PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapat berdasarkan latar belakang di atas
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian dari MAKP?
2. Apa saja faktor yang berhubungan dalam perubahan MAKP?
3. Apa yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan model metode asuhan
keperawatan profesional (MAKP)?
4. Bagaimana pengertian MAKP primer?
5. Bagaimana konsep dasar teori dari MAKP primer?
6. Bagaimana sistem dari keperawatan primer?
7. Bagaimana karakteristik dari MAKP primer?
8. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari MAKP primer?
9. Bagaimana struktur organisasi dalam MAKP primer?
10. Bagaimana metode penghitungan kebutuhan tenaga perawat?
11. Bagaimana cara penghitungan beban kerja?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang didapat berdasarkan rumusan masalah di atas sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari MAKP.
2. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dalam perubahan MAKP.
3. Untuk mengetahui dasar pertimbangan pemilihan model metode asuhan
keperawatan profesional (MAKP).
4. Untuk mengetahui pengertian MAKP primer.
5. Untuk mengetahui konsep dasar teori dari MAKP primer.
6. Untuk mengetahui sistem dari keperawatan primer.
7. Untuk mengetahui karakteristik dari MAKP primer.
8. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari MAKP primer.
9. Untuk mengetahui struktur organisasi dalam MAKP primer.
10. Untuk mengetahui metode penghitungan kebutuhan tenaga perawat.
11. Untuk mengetahui cara penghitungan beban kerja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4) Modifikasi
4
7) Aktivitas dan gerak.
8) Spiritual.
9) Emosional.
10) Komunikasi.
11) Mencegah dan mengatasi risiko psikologis.
12) Pengobatan dan membantu proses penyembuhan.
13) Penyuluhan.
14) Rehabilitasi.
3. Model Praktik
1) Praktik keperawatan rumah sakit
Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung
jawab melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap
dan kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian
praktik keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai
bentuk praktik keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur
registrasi, dan legislasi keperawatan.
2) Praktik keperawatan rumah
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan/asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan
rumah sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah
sakit, atau melalui pengikutsertaan perawat profesional yang
melakukan praktik keperawatan berkelompok.
3) Praktik keperawatan berkelompok
Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama
24 jam kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan
dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan
praktik keperawatan rumah sakit dan rumah. Bentuk praktik
keperawatan ini dapat mengatasi berbagai bentuk masalah
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat dan dipandang perlu di
masa depan. Lama rawat pasien di rumah sakit perlu dipersingkat
karena biaya perawatan di rumah sakit diperkirakan akan terus
meningkat.
5
4) Praktik keperawatan individual
Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan untuk
praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan
berpengalaman secara sendiri/perorangan membuka praktik
keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk memberi asuhan
keperawatan, khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi
masyarakat yang memerlukan. Bentuk praktik keperawatan ini sangat
diperlukan oleh kelompok/golongan masyarakat yang tinggal jauh
terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang
dikembangkan pemerintah.
6
5. Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam
pelaksanaannya.
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan
keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal
yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
7
Perawat primer dan perawat asosiat dalam MAKP (metode primary team) yang
dilaksanakan di ruangan.
8
Konsep dasar :
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
2. Ada otonomi.
3. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya.
Ketenagaan :
1. Setiap perawat primer adalah perawat bed side.
2. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat.
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional sebagai
asisten.
9
asuhan keperawatan klien diserahkan pada teman kerjanya yang satu level atau
satu tingkat pengalaman dan keterampilannya (associate nurse).
Metoda penugasan yang paling dipuji dan dipraktikkan saat ini adalah
keperawatan primer. Ini adalah perluasan dari prinsip desentralisasi autoritas,
autoritas primer untuk semua keputusan tentang proses keperawatan dipusatkan
pada individu perawat profesional. Perawat primer ditugaskan untuk merawat
kebutuhan total pasien selama waktu tinggal di rumah sakit. Tanggung jawab
mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang memberikan perawatan
bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang diberikan direncanakan dan
ditentukan secara total oleh perawat primer.
