tinja.
e. Kecerugiaan penyakit gastroinstetina.
f. Adanya darah didalam tinja.
3. Makroskopis
No Makroskopis Tinja
.
1. Berbutir kecil, keras, Kostipsi
warna tua.
2. Volume besar, berbau, Melabsorpsi lemak atau protein
mengembang karena penyebab dari usus
pancreas atau empedu.
3. Rapuh dengan lendir tanpa Sindroma pada usus besar
darah.
4. Rapuh dengan darah dan Radang usus besar, tiroid,
lendir (darah, lebih terlihat amubiasis, tumor ganas pada usus.
dari pada lendir)
5. Hitam, mudah melekat Kholero, E. Coli keracunan.
seperti ter, volume besar,
cair ada sisa pada sedikit.
6. Rapuh, ada nanah dan Devertikulitis, abses pada usus,
jaringan nekrotik, agak tumor usus, parasit, obstruksi
lunak berwarna sedikit saluran.
putih abu – abu.
(Sumber : Acep Ridwan, 2015; 4)
9
a. Warna
Warna feses yang dibiarkan pada udara yang lebih tua karna
terbentuknya lebih banyak urubilin dari urobilinogen yang diexresikan
Lewat usus. Urubilinogen tidak berwarna sedangkan urobilin berwarna
coklat tua. Selain urobilin yang normal ada, wana fases dipengaruhi
oleh jenis makanan, oleh kalainan dalam saluran khusus dan oleh obat-
obat yang diberikan.
Warna kuning bertalian dengan susu, jagumg, obat santoni atau
bilirubin yang belum berubah. Hijau biasanya oleh makanan yang
mengandung banyak sayur mayur jarang oleh biliverdin yang belum
berubah. Warna abu-abu mungkin disebabkan oleh karna tidak ada
urubilin dalam saluran makanan dan hal itu didapat pada ikterus
obestrokip (tinja acholik) dan juga setelah dipakai garam barium pada
pemeriksaan radiologik. Warna abu-abu itu pun mungkin terjadi kalau
makanan terjadi banyak lemak yang tidak dicernakan karna
depiensinprangcesin. Merah muda biasanya oleh pendarahan yang
segar dibagian distal: mungkin pula makanan seperti bit. Warna coklat
dipertalikan dengan perdarahan proximal atau dengn makanan coklat,
kopi dan seterusnya. Warna hitam oleh carbu medicinalis, oleh obat-
obatan mengandung besi dan mungkin juga oleh melena. (Acep
Ridwan, 2015; 4).
10
kuning empedu.
- Banyak makan
daging.
2. Hitam Perdarahan saluran banyak makan Fe (saren)
empedu atau bismut
3. Abu-abu muda Obstruksi saluran empedu Banyak makan cokelat
atau cocoa.
4. Hijau atau kuning Tidak ada Banyak makan sayuran
kehijauan
5. Merah Pendarahan saluran usus Terlalu banyak makanan
bagian distal. lobak merah atau biet.
Sumber : Acep Ridwan, 2015; 5)
b. Baunya
Bau normal feses disebabkan oleh inul, skatol asam butirat.
Bau itu menjadi bau busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isinya,
yaitu protein yang tidak dicernakan dan dirombak oleh kuman-kuman.
Reaksi feses menjadi lindi pembusukan semacam itu. Ada
kemungkinan juga feses berbau asam: keadaan itu disebabkan oleh
piragian (fermentesai) zat-zat gula yang tidak dicerna karna
umpamanya Diare. Reaksi feses untuk dalam hal itu menjadi asam.
Bau tengik dalam feses disebabkan oleh pirombakan zat lemak
pelepasan asam-asam lemak. (Acep Ridwan, 2015; 5)
c. Konsitensi
Feses normal agak lunak dengan mempunyai bentuk. Pada
diare konsitensi menjadi sangat lunk atau cair, sedangakan sebaliknya
pada konstipasi data feses keras peragian karbon hidrat dalam usus
menghasilkan feses yang lunak dan bercampur gas (CO 2). (Acep
Ridwan, 2015; 5)
11
d. Lendir
Adanya lender berarti rangsang atau randang ding-ding usus.