Marram, Schlegel, dan Bevis menyatakan, “keperawatan primer adalah
distribusi keperawatan sehingga perawatan total individu adalah tanggung jawab
seorang perawat, bukan beberapa perawat.” Mereka mengindikasikan autonomi
menjadi kunci pada pengembangan keperawatan profesional.
10
asuhan keperawatan langsung pada pasien. Kadang-kadang mengarahkan pemberi
asuhan lain saat menjalankan fungsi pembuat keputusan.
Fagin menyatakan bahwa studi peneltian pada keperawatan primer
menunjukkan metoda ini lama tinggal di rumah sakit dan komplikasi pasien
transplantasi ginjal diUniversity of Michigan Medical Center di Ann Arbor.
Mereka menghemat $51.000 dalam satu tahun. Keperawatan primer diEvaston
Hospital di Illionis menghasilkan jam keperawatan lebih sedikt dan sedikit
peningkatan pendapatan per pasien selama periode 5 tahun. Pembantu perawat
mempunyai 27 persen waktu senggang per hari sementara RN mempunyai 8
persen diRush Presbyterian. Juga, pergantan karyawan menurun dalam
lingkungan operasi dengan peningkatan rasio RN dan teknisi ruang operasi.
Penelitian lain menunjukkan bahwa keperawatan primer menghemat uang,
meningkatkan kepuasan kerja, kedekatan kelompok, dan kepuasan pasien, serta
penurunan biaya, waktu sakit, dan waktu kompensasi. Penelitian mendukung
keperawatan primer sesuai peningkatan kepuasan pasien, kepuasan perawat, dan
keefektifan biaya. Mereka juga menemukan bahwa “perbedaan individual pada
perawat dan kopetensi perawat mungkin mempunyai dampak yang lebih besar
pada kualitas perawatan daripada terhadap struktur keperawatan primer.” Ini harus
diperhatikan, namun, bila latar belakang pendidikan perawat cocok, perbedaan
kualitas perawatan antara tim dan keperawatan primer tidak tampak. Struktur
untuk keperawatan primer secara umum suatu sistem yang lebih baik untuk
mengorganisasi perawatan. Keefektifan keperawatan primer berbeda pada tipe
perawat, pasien, rumah sakit dan bahkan unit keperawatan dalam suatu rumah
sakit.
Baik keperawatan primer dan tim memerlukan sistem pendukung
keperawatan yang efisien: komunikasi, distribusi, transportasi, dan manajemen
unit. Shukla mengajukan teori kemungkinan bahwa keperawatan primer adalah
lebih efektif bila sistem pendukung efisien dan ketergantungan pasien pada
perawat tinggi. Keperawatan primer tidak lebh baik dari keperawatan tim untuk
semua rumah sakit, semua unit keperawatan dalam rumah sakit, atau semua tipe
pasien.
11
Desentralisasi sistem pendukung seperti suplai, linen, dan obat-obatan untuk
ruangan pasien, lebih efisien dan memperbaiki keuntungan keperawatan primer
pada keperawatan tim. Bila perawat primer harus pergi ke pusat untuk suatu hal
mereka akan terhambat dalam memberikan perawatan langsung. Juga,
keperawatan modular atau keperawatan primer dimodifikasi mengubah kinerja
yang dibutuhkan dari keperawatanyang lebih tidak langsung dan rutin serta tugas-
tugas bukan keperawatan. Pasien memerlukan keuntungan perawatan yang lebih
luas dari keperawatan primer daripada kemampuan perawatan diri. Keperawatan
primer paling baik untuk perawatan intensif.
12
2.9 Struktur Organisasi MAKP Primer
13
Tugas
Tugas Tugas
Kepala Ruangan
Perawat Primer (PP) Perawat Assosiet (PA)
(KARU)
Sebagai konsultan dan Menerima pasien. Mengikuti operan
pengendalian mutu Mengkaji kebutuhan setiap pergantian shif.
perawat primer. pasien untuk asuhan. Melaksanakan asuhan
Orientasi dan Membuat tujuan keperawatan yang telah
merencanakan Askep. dibuat oleh PP.
karyawan baru. Membuat rencana Memberi
Menyusun jadwal keperawatan. informasi/masukan
dinas dan memberi Melakukan konferens yang diperlukan
penguasaan kepada untuk menjelaskan kepada PP tentang
perawat asisten. rencana asuhan kepada klien untuk keperluan
Evaluasi Kerja. PA yang menjadi asuahan keperawatan
Merencanakan/ anggota timnya. selanjutnya.
menyelenggarakan Melaksanakan rencana Mencatat tindakan
pengembangan staf. yang telah dibuat keperawatan yang telah
Membuat 1-2 pasien selama dinas bersama dilakukan dalam
untuk model agar PA yang menjadi catatan tindakan
dapat mengenal anggota timnya. keperawatan.
hambatan yang terjadi. Melakukan kolaborasi
Memberi penugasan dengan tim kesehatan
pada perawat asisten/ lainnya.
asosiat (PA) Memantau PA dalam
melaksanakan rencana
asuhan keperawatan.
Mengkoordinasi
pelayanan yang
diberikan oleh disiplin
lain maupun perawat
lain.
Mengevaluasi
14
keberhasilan yang
dicapai.
Menerima dan
menyesuaikan rencana.
Menyiapkan
penyuluhan untuk
pulang.
Melakukan
pendokumentasian
(catatan
perkembangan, catatan
tindakan keperawatan).
15
2.10.2 Metode Need.
Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja. Untuk
menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis pelayanan yang
diberikan kepada pasien selama di rumah sakit. Sebagai contoh untuk pasien yang
menjalani rawat jalan, ia akan mendapatkan pelayanan, mulai dari pembelian
karcis, pemeriksaan perawat/dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium,
apotek dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar
pelayanan itu berjalan dengan baik.
1. Hudgins.
Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat jalan
menggunakan metode dari Hudgins, yaitu menetapkan standar waktu
pelayanan pasien rawat jalan
2. Douglas.
Untuk pasien rawat inap standar waktu pelayanan pasien rawat inap
sebagai berikut.
1) Perawatan minimal memerlukan waktu: 1−2 jam/24 jam.
2) Perawatan intermediet memerlukan waktu: 3−4 jam/24 jam.
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5−6 jam/24 jam.
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Kategori I: perawatan mandiri.
(1) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan ganti
pakaian.
(2) Makan, dan minum dilakukan sendiri.
(3) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
(4) Observasi tanda vital setiap sif.
(5) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
(6) Persiapan prosedur pengobatan.
2) Kategori II: perawatan intermediate.
(1) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
(2) Observasi tanda vital tiap 4 jam.
(3) Pengobatan lebih dari satu kali.
16
(4) Pakai kateter Foley.
(5) Pasang infus intake-output dicatat.
(6) Pengobatan perlu prosedur.
3) Kategori III: perawatan total.
(1) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.
(2) Observasi tanda vital tiap 2 jam.
(3) Pemakaian slang NG.
(4) Terapi intravena.
(5) Pemakaian suction.
(6) Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.
Catatan:
Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya
dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari.
Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikasi
pasien.
Bila hanya memenuhi satu kriteria maka pasien dikelompokkan pada
klasifikasi di atasnya.
Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu
unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, di mana masing-masing
kategori mempunyai nilai standar per sif.
2.10.3 Metode Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang
memang nyata dilakukan oleh perawat. Setiap pasien yang masuk ruang gawat
darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:
1. Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit.
2. Untuk kasus mendesak : 71,28 menit.
3. Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit.
2.10.4 Metode Gilles
Catatan:
1. Jumlah hari takkerja/tahun.
Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12 hari) + hari besar (12 hari) +
cuti sakit/izin (10 hari) = 86 hari.
17
2. Jumlah hari kerja efektif/tahun..
Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah hari tak kerja = 365 – 86 = 279
hari.
3. Jumlah hari efektif/minggu = 279 : 7 = 40 minggu
Jumlah jam kerja perawat perminggu = 40 jam.
4. Cuti hamil = 12 × 6 = 72 hari.
5. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah
20% (untuk antisipasi kekurangan/cadangan).
6. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan
ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%.
7. Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne adalah 55%
tenaga profesional dan 45% tenaga nonprofesional.
18
penelitian di Rumah Sakit John Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien
(Gillies, 1996).
3. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi: aktivitas,
pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam
Gillies (1996), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan
ialah 15 menit/ pasien/ hari.