Kalau lendir hanya didapat dibagaian luar feses, lokalitasi itu mungkin
usus besar: kalau campur baur dengan feses sekali usus kecil. Pada
dysenteri, intususepsi dan ileocilitis mungkin didapat lendir saja tanpa
feses. Kalau lendir berisi banyak leukosi terjadi nanah. (Acep Ridwan,
2015; 6)
e. Darah
Perhatikan apa arah itu segar (merah mudah), coklat atau hitam
bercampur baur atau hanya dibagian luar feses saja makin proximal
terjadinya pendarahan, makin bercampur darah dengan feses dan
makin hitamnya warnanya jumlah darah yang besar mungkin
disebabkan oleh ulcus, ferices dalam oesophagus atau hemorhoid.
12
matang.
6. Pendarahan ringan berselang Polip usus.
– seling kadang – kadang
disertai diare dan lendir.
7. Pendarahan ringan sampai Ambubiasis infeksi sigelia
berat, disertai diare, nyeri infeksi usus besar (polisis).
perut, berat badan turun.
f. Parasit
Cacing acries ancilostoma dan lain-lain mungkin terlihat.
4. Mikroskopis
Pemeriksaan Mikroskopis tinja
13
2. Sisa makanan. Melihat proses pencernaan
gangguan proteolisis ( keberadaan
serat otot atau bergaris ) gangguan
malabsorpsi (missal : lemak,
protein, dan lain – lain).
3. Seluler Sel epitel : iritasi mukosa loekosit:
prose inflamasi usus eritrosit :
pendarahan usus.
(Sumber : Acep Ridwan, 2015; 7)
Pemeriksaan mikroskopis secara langsung
Pemeriksaan sederhana dan paling sering dilakukan. Infeksi parasit
dapat dilihat dengan pemeriksaan langsung. Untuk pemeriksaan secara
mikroskopis, sejumlah kecil feses atau bahan yang akan diperiksa
diletakkan diatas objek gelas, bila feses sangat padat dapat ditambah
sedikit air selanjutnya ditutup dengan deck glass, buat dua atau lebih
sediaan. (Acep Ridwan, 2015; 7)
Pada pemeriksaan mikroskopis usaha mencari protozoa dan telur
cacing merupakan maksud terpenting, untuk mencari protozoa sering
dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan pengencer feses atau juga
larutan lugol 1-2%. Selain itu larutan asam asetat 10% dipakai untuk
melihat leukosit lebih jelas, sedangkan unsure-unsur lain larutan garam
0,9% yang sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan rutin. Sediaan hendaknya
tipis, agar unsure-unsur jelas terlihat dan dapat dikenal; meskipun begitu
selalu akan dijumpai unsure-unsur yang telah rusak sehingga identifikasi
tidak memungkinkan. (Acep Ridwan, 2015; 7)
a. Sel epitel
Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian
distal dapat ditemukan dalam keadaan normal. Kalau sel epitel berasal
dari bagian yang lebih proksimal, sel-sel itu sebagian atau seluruhnya
14
rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsang atau
peradangan dinding usus itu. (Acep Ridwan, 2015;7)
b. Makrofag
Sel-sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam
plasmanya sering dilihat sel-sel lain (leokosit, eritrosit) atau benda-
benda lain. Dalam preparat natif sel-sel itu mempuyai amoeba;
perbedaannya adalah sel inti tidak dapat bergerak. (Acep Ridwan,
2015;7)
c. Leokosit
Lebih jelas terlihat kalau feses dicampur dengan beberapa tetes
larutan asam asetat 10% kalau hanya dilihat beberapa dalam seluruh
sediaan tidak ada artinya. Pada disentri basiler, colitis ulcerosa dan
peradangan lain-lain, jumlahnya menjadi besar. (Acep Ridwan,
2015;7)
d. Eritrosit
Hanya dilihat kalau lesi mempuyai lokalisasi kolon, rectum
atau anus. Pendapat ini selalu abnormal. (Acep Ridwan, 2015;7)
e. Kristal-kristal
Pada umunya tidak banyak artinya. Apapun dalam feses
normal mungkin terlihat Kristal-kristal tripelfosfat, celciumoxsalat dan
asam lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai Kristal chacot-
leyden dan Kristal hematoidin. (Acep Ridwan, 2015;7)
f. Sisa makanan
Hampir seluruh dapat ditemukan juga bukanlah adanya,
melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dipertalikan
dengan sesuatu hal yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal
dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari
15
hewan, seperti serat otot, serat elistik, dan lain-lain. Untuk identifikasi
lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol: pati (amylum)
yang tidak sempurna dicerna Nampak seperti butir-butir biru atau
merah. Larutan jenuh sudan III atau sudan IV dalam alcohol 70% juga
dipakai: lemak netral menjadi tetes-tetes merah atau jingga. (Acep
Ridwan, 2015;7)
g. Sel ragi
Khusus glastocystis hominis tidak jarang didapat. Pentingnya
mengenal strukturnya ialah supaya jangan kista amoeba. (Acep
Ridwan, 2015;7)
h. Telur dan jentik cacing
Ascaris lumbricoides. Nicator americanus enterobius
permicularis. Trichiusus trichiura, estrongyloides strcoralis, dan
seagainya; juga yang termasuk genus cestodas dan trematodas
mungkin dapat. (Acep Ridwan, 2015;7)
16
2) Vasseline
3) Botol bersih dengan penutup
4) Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
5) Bengkok
6) Perlak pengalas
7) Tisu
8) Tempat bahan pemeriksaan
9) Sampiran
(Sumber : Marmi, 2016; 280-281).
7. Prosedur tindakan
1) Mendekatkan alat
2) Memberi tahu pasien
3) Mencuci tangan
4) Memasang perlak pengalas dan sampiran
5) Melepas pakaian bawah pasien
6) Mengatur posisi dorsal recumbent
7) Memakan hand scoon
8) Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah ke
atas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja.
9) Setelah dapat, dikeluarkan perlahan-lahan lalu dimasukkan ke dalam
tempatnya.
10) Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tisue
11) Melepas hand scoon
12) Merapikan pasien
13) Mencuci tangan.
Sumber : (Marmi, 2016; 281).
17
Cairan pervaginam adalah cairan amnion,secret yang berupa
keputihan. Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina. Keputihan
dapat timbul dari berbagai keadaan,yaitu bias secara fisiologis dan secara
patologi. (Ghinanissa Azzahra, 2019; 2)
Keputihan fisiologis adalah keputihan yang normal terjadi akibat
perubahan hormonal, seperti saat menstruasi, stress, kehamilan, dan
pemakaian kontrasepsi. Sedangkan keputihan patologis adalah keputihan
yang timbul akibat kondisi medis tertentu dengan penyebab tersering
adalah akibat infeksi parasit, jamur, atau bakteri. (Ghinanissa Azzahra,
2019; 2)
Jika cairan yang keluar berupa cairan amnion disebut sebagai ketuban
pecah dini. Dimana ketuban oecah dini adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan
cukup waktu atau kurang waktu. (Ghinanissa Azzahra, 2019; 2)
18
pecahnya ketuban dan selanjutnya ekspulsin janin imatur sehingga
kemudian janin akan meninggal. (Ghinanissa Azzahra, 2019; 2)
2. Ketegangan rahim berlebihan
Ketegangan rahim berlebihan terjadi pada kehamilan kembar
dan hidramnion. Hidramnion atau polihidramonion adalah jumlah
amnion >2000 ml. Hidrmnion dapat memungkinkan ketegangan rahim
meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum
waktunya. (Ghinanissa Azzahra, 2019; 2-3)
3. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
Pecahnya ketuban dapat terjadi akibat peregangan uterus yang
berlebihan atau terjadi peningkatan tekanan yang mendadak didalam
kavum amnion dan juga ada kelainan pada selaput ketiban itu sendiri,
hal ini terjadi pada sindroma Ehlers-Danlos, dimana terjadi gangguan
pada jaringan oleh karena efek pada sintesa dan struktur kolagen
dengan gejala berupa hiperelastisitas pada kulit dan sendi, termasuk
pada selaput ketuban yang komponen utamanya adalah kolagen. 72%
penderita dengan sindrom Ehlers-Danlos ini akan mengalami
persalinan preterm setelah sebelumnya mengalami ketuban pecah dini
preterm. (Ghinanissa Azzahra, 2019; 3)
4. Infeksi
Infeksi disebabkan oleh sejumlah mikrooraganisme yang
menyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi
menyebabkan terjadinya bio mekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteoletik sehingga memudahkan ketuban pecah. (Ghinanissa
Azzahra, 2019; 3).