2.10.5 Metode formulasi Nina
Dalam metode ini terdapat lima tahapan dalam menghitung kebutuhan
tenaga.
1. Tahap I.
Dihitung A = jumlah jam perawatan pasien dalam 24 jam per pasien.
2. Tahap II.
Dihitung B = jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh pasien
dalam satu hari. B = A × tempat tidur.
3. Tahap III.
Dihitung C = jumlah jam perawatan seluruh pasien selama setahun. C =
B × 365 hari.
4. Tahap IV.
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan
selama setahun. D = C × BOR/80, 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan
realistis jam perawatan.
5. Tahap V.
Didapatkan E = jumlah tenaga perawat yang diperlukan. E = D/1878.
Angka 1878 didapatkan dari hari efektif per tahun (365 − 52 hari
minggu = 313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif per hari (6
jam).
2.10.6 Metode hasil lokakarya keperawatan.
Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya Keperawatan
dengan mengubah satuan hari dengan minggu.
Jam perawatan 24 jam × 7 (tempat tidur × BOR)
+25%
Hari kerja efektif × 40 jam
19
Formula ini memperhitungkan hari kerja efektif yaitu 41 minggu yang
dihitung dari: 365 − (52 hr minggu + 12 hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan)
= 289 hari atau 41 minggu. Angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari
selama satu minggu. Nilai 40 jam didapat dari jumlah jam kerja dalam seminggu.
Tambahan 25% adalah untuk penyesuaian terhadap produktivitas.
20
Jumlah dan jenis operasi.
Jumlah kamar operasi.
Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari kerja.
Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2
orang/tim)
Tingkat ketergantungan pasien:
Operasi besar: 5 jam/ operasi.
Operasi sedang: 2 jam/operasi.
Operasi kecil: 1 jam /operasi.
3. Jumlah tenaga di ruang penerimaan
Ketergantungan pasien di ruang penerimaan: 15 menit
Ketergantungan di RR: 1 jam
4. Jumlah tenaga di instalasi gawat darurat
Dasar perhitungan di gawat darurat adalah:
Rata-rata jumlah pasien per hari
Jumlah jam perawatan per hari
Jam efektif per hari
5. Critical Care
Rata-rata jumlah pasien/hari = 10
Jumlah jam perawatan/hari = 12
6. Rawat Jalan
Jumlah pasien/hari = 100 orang
Jumlah jam perawatan/hari = 15 menit
7. Kamar Bersalin
Waktu pertolongan kala I−IV = 4 jam/pasien
Jam kerja efektif = 7 jam/hari
Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 orang
21
2.11 Penghitungan Beban Kerja
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja
perawat antara lain:
1. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut.
2. Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien.
3. Rata-rata hari perawatan.
4. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung dan
pendidikan kesehatan.
5. Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan pasien.
6. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan
kesehatan.
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung beban kerja secara
personel antara lain sebagai berikut:
1. Work sampling
Teknik ini dikembangkan pada dunia industri untuk melihat beban kerja
yang dipangku oleh personel pada suatu unit, bidang maupun jenis tenaga
tertentu. Pada metode work sampling dapat diamati hal-hal spesifik tentang
pekerjaan antara lain:
1) Aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada waktu jam kerja.
2) Apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada
waktu jam kerja.
3) Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau
tidak produktif.
4) Pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam
kerja.
Untuk mengetahui hal-hal tersebut perlu dilakukan survei tentang kerja
personel dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan jenis personel yang akan disurvei.
2) Bila jumlah personel banyak perlu dilakukan pemilihan sampel
sebagai subjek personel yang akan diamati dengan mengunakan
metode simple random sampling untuk mendapatkan sampel yang
representatif.
22
3) Membuat formulir kegiatan perawat yang dapat diklasifikasikan
sebagai kegiatan produktif dan tidak produktif dapat juga
dikategorikan sebagai kegiatan langsung dan tidak langsung.
4) Melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja dengan
menggunakan work sampling.
5) Pengamatan kegiatan personel dilakukan dengan interval 2–15 menit
tergantung karakteristik pekerjaan yang dilakukan.