3. Tanda dan gejala keluarnya cairan pervaginam
1. Ibu tidak merasa jika cairannya keluar merembes melalui vagina
2. Berbau amis
3. Berwarna putih keruh
19
4. Pada kehamilan belum cukup bulan, hati-hati adanya persalinan
preterm dan komplikasi infeksi intrapartum
5. Pada awal kehamilan adanya pendarahan tidak normal adalah
perdarahan yang merah, banyak atau perdarahan dengan rasa nyeri.
(Ghinanissa Azzahra, 2019; 3)
4. Prosedur pemeriksaan pervaginam
1. Memberi tahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan
dilakukan.
2. Menyiapkan alat dan bahan, membawa kedekat pasien.
a. Kapas lidi steril atau oase
b. Obyek glass
c. Bengkok
d. Sarung tangan
e. Speculum
f. Kain kasa,kapas sublimat dan perak
3. Memasang sampiran
4. Membuka atau menganjurkan pasien menanggalkan pakaian bawah
(tetap jaga privasi pasien)
5. Memasang pengalas dibawah bokong pasien
6. Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk
7. Mencuci tangan dengan sabun, air mengalir, dan mengeringkan denga
handuk bersih
8. Memakai sarung tangan
9. Buka labia mayoranya dengan ibu jari, jari telunjuk tangan yang tidak
dominan
10. Mengambil secret vaginam dengan kapas lidi tangan yang dominan
sesuai kebutuhan
11. Mengusapkan secret vagina pada obyek glass yang disediakan
12. Membuang kapas lidi dalam bengkok
20
13. Memasukkan obyek glass kedalam piring petri atau kedalam tabung
kimia dan ditutup
14. Memberi label dan megirim formulir pengiriman specimen untuk
dikirim ke laboratorium
15. Membereskan alat
16. Melepas sarung tangan
17. Mencuci tangan dengan sabun, air mengalir dan mengeringkan dengan
handuk bersih
18. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan secret/sputum
(Ghinanissa Azzahra, 2019; 3-4)
21
5. Bila kultur pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam) ikuti instruksi
yang ada pada botol penampung. Biasanya diperlukan 5-10 cc
sputum yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
(Sumber: Marmi, 2016; 282)
e. Persiapan alat
1. Sputum pot (tempat ludah) yang tertutup
2. Botol bersih dengan penutup
3. Hand scoon
4. Formulir dan etiket
5. Perlak pengalas
6. Bengkok
7. Tisu
(Sumber : Marmi, 2016; 282)
f. Prosedur tindakan
1. Menyiapkan alat
2. Memberi tahu pasien
3. Mencuci tangan
4. Mengatur posisi duduk
5. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan
bengkok
6. Memakai hand scoon
7. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang
sudah disediakan (sputum pot)
8. Mengambil 5 cc baha, lalu masukkan kedalam botol
9. Membersihkan mulut pasien
10. Merapikan pasien dan alat
11. Melepas hand scoon
12. Mencuci tangan.
Sumber : Marmi, 2016; 282)
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Feses untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi
spontan; jika pemeriksaan sangat diperlukan, boleh juga sampel feses diambil
dengan jari bersarung dari rectum.
23
wadah sekali pakai, harus dilakukan pemeriksaan dalam beberapa jam setelah
pengambilan, untuk pemeriksaan amoeba specimen harus segar.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dalam hal
persiapan dan pengambilan specimen pada feses dan cairan pervaginam.
DAFTAR PUSTAKA
24
http://brilianaputrimawaddah.
Blogspot.co.id/2010/10/cairan – pervaginam - dan
secret.html
25