Pada teknik work sampling kita akan mendapatkan ribuan pengamatan
kegiatan dari sejumlah personel yang kita amati. Oleh karena besarnya jumlah
pengamatan kegiatan penelitian akan didapatkan sebaran normal sampel
pengamatan kegiatan penelitian. Artinya data cukup besar dengan sebaran
sehingga dapat dianalisis dengan baik. Jumlah pengamatan dapat dihitung.
2. Time and motion study
Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang
kegiatan yang dilakukan oleh personel yang sedang kita amati. Melalui teknik
ini akan didapatkan beban kerja personel dan kualitas kerjanya. Langkah-
langkah untuk melakukan teknik ini yaitu:
1) menentukan personel yang akan diamati untuk menjadi sampel dengan
metode purposive sampling.
2) membuat formulir daftar kegiatan yang dilakukan oleh setiap personel.
3) daftar kegiatan tersebut kemudian diklasifikasikan seberapa banyak
personel yang melakukan kegiatan tersebut secara baik dan rutin selama
dilakukan pengamatan.
4) membuat klasifikasi atas kegiatan yang telah dilakukan tersebut
menjadi kegiatan medis, kegiatan keperawatan dan kegiatan
administrasi.
5) menghitung waktu objektif yang diperlukan oleh personel dalam
melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
23
metode yang ditetapkan secara baku oleh suatu instansi seperti rumah sakit.
Dari metode work sampling dan time and motion study maka akan dihasilkan
output sebagai berikut.
1) Deskripsi kegiatan menurut jenis dan alokasi waktu untuk masing-
masing pekerjaan baik yang bersifat medis, perawatan maupun
administratif. Selanjutnya dapat dihitung proporsi waktu yang
dibutuhkan untuk masing-masing kegiatan selama jam kerja.
2) Pola kegiatan yang berkaitan dengan waktu kerja, kategori tenaga atau
karakteristik demografis dan sosial.
3) Kesesuaian beban kerja dengan variabel lain sesuai kebutuhan
penelitian. Beban kerja dapat dihubungkan dengan jenis tenaga, umur,
pendidikan, jenis kelamin atau variabel lain.
4) Kualitas kerja pada teknik ini juga menjadi perhatian karena akan
menentukan kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki oleh
personel yang diamati.
3. Daily log.
Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk sederhana
work sampling yaitu pencatatan dilakukan sendiri oleh personel yang diamati.
Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan dan waktu yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan tersebut. Penggunaan ini tergantung kerja sama
dan kejujuran dari personel yang diamati. Pendekatan ini relatif lebih
sederhana dan biaya yang murah. Peneliti biasa membuat pedoman dan
formulir isian yang dapat dipelajari sendiri oleh informan. Sebelum dilakukan
pencatatan kegiatan peneliti menjelaskan tujuan dan cara pengisian formulir
kepada subjek personal yang diteliti, tekankan pada personel yang diteliti
yang terpenting adalah jenis kegiatan, waktu dan lama kegiatan, sedangkan
informasi personel tetap menjadi rahasia dan tidak akan dicantumkan pada
laporan penelitian. Menuliskan secara rinci kegiatan dan waktu yang
diperlukan merupakan kunci keberhasilan dari pengamatan dengan daily log.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pelayanan keperawatan professional adalah pemberian asuhan keperawatan
dengan pendekatan proses keperawatan. Metode penugasan yang memungkinkan
terlaksananya asuhan keperawatan secara professional diantaranya adalah metode
Tim dan metode Perawat Primer. Mengingat metode perawatan primer diperlukan
perawat yang mempunyai kompetensi yang tinggi (tingkat spesialis) dan jumlah
yang cukup.
Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan
keterampilan manajemen. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan
membuat prioritas setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi
keefektivitasan perawatan. Sementara perawat yang lain menjalankan tindakan
keperawatan, perawat primer mengkoordinasi perawatan dan menginformasikan
tentang kesehatan pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
3.2 Saran
Dengan mempelajari mengenai makalah ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami tentang MAKP PRIMER sehingga bisa berpikir kritis dalam
melakukan aplikasi model metode asuhan keperawatan profesional primer. Kami
menyadari makalah kami kurang sempurna sehingga memerlukan masukan dari
pihak lain.
25
DAFTAR PUSTAKA
26